wawancara dengan human expert dari IPB dan Litbang Tanah dan Sumber Daya Lahan Bogor, serta diskusi masalah dan analisis masalah. Diskusi masalah dilakukan oleh KE untuk menggali
pengetahuan, fakta, serta kaidah yang dimiliki oleh pakar dalam menentukan kesesuaian lahan dan menentukan persyaratan tumbuh tanaman pangan. Dengan melakukan analisis masalah, KE
dapat mengetahui bagaimana pakar menyelesaikan berbagai masalah yang diajukan oleh KE berkaitan dengan proses penentuan kesesuaian lahan.
3.2.3 Representasi Pengetahuan
Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan dalam suatu bentuk yang tepat untuk kemudian disimpan dalam basis
pengetahuan. Menurut Marimin 2007, seperti dikutip dari Marimin 1991, pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti
kemudahan representasi, kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses penalaran.
Basis pengetahuan pada sistem pakar yang dirancang merupakan basis pengetahuan dinamis prosedural oleh karena itu dapat direpresentasikan dengan menggunakan kaidah
produksi. Bentuk kaidah produksi yang digunakan adalah bentuk if – then dan if - then – else. Dimana “if” merupakan premis yang menunjukkan suatu kondisi yang akan dinilai, “then”
merupakan konklusi yang menunjukkan aksi yang dapat diambil apabila kondisi terpenuhi. Sedangkan “else” merupakan aksi yang akan dilakukan apabila kondisi tidak terpenuhi.
Bentuk if – then dan if – then – else dapat terdiri dari beberapa kondisi dan juga beberapa aksi yang digabungkan dengan menggunakan operator logika AND atau OR. Berikut ini merupakan
contoh bentuk penulisan kaidah produksi if – then – else : IF
kondisi A THEN aksi B ELSE aksi C IF
kondisi A1 and kondisi A2 THEN aksi B1 and aksi B2 ELSE aksi C1
Masukan input yang akan dimasukkan oleh pengguna akan dibandingkan dengan kondisi dari kaidah-kaidah pada basis pengetahuan yang telah dimasukkan oleh KE. Kondisi
pada kaidah yang ada merupakan parameter yang akan digunakan pada proses penentuan kelas kesesuaian lahan dengan nilai yang berasal dari persyaratan penggunaan lahan untuk suatu
tanaman land-use requirement. Hasil perbandingan masukan dari pengguna dengan kondisi yang ada akan menentukan aksi yang akan dilakukan.
3.2.4 Pengembangan Mesin Inferensi
Mesin inferensi menentukan cara penarikan kesimpulan yang akan digunakan pada sistem pakar. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan
yang ada basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Di dalam pengembangan mesin inferensi perlu diperhatikan teknik penelusuran dan teknik pengendalian
yang akan digunakan. Sesuai dengan permasalahan yang mendasari perancangan sistem pakar, maka teknik
pengendalian yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai ke depan Forward Chaining. Dengan teknik pengendalian forward chaining, maka proses penentuan
kesesuaian lahan dimulai dari sekumpulan fakta yang kemudian akan dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan. Fakta berupa kejadian, yaitu nilai parameter yang
dimasukkan oleh pengguna. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penyeleksian sejumlah kaidah yang ada pada basis pengetahuan.
Sedangkan untuk menentukan persyaratan penggunaan lahan dan lokasi yang sesuai, digunakan teknik pengendalian mata rantai ke belakang Backward Chaining. Pada teknik
pengendalian backward chaining, pengguna diminta untuk memasukkan jenis tanaman pangan. Sistem akan mengeluarkan hasil berupa persyaratan tumbuh tanaman dan lokasi yang sesuai.
Keluaran dari sistem ini merupakan hasil pencocokkan antara jenis tanaman pangan dengan pengetahuan pakar mengenai persyaratan tumbuh yang diperlukan.
Mengingat bahwa beberapa parameter yang digunakan untuk proses penentuan kesesuaian lahan mempunyai nilai yang mengandung nilai yang tidak pasti, maka metode yang digunakan
untuk memproses masukan dari pengguna adalah FIS. Dengan menggunakan FIS maka setiap masukan dari pengguna akan dihitung nilai keanggotaannya sesuai dengan fungsi keanggotaan
yang digunakan. Setelah nilai keanggotaan diperoleh, maka nilai itulah yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kaidah-kaidah pada basis pengetahuan. Hasil evaluasi kaidah
akan di-defuzzifikasi dengan suatu metode tertentu untuk menentukan keluaran dari sistem berupa kesesuaian lahan dan faktor penghambatnya.
3.2.5 Implementasi dan Pengujian