Bersifat Preventif Sifat-sifat Pengendalian Sosial

111 Perilaku Menyimpang dalam Masyarakat ketika masyarakat mengalami ketenteraman dan kedamaian dalam kehidupannya. Langkah-langkah persuasif ini merupakan langkah yang biasa ditempuh oleh banyak lembaga sebagai usaha untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan sosial. Misalnya, razia penangkapan pada wanita tunasusila yang kemudian diberikan bimbingan atau bekal keterampilan agar dapat mencari pekerjaan lain yang tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

b. Coercive paksaan

Pengendalian sosial yang dilakukan dengan kekerasan atau paksaan. Cara-cara seperti ini seringkali menimbulkan dampak negatif warga masyarakat yang secara langsung dan tidak langsung tidak menyetujui cara-cara pengendalian sosial dengan kekerasan. Dibedakan menjadi dua, yaitu: 1 Kompulsi paksaan, keadaan yang sengaja diciptakan sehingga seseorang terpaksa menaati aturan dan menghasilkan kepatuhan yang sifatnya tidak langsung. Misalnya, adanya hukuman penjara atau hukuman mati diharapkan membuat orang tidak melakukan tindakan menyimpang. 2 Pervasi pengisian, suatu cara pengenalan yang dilakukan secara terus- menerus dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu sehingga mampu mengubah kesadaran manusia untuk memperbaiki sikap dan perbuatannya menjadi lebih baik. Misalnya, bimbingan yang dilakukan untuk mengobati pecandu narkoba.

4. Cara-cara Pengendalian Sosial

Pertanyaan penting yang perlu dicermati adalah bagaimana cara-cara pengendalian sosial ini bisa dilakukan mengingat ketertiban dan keteraturan sosial dalam masyarakat kadangkala sulit tercapai. Seperti yang kita lihat fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin banyak menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan dalam berkehidupan kelompok. Misalnya, fenomena bom bunuh diri yang telah memakan banyak korban, pergaulan seks bebas para remaja, peredaran video porno yang semakin merajalela, sampai pada kerusuhan sosial yang memakan korban jiwa. Perlu diketahui bahwa fenomena-fenomena sosial tersebut merupakan contoh tidak berhasilnya lembaga pengendalian sosial menjalankan fungsinya. Secara umum, pengendalian sosial dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: