Penyerap dan Penjerap Gas-Gas Pencemar Udara

3. Widyastama 1991 mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO 2 dan penghasil oksigen adalah: damar, daun kupu-kupu, lamtoro gung, akasia dan beringin.

6.1.2. Penyerap dan Penjerap Gas-Gas Pencemar Udara

Adanya mekanisme penyerapan dan penjerapan gas pencemar oleh tajuk pepohonan di KRC, mampu mengurangi efek pencemar udara yang terdapat dalam udara bebas. Luas dan rapatnya tajuk pohon memberikan andil yang besar dalam mereduksi pencemaran yang terjadi. Tajuk pohon yang luas dan kerapatan yang tinggi akan menahan angin dan menciptakan turbulensi sehingga bahan pencemar udara akan tertahan oleh luasnya tajuk pohon. Dari penelitian mengenai serapan oleh tajuk pohon didapatkan kemampuan pohon dalam menyerap gas-gas pencemar udara. Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis pohon yaitu : mahoni Swietenia macrophylla, bisbul Diospyrosdiscolor, tanjung Mimusops elengi, kenari Canarium commune, meranti merah Shorealeprosula, kere payung Filicium decipiens, kayu hitam Diospyros clebica, duwet Eugenia cuminii, medang lilin Litsea roxburghii dan sempur Dillenia ovata telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap adsorpsi dan menyerap absorpsi debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen Irawati, 1990. Bidwell dan Fraser dalam Smith 1981 mengemukakan, kacang merah Phaseolus vulgaris dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kgkm2hari. Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini Bennet dan Hill, 1975. Inman dan kawan- kawan dalam Smith 1981 mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm 13,8 x 104 ugm3 menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam Tabel 3. Kemampuan Serapan Gas-gas Pencemar Udara oleh Tajuk Pohon Gas Pencemar Luas Tajuk Pohon m 3 Serapan oleh Tajuk Pohon gm 2 jam Kemampuan Serapan oleh Tajuk Pohon gjam CO 73.438 2.600 19.094.004,21 NO 73.438 2.300 16.890.849,88 SO 2 73.438 41.000 301.097.758,7 Sumber: Asyrafy, 2008 Untuk melakukan valuasi terhadap gas-gas pencemar udara dapat didekati dari biaya kesehatan. Gas-gas pencemar berpotensi menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti gangguan pernapasan, pusing, sukar kosentrasi, iritasi mata, stess dan lain-lain. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asyrafy 2008 terhadap valuasi hutan kota berdasarkan biaya kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Dengan menggunakan persamaan 7, maka dapat diduga valuasi KRC dalam mereduksi gas-gas pencemar udara berdasarkan biaya kesehatan: UV gas-gas pencemar = . . Rp. 62.399,50orangtahun 171.817 orang = Rp. 270.944.045.741tahun Jika divaluasi dengan menggunakan pendekatan biaya kesehatan, maka nilai dari gas-gas pencemar di KRC sebesar Rp. 270.944.045.741tahun.

6.1.3. Carbon Offset