dilakukan oleh setiap hamba sebagaimana perintah Allah SWT dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya.
Kedua, tobat sunah adalah bertobat dari meninggalkan amalan-amalan sunah atau melakukan amalan makruh. Orang yang hanya melakukan tobat
jenis pertama termasuk golongan moderat
دصتقملا رارباا , dan orang yang
melakukan kedua jenis tobat di atas termasuk golongan yang berlomba dalam berbuat kebajikan
ةيريخلا قب س , sedangkan yang tidak melakukan
keduanya termasuk golongan yang zhalim
سف ل مل ظ , mungkin kafir
atau fasik.
26
Penjelasan untuk kedua macam tobat di atas, sebelumnya telah dipertegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surat Al-waqiah ayat 7-
12, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan,
alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu
beriman, merekalah yang paling dulu masuk surga. Mereka itulah orang yang didekatkan kepada Allah.berada dalam surga kenikmatan”.
27
26
Ibid., h. 29.
27
Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004, h. 56.
4. Syarat dan Etika Tobat
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika melakukan tobat. Syarat-syarat itu akan sangat terkait dengan dosa-dosa
yang dilakukan karena pelanggaran terhadap hak-hak Allah atau terhadap hak-hak manusia.
Terhadap hak-hak Allah, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
28
a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang
dilakukan. b.
Menyesali dari dari perbuatan maksiat yang dilakukan. c.
Bertekad untuk tidak akan mengulangi lagi perbuatan seperti itu.
d. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal
kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah.
Terhadap hak-hak manusia, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
29
a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang
dilakukan terhadap sesama. b.
Memohon maaf kepada yang bersangkutan, jika dosa itu menyangkut kehormatan orang lain.
c. Mengembalikan harta kepada pemiliknya, jika itu
menyangkut pengambilan harta benda orang lain tanpa hak. d.
Menyesali diri dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan. e.
Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga
kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah.
28
Chalid Ruray , “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada
23 Februari 2011 pada http:mediasalaf.comaqidahtaubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba.
29
Ibid., “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23
Februari 2011 pada http:mediasalaf.comaqidahtaubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba.
Dalam buku Kitab Petunjuk Tobat, Yusuf Qardhawi menyatakan ada beberapa syarat dan etika yang harus dipenuhi agar tobatnya yang kita
lakukan diterima di sisi Allah,
30
antara lain: a.
Niat yang ikhlas dan mengharap ridha Allah dalam melakukannya. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal apapun, kecuali
jika dilakukan secara ikhlas untuk mengharap keridhaan-Nya. Rasulullah bersabda:
”Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan seseorang itu hanya akan mendapatkan pahala dari niat yang dia miliki” HR.
Al-Bukhari.
31
b. Hati menyertai lisan sewaktu melakukan tobat. Oleh karena itu, jangan
pernah seseorang berkata, “Aku memohon ampunan kepada Allah, sedangkan hatinya terus-menerus berbuat maksiat. Diriwayatkan dari
Ibn „Abbas, dia berkata, “Orang yang memohon ampunan kepada Allah, tetapi berbuat maksiat, maka ia seperti orang yang mengolok-
olok Tuhannya”.
32
c. Etika yang harus diperhatikan dalam tobat adalah seseorang yang
mesti melakukannya dalam keadaan suci, sehingga ia sedang benar-
30
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000, h. 109.
31
Abu Abdullah Al-Bukhori, Shohih Bukhori, Bairut: Daar Ibnu Katsir, 1987, Jilid 1, h. 1.
32
Ibid., h. 110.
benar berada dalam kondisinya yang paling baik, lahir maupun bathin. Sebagaimana dalam riwayat Ali ibn Abu Thalib, dia berkata, “Abu
Bakar r.a. menceritakan kepadaku dan dia adalah seorang yang jujur, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda
:
“Tidak ada seorangpun yang melakukan satu perbuatan dosa, lalu dia segera bangkit dan bersuci, alangkah baiknya aktivitas bersuci
yang dia lakukan, dan kemudian dia memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali dia akan diampuni oleh-
Nya”, lalu beliau membaca firman Allah, dan juga orang-orang yang apabila
menegrjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang
mereka mengetahui QS: Ali Imram [3]: 135.
33
d. Di antara etika tobat yang harus dijalani seseorang adalah memiliki
perasaan takut dan harapan sewaktu meminta ampunan kepada Allah. Sungguh Allah telah menyifati diri-Nya dengan firman-Nya, Yang
mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya QS. Al-Mukmin [40]: 3; Ketahuilah, sesungguhnya Allah amat keras
33
Abu Isa At-Turmudzi, Sunan At-Turmudzi, Bairut: Daar Ihya’ At-Turats Al-„Arabi,
1999, Jilid 1, h. 257.