Syarat dan Etika Tobat

benar berada dalam kondisinya yang paling baik, lahir maupun bathin. Sebagaimana dalam riwayat Ali ibn Abu Thalib, dia berkata, “Abu Bakar r.a. menceritakan kepadaku dan dia adalah seorang yang jujur, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada seorangpun yang melakukan satu perbuatan dosa, lalu dia segera bangkit dan bersuci, alangkah baiknya aktivitas bersuci yang dia lakukan, dan kemudian dia memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali dia akan diampuni oleh- Nya”, lalu beliau membaca firman Allah, dan juga orang-orang yang apabila menegrjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui QS: Ali Imram [3]: 135. 33 d. Di antara etika tobat yang harus dijalani seseorang adalah memiliki perasaan takut dan harapan sewaktu meminta ampunan kepada Allah. Sungguh Allah telah menyifati diri-Nya dengan firman-Nya, Yang mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya QS. Al-Mukmin [40]: 3; Ketahuilah, sesungguhnya Allah amat keras 33 Abu Isa At-Turmudzi, Sunan At-Turmudzi, Bairut: Daar Ihya’ At-Turats Al-„Arabi, 1999, Jilid 1, h. 257. siksaan-Nya, dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS. Al-Maidah [5]: 98. 34 Oleh karena itu tidak seharusnya orang yang berbuat maksiat meninggalkan tobat, bagaimanapun besarnya dosa yang telah ia lakukan. Sebab, sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dari pada dosanya, rahmat-Nya Maha luas, dan pemaafan-Nya lebih banyak. e. Dalam tobat, seseorang juga harus memilih waktu-waktu yang utama. Misalnya waktu sahur, sebagaimana Allah SWT berfirman: Dan yang memohon ampunan pada waktu pagi sebelum sahur sebelum fajar. QS. Ali „Imran [3]: 17; Dan selalu memohon ampunan pada waktu pagi sebelum fajar akhir malam. QS. Al-Dzariyat [51]: 18. 35 f. Di antara etika tobat berdoa dan beristigfar dengan rangkaian doa yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Sesungguhnya doa yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah sangat jelas, seimbang, lugas, teratur, dan memiliki pengaruh yang besar pada hati. Lain halnya dengan doa yang dibuat-buat oleh manusia dari rangkaian kata yang dipilih dan disusunnya, Karena ia tidak memiliki keindahan yang 34 Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004, h. 124. 35 Ibid., h. 521. dimiliki kalimat Al-Qur`an, dan tidak mempunyai keluhuran yang tersimpan dalam rangkaian doa-doa Nabi. 36 Di antara rangkaian doa-doa yang diajarkan dalam Al-Qur`an adalah doa-doa yang disebutkan Al-Qur`an dari Adam, Nuh, Ibrahim, dan yang lainnya dari pada Nabi, Rasul, dan orang-orang yang shaleh, diantaranya sebagai berukut: Yang artinya: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. QS. Ali Imran [3]: 147. 37

5. Ciri-ciri Pertobatan yang Diterima

Pertobatan yang diterima memiliki beberapa ciri, dan berbeda dari pada pertobatan yang ditolak oleh Allah SWT. Adapun ciri-ciri pertobatan yang diterima menurut Yusuf Qordhawi dalam bukunya yang bejudul Kitab Petunjuk Tobat; Kembali ke Cahaya Allah, diantaranya adalah: 38 a. Setelah melakukan pertobatan, seseorang menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. 36 Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000, h. 114. 37 Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004, h. 68. 38 Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000, h.179. b. Perasaan takut selalu menyertai pelaku pertobatan. Ia tidak pernah merasa aman dari makar Allah, sekalipun hanya sekedip mata. c. Terkoyak-koyak hati karena rasa penyesalan dan rasa takut yang mendalam. Hal ini sesuai dengan kadar besar dan kecilnya perbuatan buruk yang telah ia lakukan. d. Keterkoyakan hati, tidak ada sesuatu pun yang menyerupainya, tidak ada pada orang yang tidak berdosa, bukan karena lapar, bukan karena berolahraga, dan bukan hanya karena cinta. Sesungguhnya ia merupakan sesuatu yang ada dibalik semua hal tersebut, yang akan menghancurkan hati di hadapan Sang Tuhan. 39 Ini semua merupakan pengaruh dari pertobatan yang diterima oleh Allah. Dan apabila seseorang telah melakukan tobat, namun tidak menemukan atau merasakan pengaruh dan perubahan dari tobat tersebut di dalam hatinya, maka seharusnya kita harus mencurigai pertobatan kita.

6. Perintah Tobat

Tobat merupakan salah satu bentuk kebajikan yang harus dilakukan oleh setiap manusia, baik yang merasa dirinya berdosa maupun tidak. Tobat bagi orang-orang yang berdosa merupakan jalan yang wajib di lalui untuk memohon ampunan kepada Allah agar dosa- 39 Ibid., h. 180-181. dosanya di ampunkan oleh Allah, sedangkan tobat bagi orang-orang yang merasa tidak berdosa merupakan jalan yang baik untuk memupuk pahala. Oleh karena itu, tobat merupakan salah satu perintah agama yang harus dilakukan oleh seluruh umat manusia. Di dalam Al-Qur`an terdapat ayat yang memerintahkan untuk melakukan tobat, demikian pula di dalam haditsnya, Rasulullah memerintahkan dan memberikan pujian kepada orang-orang yang melakukan tobat. 40 Adapun ayat-ayat yang memerintahkan tentang tobat, diantaranya adalah sebagai berikut: a. QS. Tahrim 66: 8: Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatunya ”. 41 40 Yusuf, Mutiara Taubat, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006, h. 28-29. 41 Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004, h. 951.