PERSEPSI SISWA TERIIADAP PERAN GT]RU SEBAGAI MOTIVATOR PADA MATA PELAJARAN IPS DI MTsN BANTARGEBAI\G BEKASI JA,WA BARAT

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ANNISA WIHASTIN NIM. 1111015000015

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

JA,WA BARAT

Skripsi

{

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Annisa Wihastin

I\IM:

1111015000015

Mengesahkan:

Pembimbing Skripsi

Drs. Syaripulloh, M.Si NrP. 19670909200701 I 033;

JT]RUS$[ ILMU PENGETAHUAhI SOSIAL FAKI.JLTAS ILMU TARBIYAH DAI\ KEGT]RUAI\ IINTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATT]LLAII

JAKARTA 2015


(3)

Barat

disusun

oleh ANMSA WIHASTIN Nomor Induk

Mahasiswa 1111015000015, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 13 Oktober 2015 Di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana

Sl

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 13 Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 1973042420080t 1 Qtz

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Program Studi )

Drs. Syaripulloh, M.Si

NIP. 19670909 200701 I 033

Penguji I

Annisa Windarti, M.Sc MP. 19820802201101 2 005

Penguji II Sodikin, M.Si

,''

zr

f

p

fut,s

t74

l/

" f" "'t'

+'

/q /s

--1\.

D61-:a-tt

/!?

/

2oLS

%

4-o/r

tahui Jarbiyah dan


(4)

(5)

i

Annisa Wihastin (1111015000015). Persepsi Siswa Terhadap Peran Guru Sebagai Motivator Pada Mata Pelajaran IPS Di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran seorang guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat pada tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah 50 siswa dengan teknik pemilihan yaitu cluster random sampling. Setiap kelas mewakili 10 orang siswa, sedangkan kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu kelas IX-6, IX-7, IX-8, IX-9 dan IX-10. Teknik analisa data yaitu dengan mendeskriptifkan hasil wawancara, mendeskriptifkan hasil angket siswa, dan juga menganalisis hasil observasi. Sebagai validasi/keabsahan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka dilakukan pula teknik Triangulasi data. Triangulasi data ini dilakukan dengan cara menggabungkan serta mendeskriptifkan hasil observasi, wawancara guru dan penyebaran angket kepada responden yakni siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah berperan sebagai motivator dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan angket yang rata-rata menjawab bahwa guru selalu berperan sebagai motivator sebanyak 36,4% dan hasil wawancara guru yang menjelaskan bahwa mereka telah banyak menggunakan berbagai cara, baik media pembelajaran ataupun hal lain yang berkaitan dengan pemberian motivasi kepada siswa dengan cukup baik.


(6)

ii

Annisa Wihastin (1111015000015). Perception Students Against Role of Teachers As a motivator At Subjects IPS MTsN Bantargebang In Bekasi, West Java.

The purpose of this study was to determine the role of teachers in improving student achievement in social studies.

The method used is descriptive method with qualitative approach. This research was conducted in MTsN Bantargebang Bekasi, West Java in 2015. The sample was 50 students with selection techniques that cluster random sampling. Each class represents 10 students, while classes used for research that is class IX-6, IX-7, IX-8, IX-9 and IX-10. Data analysis technique is to describe interviews, describe student questionnaire results, and also analyze the results of observation. As a validation / validity of research data that has been collected, it also conducted a data triangulation technique. Triangulation of data is done by combining and describe observation, teacher interview and questionnaire to the respondent namely students.

The results showed that the teachers have a role as a motivator in improving student achievement in social studies. This is evident from the calculation of the average questionnaire replied that the teacher always acts as a motivator as much as 36.4% and the interviews of teachers who explain that they have been widely used in various ways, both instructional media or other matters relating to the provision of motivation to students well enough.


(7)

iii

yang berjudul “Persepsi Siswa terhadap Peran Guru Sebagai Motivator Pada Mata

Pelajaran IPS Di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat”. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai sebagaimana mestinya tanpa ada bantuan dari semua pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak H. Syaripulloh, M.Si selaku sekertaris jurusan dan dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu dan tenaganya untuk membimbing dan memberikan arahan, nasehat serta ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Semoga bapak selalu dalam rahmat serta lindungan Allah SWT.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

5. Kedua Orangtua yang sangat saya cintai hingga akhir hayat, ibu dan papah tercinta yaitu Sri Winarni, SE dan H. Moh Wakhid Hasim, S.Ag yang selalu mencurahkan doa, semangat, dukungan baik materi dan moril maupun spiritual. Tiada kata lain selain ucapan Terimakasih tak terhingga untuk ibu dan papah tercinta. Persembahan terindah yang pertama kali ananda lakukan ikhlas untuk membuat kalian tersenyum bahagia karena telah mampu mendidik dan mengasuh ananda hingga mampu menyelesaikan studi sarjana ini.

