Hisbah. Lembaga ini bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap tindakan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan kecurangan yang
dilakukan oleh pelaku usaha di pasar.
77
3. Dampaknya Terhadap Persaingan Usaha di Indonesia
Secara umum, tidak semua tindakan akuisisi mendatangkan keuntungan, namun ada juga yang mendatangkan kerugian akibat pengakuisisian sebuah
perusahaan. Tindakan akuisisi juga dapat dijadikan alat untuk mematikan pesaing bisnis dengan cara membangkrutkan atau menutup perusahaan yang
diakuisisi. Tindakan akuisisi dapat berdapak merugikan kepentingan masyarakat dan menumbuhkan persaingan tidak sehat antara perusahaan. Hal
ini penting mengingat jika akuisisi saham pada posisi dominan, maka pihak yang mengakuisisi secara hukum memiliki kendali dalam manajemen
perusahaan. Berdasarkan hal diatas, kasus pengambilalihan saham mayoritas PT.
Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia sebesar 75 bisa dikategorikan posisi PT. Carrefour Indonesia dominan di dalam PT. Alfa Retalindo dan ini
dapat berdampak luas, apalagi setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung Nomor 502 KPdt.Sus2010 yang menyetujui tindakan akuisisi yang
dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia, karena selama ini PT. Alfa Retalindo
77
Rasulullah Saw. Adalah muhtasib pengawas pertama. Beliaulah yang memimpin langsung inspeksi ke pasar, setelah tugas-tugasnya semakin padat Rasulullah Saw. Lalu
menyerahkan tugas mengawasi pasar itu kepada Sa’id bin al-“ashib Umayyah di Mekkah dan Umar bin Khattab di Madinah. Muhamad Akram Khan, Al-Hisbah dan Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004, h. 11.
salah satu perusahaan ritel yang memiliki lokasi dan pangsa pasar yang luas dan berposisi dominan serta menyebar di berbagai pelosok daerah.
Di samping itu dampak dari putusan Mahkamah Agung Nomor 502 KPdt.Sus2010 akan mematikan usaha kecil dengan adanya pengambilalihan
saham tersebut, karena bisnis ritel PT. Alfa Retalindo dan PT. Carrefour Indonesia berdampingan dengan usaha kecil di berbagai daerah, sehingga
persaingan tidak sehat akan tumbuh dan berdampak negatif terhadap keberadaan peritel kecil atau tradisional, padahal dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Bab VIII tentang pengembangan Penanaman Modal Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan
Koperasi, dalam Pasal 13 ditentukan bahwa: 1.
Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, menegah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka
untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
2. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan
pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.
78
Selain itu, putusan Mahkamah Agung Nomor 502 KPdt.Sus2010 jika ditinjau dari Perpres No. 1122007 dan Perpres No 1112007 yang mengatur
daftar negatif investasi, akuisisi PT. Alfa Retalindo oleh PT. Carrefour Indonesia tidak terjadi benturan, karena bisnsis ritel tersebut tidak termasuk
dalam daftar negatif dan bidang-bidang usaha yang dilarang, baik secara seratus persen atau sebagian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12
78
Pasal 13, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun jika dicermati amanah Pasal 13 Undang-Undang Nomor 25 Taahun 2007
tentang Penanaman Modal, belum dijalankan sepenuhnya karena dengan diberikannya berbagai izin usaha ritel besar seperti PT. Carrefour Indonesia
dan PT. Alfa Retalindo dengan sendirinya akan membunuh berbagai ritel tradisional yang sebagian besar pelakunya adalah pengusaha kecil.
79
79
Joni Emirzon, Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. Alfa Retalindo Tbk. Oleh PT. Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU
Anti Monopoli dan UU Penanaman Modal, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27, No. 1, Tahun 2008 , h. 19.