mempunyai hambatan yang cukup besar untuk digunakan dan memerlukan kerjasama dari banyak pihak serta usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasi hambatan tersebut. Simbol N
yang menyatakan tidak sesuai atau lahan mempunyai penghambat yang sangat besar sehingga sulit diatasi untuk dapat digunakan.
3. Kesesuaian lahan tingkat subkelas
Kesesuaian lahan tingkat subkelas merupakan pengembangan dari tingkat kelas dengan menyatakan bentuk hambatannya. Oleh karena itu, hanya lahan dengan tingkat kesesuaian cukup
dan sesuai marginal yang dapat dibagi lagi menjadi kesesuaian lahan tingkat subkelas.
4. Kesesuaian lahan tingkat unit
Kesesuaian lahan tingkat unit merupakan bentuk tingkatan paling detail dan merupakan pembagian dari tingkat subkelas.
2.7.4 Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan- penggunaan tertentu Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Evaluasi lahan merupakan bagian
dari proses perencanaan tataguna lahan. Hasil dari evaluasi lahan akan direpresentasikan dalam bentuk peta yang akan menjadi dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang optimal dan lestari.
Pada intinya, evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan
digunakan. Tujuan dari dilakukannya evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk
tujuan tertentu. Sebagai langkah pertama, tujuan evaluasi lahan haruslah jelas. Selanjutnya ditentukan faktor-faktor yang akan digunakan sebagai penciri, dimana faktor-faktor tersebut
harus merupakan sifat-sifat yang dapat diukur atau ditaksir dan erat hubungannya dengan tujuan evaluasi lahan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam melakukan evaluasi lahan, yaitu : Aspek teknis, berkaitan dengan potensi lahan tersebut.
Aspek lingkungan, penggunaan lahan hendaknya tidak merusak kondisi lingkungan yang sudah ada.
Aspek hukum, sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
Aspek sosial, penggunaan lahan hendaknya tidak hanya menguntungkan seseorang saja, melainkan dapat mendatangkan keuntungan untuk seluruh masyarakat yang ada
disekitarnya. Aspek ekonomi, penggunaan lahan hendaknya dapat mendatangkan profit yang sebesar-
besarnya. Aspek politik, berkaitan dengan kebijakan pemerintah.
Evaluasi lahan dilakukan dengan mengikuti suatu prosedur yang menggambarkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan secara berurutan dalam proses evaluasi lahan. Tahapan
evaluasi lahan yang diperlukan dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Tahapan kegiatan evaluasi lahan FAO, 1976
III. METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran
Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai sektor industri.
Terjadinya krisis lahan produktif pada akhirnya akan berimbas pada ketahanan pangan nasional, mengingat bahwa hasil pertanian juga akan berkurang seiring dengan terjadinya penyempitan
lahan pertanian. Berbagai permasalahan lain seputar pengelolaan pertanian juga dapat mempengaruhi hasil panen yang ada. Adanya serangan hama dan penyakit, ketidak sesuaian
kondisi lahan dengan jenis tanaman yang ada, serta pengetahuan petani sebagai tenaga kerja pertanian, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan panen.
Salah satu cara yang dapat mengatasi masalah ketahanan pangan dan tetap mendukung pesatnya pembangunan, adalah melalui penggunaan lahan secara tepat. Ketepatan penggunaan
lahan dapat dilakukan melalui evaluasi lahan dengan mengetahui kesesuaian antara lahan yang akan digunakan dengan tanaman yang akan ditanam. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian lahan dengan tanaman yang ada adalah dengan cara mencocokkan antara karakteristik land characteristic dan kualitas lahan land quality dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang akan ditanam. Proses pencocokkan seperti ini dapat dilakukan terhadap segala jenis tanaman, baik tanaman yang termasuk sebagai tanaman pangan, tanaman hortikultura,
maupun tanaman tahunan. Skema proses pencocokkan ini dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan
Dengan mengetahui kesesuaian lahan, dapat diketahui sejak awal apakah lahan yang akan digunakan sesuai dengan tanaman pangan yang akan ditanam. Sehingga kegagalan panen yang