6. Keluarga Wihastin tercinta, adik manis kesayangan yaitu Nur Safitri Wihastin serta adik kecil kesayangan Muhammad Zaky yang selalu memberikan doa serta semangat hingga pada akhirnya ananda mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

iv

ini.

8. Sahabat-sahabat tersayang Aristiana Indah Kumalasari, Afaf Nazihah, Nurlela dan Daenuri Ridwan, terimakasih menemani ananda selama 8 semester dalam keadaan suka dan duka, serta bersama berjuang untuk menyelesaikan skripsi terbaik masing-masing. Semoga persahabatan ini kekal walau kelak kita akan terpisah oleh keadaan dan waktu.

9. Semua teman seperjuangan pendidikan IPS baik prodi Ekonomi, Sosiologi dan Geografi angkatan 2011, terimakasih untuk segala kenangan manis yang kalian berikan dan semoga kesuksesan akan selalu menghampiri kita semua.

10.Kepada seluruh pihak MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat yang telah memberikan keleluasaan pada ananda untuk dapat menjalankan penelitian skripsi ini.

Pada akhirnya Tak ada gading yang tak retak, begitupun dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, aamiin.

Jakarta, Juni 2015


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH LEMBAR UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT………... .. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Persepsi Siswa ... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

3. Manfaat Persepsi Siswa ... 10

B. Guru ... 12

1. Pengertian Guru ... 12

2. Tanggung Jawab Guru ... 13

3. Tugas Guru ... 13

C. Motivasi ... 14

1. Pengertian Motivasi ... 14


(10)

vi

6. Macam/Jenis Motivasi………. .. 21

D. Definisi Belajar ... 24

1. Belajar……….... 24

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar……… .. 27

3. Tujuan Belajar………. .. 28

E. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 29

1. Pengertian Pendidikan IPS……….. .. 29

2. Tujuan Pendidikan IPS……… .. 30

F. Peran Guru Sebagai Motivator ... 32

G. Hasil Penelitian Relevan……… ... 33

H. Kerangka Berpikir……….. .. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Populasi dan Sampel ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 42

3. Angket ... 42

F. Instrument Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 47

H. Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 50

B. Hasil Observasi Guru IPS ... 57

C. Hasil Wawancara Guru IPS……… .. 58


(11)

vii

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(12)

viii

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru IPS Kelas IX Tabel 3.4 Pertanyaan Wawancara Guru IPS Kelas IX

Tabel 3.5 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Tabel 4.1 Identitas Madrasah Tabel 4.2 Pimpinan Madrasah Tabel 4.3 Siswa Madrasah Tabel 4.4 Langganan Daya Jasa Tabel 4.5 Asset Tanah

Tabel 4.6 Asset Bangunan

Tabel 4.7 Kendaraan Bermotor dan Alat Elektronik

Tabel 4.8 Meubeler dan Alat Penyimpanan Perlengkapan Kantor

Tabel 4.9 Guru Menjelaskan Tujuan Belajar Sebelum Memulai Pelajaran Tabel 4.10 Guru Menghargai Setiap Jawaban Yang Siswa Berikan

Tabel 4.11 Guru Menggunakan Model Pembelajaran Yang Bervariasi Tabel 4.12 Guru Memberikan Evaluasi Belajar

Tabel 4.13 Guru Memotivasi Pembelajaran Siswa Di Setiap Jam Belajar Tabel 4.14 Guru Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan


(13)

ix

Tabel 4.17 Guru Memberikan Reward Atau Penghargaan terhadap Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.18 Guru Mendorong Siswa Untuk Berhasil Tabel 4.19 Guru Membiasakan Tersenyum

Tabel 4.20 Guru Memanggil Siswa Dengan Namanya

Tabel 4.21 Guru Mengembalikan Hasil Ulangan Tepat Waktu Tabel 4.22 Guru Menyelipkan Humor Pada Setiap Pembelajaran Tabel 4.23 Guru Menjalin Komunikasi Yang Baik Dengan Siswa

