Dampaknya Terhadap PT. Carrefour Indonesia

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun jika dicermati amanah Pasal 13 Undang-Undang Nomor 25 Taahun 2007 tentang Penanaman Modal, belum dijalankan sepenuhnya karena dengan diberikannya berbagai izin usaha ritel besar seperti PT. Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo dengan sendirinya akan membunuh berbagai ritel tradisional yang sebagian besar pelakunya adalah pengusaha kecil. 79 79 Joni Emirzon, Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. Alfa Retalindo Tbk. Oleh PT. Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU Anti Monopoli dan UU Penanaman Modal, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun 2008 , h. 19. 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerapan syarat-syarat perdagangan trading term PT. Carrefour Indonesia terbukti menghambat persaingan dengan menerapkan besaran trading terms kepada para pemasok PT. Alfa Retalindo, memperhitungkan jenis trading terms additional conditional rebate baik kepada pemasok PT. Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo berdasarkan total penjualan PT. Carrefour Indonesia dan PT. Alfa Retalindo, dan memaksakan pemasok PT. Carrefour Indonesia untuk juga memasok ke PT. Alfa Retalindo yang dianggap sebagai pelanggaran oleh KPPU. 2. Dampak hukum pasca ditetapkannya Putusan Mahkamah Agung Nomor: 502 KPdt.Sus2010 terkait penerapan syarat-syarat perdagangan trading terms oleh PT. Carrefour Indonesia setelah akuisisi PT. Alfa Retalindo, KPPU telah gagal mempertahankan putusannya, sedangakan PT. Carrefour Indonesia merasa diuntungkan dengan adanya putusan tersebut, dan bagi kondisi persaingan usaha di Indonesia khususnya berkaitan dengan para peritel tradisional, hal itu merupakan hambatan karena daya saing yang tidak berimbang.

B. Saran

1. Perlu ditingkatkannya law enforcement Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sehingga kondisi persaingan di Indonesia berjalan dengan sehat dan tidak terjadi kecurangan yang dampaknya merugikan para pengusaha khususnya para pengusaha kecil. 2. Kebijakan pembatasan trading terms dilakukan dengan menetapkan besaran maksimal trading terms sehingga tidak memberatkan para pemasok. Pembatasan nilai maksimal trading terms akan mendorong dinikmatinya hasil efesiensi manufaktur oleh konsumen bukan oleh peritel. 3. Pasar ritel Indonesia masih luas, maka untuk mempertahankan persaingan usaha yang sehat dan efektif, sistem pemberian izin usaha harus berdasarkan sistem zonasi sesuai dengan tata ruang wilayah kota setempat. Sehingga hypermarket tidak bersaing secara langsung dengan pasar tradisonal, pengecer kecil, atau hypermarket juga tidak bersaing dengan minmarket sehingga dapat menguras pasar tradisional. 4. Adanya pengaturan industri ritel yang dilakukan melalui sebuah undang- undang. Salah satu hal penting yang harus diatur dalam undang-undang tersebut adalah tentang sanksi yang keras dan tegas terhadap pelanggarannya serta penetapan lembaga penegak hukumnya. Berbasiskan