3.7. Regresi Poisson
Regresi Poisson didasarkan atas penggunaan fungsi peluang sebaran Poisson. Sebaran Poisson memodelkan peluang dari kejadian r dengan fungsi
µ peluang Myres, 1990: Prob r;u = e
-µ
µ
r
; r = 0,1,2,… r
dengan µ adalah nilai tengah sebaran, r adalah jumlah kejadian, dan e adalah bilangan naturalEuler 2, 7182. Parameter µ tergantung dari unit periode waktu
yang sangat spesifik. Sebaran Poisson selanjutnya digunakan unutk memodelkan jumlah kejadian yang relatif jarang terjadi dalam periode waktu
yang dipilih. Dalam hal ini µ adalah rata-rata kunjungan per individu dan t adalah periode waktu dalam aplikasi selanjutnya rata-rata jumlah kunjungan dalam
selang waktu t
i
adalah t
i
µ
i.
Jadi peluang jumlah kunjungan per individu r
i
dalam selang waktu t
i
adalah: Prob r
i
;u
i
= e
-µiti
µ
i
t
i r
; r
i
= 0,1,2,… r
i
nilai tengah r
i
adalah µ
i.
yang merupakan fungsi dari variabel-variabel bebasnya, secara matematik dapat dinyatakan:
r
i
= µ
i
+ e
i
r
i
= µx
i
, β + e
i
r
i
= µx
i1
, x
i2
, x
i3
,…. + e
i
selanjutnya dengan menggunakan fungsi peluang sebaran Poisson, peluang jumlah kunjungan r
i
dalam selang waktu t
i:
Prob r
,
β = e
-ti [µxi, β]
[t
i
µ x
i,
β
ri
; i= 0,1,2,…, k r
i
dengan i menyatakan nilai pengamatan induvidu ke-i. Fungsi µ x
i,
β dipilh untuk
fungsi yang tidak pernah bernilai negatif non negative misalnya e
xiβ
, yang
disebut sebagai fungsi penghubung link function. Model regresi Poisson dengan fungsi penghubung e
xiβ
adalah: µ = t
i
e
xβ
untuk penduga parameter koefisien regresi Poisson diperoleh dengan menggunakan
metode kemungkinan
maksimum Maximum
Likelihood Estimation
. Nlai penduga β digunakan metode IRWLS Iteratively Rewighted Least Square
sesuai dengan penggunaan Software Statistica Version 6.0 Released 2003.
3.8. Kerangka Berpikir
Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan Kebun Raya Cibodas sebagi obyek penelitian. KRC sebagai kawasan konservasi ex situ
mempunyai fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi, sarana eksplorasi, introduksi, koleksi, pelestarian plasma nutfah. Selain itu juga mempunyai fungsi
lingkungan, antara lain fungsi hidrologis, estetika, menyediakan udara bersih, keindahan dan lain sebagainya. Kawasan konservasi memiliki peran sangat
penting, terutama dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup sehingga menjadi lebih nyaman, segar, indah dan bersih. Sesuai dengan tujuannya,
pembangunan kawasan konservasi ditekankan pada fungsinya untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika, peresapan air, menciptakan
keseimbangan keserasian lingkungan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Potensi jasa lingkungan baik langsung ataupun tidak langsung dapat
dimanfaatkan secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk: wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air, supply oksigen, perlindungan system
hidrologis dan carbon offset Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen PHKA, 2003. Sebagai sebuah institusi, kebun raya dapat menjelma berupa
sebuah kebun yang kecil, tanpa dukungan memadai yang berfungsi utamanya
sebagai taman publik dan tempat rekreasi, namun juga dapat berupa organisasi penelitian yang cukup besar yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan seperti
penelitian, budidaya, pelatihan dan pendidikan lingkungan dan konservasi. Fungsi-fungsi KRC terhadap ekosistem dapat menimbulkan permasalahan.
Permasalahan dapat dikategorikan berdasarkan sisi permintaan dan penawarannya. Dari sisi permintaan, dalam hal ini pengunjung yang pada
umumnya masih rendah apresiasinya terhadap sumberdaya dan masih berperilaku negatif yang dapat merusak lingkungan. Perilaku-perilaku
pengunjung antara lain adalah mencoret-coret fasilitas rekreasi pada tembok, kolam, bebatuan, memetik dan merusak bagian dari tanaman, membuang
sampah sembarangan dan lain sebagainya. Belum semua pengunjung menyadari arti pentingnya kawasan. Pengunjung seharusnya bisa memperoleh
kegiatan wisata yang memberikan manfaat, contohnya adanya unsur edukasi. Masalah-masalah tersebut muncul sebagai akibat dari sifat manusia sebagai
homoeconomicus yang cenderung berpikiran ekonomi secara sempit dan jangka
pendek, sehingga kurang apresiasinya terhadap pemeliharaan kebutuhan umum yang berjangka panjang. Sifat konsumsi jasa lingkungan yang menyebabkan
tidak pernah diperjual-belikan dalam mekanisme pasar, membuat masyarakat sulit untuk menentukan besarnya manfaat jasa lingkungan dalam sistem nilai
uang. Sekalipun masyarakat tersebut dapat merasakan manfaat tersebut tetapi dalam kalkulus ekonominya cenderung untuk diabaikan. Pihak pengelola belum
mampu mengapresiasi nilai sumberdaya dan mengexplore sumberdaya kawasan, sehingga belum mampu menawarkan rekreasi yang dapat
meningkatkan nilai. Adanya pengkuantifikasian sumberdaya kawasan dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan kawasan. Penggalian
nilai-nilai yang ada dalam kawasan diharapkan dapat meningkatkan nilai dan
manfaat kawasan. Bagan alir kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Kebun Raya Cibodas KRC
Identifikasi masalah Kawasan konservasi Ex-situ
Pelestarian, introduksi plasma nutfah
Sarana rekreasi
Penghasil O
2
, fungsi hidrologis,estetika
Lainnya
Valuasi dan Manfaat Ekonomi Kawasan Demand
pengunjung: •
Apresiasi rendah terhadap kawasan
• Perilaku negatif:
vandalisme, buang sampah sembarangan, dll
• Kegiatan rekreasi yang
seharusnya memberikan manfaat unsur edukasi
Supply pengelola:
• Tidak bisa mengapresiasi
nilai sumberdaya wisata •
Tidak bisa menghitung nilai sumberdaya
• Belum mengexplore
sumber daya wisata yang dapat meningkatkan nilai
wisata
Alokasi Sumberdaya Optimal Jasa Lingkungan
Nilai Sumberdaya Hayati Nilai Ekonomi Wisata
Saran Pengelolaan
3.9. Hipotesis Penelitian