Tabel 4.24 Guru Bersikap Tegas Kepada Siswa Yang Melanggar Aturan Tabel 4.25 Guru Datang Dan Keluar Tepat Waktu Sesuai Bel Berbunyi Tabel 4.26 Guru Bertanya Tentang Kabar Siswa Sebelum Pelajaran Dimulai Tabel 4.27 Guru Memberikan Contoh Realita Kehidupan Yang Belajar

Dengan Tekun Akan Meningkatkan Prestasinya Tabel 4.28 Guru Mampu Mengendalikan Kelas


(14)

x

Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru IPS Lampiran 3 Angket Penelitian Siswa Lampiran 4 Hasil Observasi Guru Lampiran 5 Pernyataan Uji Referensi Lampiran 6 Lembar Uji Referensi

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian Sekolah Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era global ini, penyelenggaraan pendidikan memiliki keterkaitan antara sumber daya pendidikan dengan sumber daya manusia selaku penggeraknya. Sebagai suatu proses, penyelenggaraan pendidikan memerlukan penanganan yang terencana dan sistematis sehingga berbagai sumber daya pendidikan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan yang terarah.

Sumber daya pendidikan seperti sarana dan prasarana serta finansial/ keuangan memiliki peranan sangat penting. Ada hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah guru yang memiliki kemampuan mengajar dan mendidik secara baik bagi peserta didik. Peranan seorang guru dalam dunia pendidikan memiliki arti tersendiri bagi sumber daya pendidikan, guru merupakan faktor penggerak bagi kemajuan pendidikan untuk mencapai mutu pendidikan yang lebih baik supaya mampu bersaing dengan pendidikan luar negeri.

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah 58:11)1

Mengingat demikian pentingnya peranan seorang guru dalam mengantarkan tujuan pendidikan, maka guru dituntut untuk memiliki

1


(16)

kompetensi profesional. Hal ini ditegaskan oleh Sukmadinata dalam Pupuh Faturrohman dan Aa Suryana bahwa:

“Bertolak dari asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka implikasinya bahwa setiap guru harus memenuhi persyaratan yang dituntut oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap secara profesional, hal itu tentu harus sejalan dengan peranan guru terutama di sekolah sebagai lembaga pendidikan profesional.”2

Selain itu dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.3

Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Gurulah yang memegang peranan yang sangat penting dalam membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada peserta didiknya, tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan bekal pengetahuan kepada siswanya mengenai etika, kemampuan untuk survive dalam hidup, moral, empati, kreasi dan sebagainya. 4

Sebutan guru sebagai pendidik biasanya dikenal juga dengan sebutan lain, meskipun tidak dipersyaratkan secara formal sesuai dengan undang-undang, tetapi sudah teruji kemampuannya oleh masyarakat, seperti kyai

2

Pupuh Fatturohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.12

3

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta, 2006), h. 93

4

Pupuh Fatturohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.13


(17)

(pendidik santri di pesantren), ustadz (pendidik murid di madrasah diniyah, majlis ta’lim, masjid dan musola), dan lain sebagainya.

Jika mengacu pada kedudukan dan fungsi pendidik sebagaimana dijelaskan pada undang-undang, maka pendidik dalam proses pendidikan baik melalui kegiatan belajar-mengajar di lembaga formal (sekolah) maupun non formal (luar sekolah), pada hakikatnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang apabila dijabarkan indikatornya antara lain menurut Oemar Hamalik dalam A. Fattah Yasin adalah: (a) pendidik sebagai model; (b) pendidik sebagai perencana; (c) pendidik sebagai peramal; (d) pendidik sebagai pemimpin, dan; (e) pendidik sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat-pusat belajar.5

Dengan demikian, pemerintah harus memperhatikan dan

mementingkan peningkatan sumber daya manusia, dengan cara mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berprestasi dalam segala aspek pembangunan, terutama berprestasi dalam dunia pendidikan.

Guru memiliki peran penting untuk membantu pencapaian prestasi yang baik bagi para peserta didiknya. Keberhasilan pencapaian prestasi ini pun erat kaitannya dengan motivasi belajar siswa/peserta didik itu sendiri. Motivasi ini bisa didapatkan melalui sisi intrinsik dan juga ekstrinsik. Salah satu motivasi ekstrinsik ini ialah peran guru dalam memotivasi siswa/peserta didiknya dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah dalam A.Fattah Yasin bahwa tugas dan tanggung jawab pendidik diantaranya adalah sebagai motivator, yaitu pendidik/guru harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. 6

Seorang pendidik/guru diharapkan mampu menjadi motivator bagi para peserta didiknya. Jika guru mampu mendorong semangat, serta mengaktifkan proses belajar mengajar dengan baik, maka prestasi yang didapatkan oleh peserta didik akan menjadi lebih baik. Melihat pentingnya

5

A.Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 82

6


(18)

peran guru sebagai motivator dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk selalu mengembangkan potensi dan kemampuan mengajarnya agar tidak hanya mampu menyampaikan materi ajar dengan baik, tetapi juga mampu memberikan motivasi atau dorongan semangat belajar bagi para peserta didiknya.

