tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di suraumusola, di rumah dan sebagainya.
8
2. Tanggung Jawab Guru
Guru adalah sosok yang juga bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Guru yang mengabdikan diri pada sebuah lembaga
pendidikan, bukan hanya guru yang mampu menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa, dan wataknya
tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak
anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi
dengan sejumlah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan bahkan agama. Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar
menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang.
9
Selain itu, guru pun bertanggung jawab untuk memberikan sejumlah norma-norma yang baik kepada anak didik agar tahu mana
perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi
dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
3. Tugas Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru
mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila
8
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, h. 31
9
Ibid, h.36
yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara.
10
Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandungwali anak
didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami
jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di rumah.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi dianggap penting bagi setiap manusia dalam menggapai sebuah tujuan yang akan digapai. Dalam hal ini, motivasi dapat diartikan
sebagai sebuah dorongan ataupun kekuatan dalam menggapai sebuah tujuan pembelajaran yang maksimal baik bagi para pendidik ataupun bagi
para peserta didik. Motivasi yang dimaksudkan bisa di dapat dari pihak pendidik atau disebut guru, dan juga bisa di dapat dari sisi internal baik
diri sendiri ataupun motivasi dari orang tua. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
kesiapsiagaan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakanmendesak.
11
Selain itu, motivasi dapat juga diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
antusiasismenya dalam melaksanakan kegiatan, baik yang bersuber dari
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, h. 36
11
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h.73
dalam diri individu itu sendiri motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik.
12
Motivasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk
menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku- tingkah laku lain dari orang itu. Kita menentukan diri dari proses ini
dengan menyimpulkan dari tingkah laku yang dapat diamati.
13
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga berhubungan dengan perasaan dan
emosi yang kemudian seseorang akan bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin melakukan sesuatu.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam
motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
14
Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Di samping
itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon dari organisme, kekuatan dorongan
organisme, dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku,
tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal. Dalam hal ini, insentif hadiah atau
hukuman mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.
15
12
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, h. 79
13
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, h. 203
14
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 80
15
Ibid, h.82