James Vander Zander Pengertian Perilaku Menyimpang

94 Sosiologi Kontekstual X SMAMA Dari pengertian-pengertian perilaku menyimpang tersebut maka dapat disimpulkan perilaku me- nyimpang adalah suatu perilaku yang diekspresikan oleh seseorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang disadari atau tidak telah menyimpang dari norma-norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Untuk lebih mempertajam tentang pengertian perilaku me- nyimpang maka menurut Paul B. Horton 1999:191-195, penyim- pangan sosial memiliki 6 ciri, yaitu:

a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan

Suatu perilaku disebut menyim-pang bilamana perilaku tersebut dinyatakan sebagai perilaku yang menyimpang. Menurut Becker, bukanlah kualitas dari suatu tindakan yang dilakukan orang melainkan konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut. Penilaian apakah suatu perilaku termasuk menyimpang atau tidak dida- sarkan pada kriteria tertentu yang diketahui penyebabnya. Misalnya, tindakan seorang anak muda yang menindik lidahnya atau hidungnya dan dipakaikan anting serta bertato. Di Indonesia hal tersebut dianggap perilaku yang tidak umum dan melanggar norma tetapi di masyarakat Barat hal tersebut merupakan sebuah perilaku yang biasa dan wajar malah dianggap sebagai sebuah kreativitas.

b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa Juga Ditolak

Sebagian ahli sosiologi menyebutkan bahwa penyimpangan tidak selalu berdampak negatif. Ada beberapa perilaku menyimpang yang dapat diterima oleh masyarakat, misalnya saja pendapat peserta diskusi yang Sumber: Tempo, 5 Maret 2006 Gambar 5.2 Salah satu contoh perilaku remaja yang menyimpang Dinamika Sosial Hal yang perlu kalian ingat adalah bahwa suatu perilaku dapat dikatakan menyim- pang di suatu daerah tertentu belum tentu di daerah lain juga dikategorikan sebagai perilaku yang menyimpang. Misalnya ketika kalian berada di daerah pedalaman Papua akan terlihat kaum laki-laki hanya menggunakan koteka saja untuk menutupi badannya. Di Papua hal tersebut dianggap biasa tetapi jika hal ini terjadi di daerah lain maka dianggap berperilaku menyim- pang. Yang perlu diperhatikan adalah patokan nilai-nilai atau norma-norma sebagai ukuran baku bagi masyarakat setempat.