Kondisi proses belajar mengajar, masih terdapat banyaknya pendidik/ guru yang kurang menyadari seberapa pentingnya motivasi bagi peserta didik dalam pencapaian prestasi. Hal ini bisa dilihat pada kemampuan dan kebiasaan guru yang hanya memberikan materi ajar dalam bentuk ceramah tanpa diselingi dengan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan dan memberi dorongan atau semangat belajar siswa. Terdapatnya guru/pendidik yang memberikan tugas tanpa penyampaian materi secara signifikan, setelah pemberian tugas tersampaikan guru pergi meninggalkan ruangan kelas. Hal ini nampak jelas, betapa belum maksimalnya guru/pendidik dalam memberikan motivasi peserta didiknya.

Kuat lemahnya motivasi belajar seorang siswa akan turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan mencari solusi tepat dalam mengatasi hal tersebut, memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Kenyataan bahwa masih banyak siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran, belum memiliki dorongan dalam belajar, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, dan siswa belum memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi dalam belajar merupakan akibat dari serangkaian proses pembelajaran yang kurang menyenangkan.

Peranan guru sangatlah penting dalam pencapaian keberhasilan prestasi belajar siswa. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa seorang guru bukan hanya mampu menguasai bahan ajar/materi ajar dengan baik tetapi juga


(19)

harus mampu memberikan pengarahan, dorongan semangat atau motivasi-motivasi yang mampu meningkatkan semangat kepada belajar peserta didik.

Meski demikian, tidak semua guru/pendidik menyadari pentingnya motivasi dalam pencapaian keberhasilan prestasi siswa dan juga tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis mencoba bahas tentang: “Persepsi Siswa Terhadap Peran Guru Sebagai Motivator Pada Mata Pelajaran IPS Di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Guru kurang memberikan motivasi terhadap siswa. 2. Fasilitas sekolah kurang memadai.

3. Hasil belajar siswa MTsN Bantargebang Kota Bekasi Rendah.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan penelitian ini difokuskan pada deskripsi tentang persepsi siswa terhadap peran guru sebagai motivator di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat khususnya pada mata pelajaran IPS.

D. Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana persepsi siswa terhadap peran guru sebagai motivator pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat?

E. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk menganalisis persepsi siswa terhadap peran guru sebagai motivator pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat.


(20)

F. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelaksanaan pemberian motivasi dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui peranan guru sebagai motivator belajar pada bidang studi IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat.


(21)

7 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan hal yang penting bagi seseorang terutama untuk guru sebagai tenaga pendidik. Manusia memiliki indera-indera seperti indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecapan (lidah), perabaan (kulit), dan indera pembau (hidung), masing-masing indera mempunyai sensor yang dapat menghasilkan persepsi kemudian diterjemahkan oleh otak. Bagi guru, persepsi merupakan hal yang paling mendasar untuk memperoleh kerjasama yang baik anatara guru dan siswa. Siswa akan menyukai seorang guru jika mereka mempunyai persepsi yang baik dan menerima guru tersebut untuk mengajarkan mereka.

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan sesorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu.1 “Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterprestasi disebut persepsi.

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi”.2

Menurut Bimo Walgito, “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya

1

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 107

2

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 86


(22)

stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.3

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan penilaian seseorang terhadap apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Persepsi tidak terlepas dari panca indra kita yang mana memberikan stimulus terhadap apa yang sesorang lihat, rasakan, dengar, dan kemudian hal-hal tersebut dicerna oleh otak sehingga menghasilkan sebuah opini atau pendapat mengenai sesuatu.

Dalam mendidik siswa, perilaku guru merupakan hal yang menyebabkan timbulnya persepsi dari siswa, karena seorang guru tidak akan pernah terhindar dari persepsi. Oleh karena itu, penting menciptakan persepsi yang selaras antara siswa dan guru untuk menciptakan rasa suka terhadap guru berikut pelajaran yang di ajarkan.

Seorang guru harus mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap dirinya karena tidak semua yang guru persepsikan baik akan sama dengan yang siswa persepsikan dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru ingin mengajarkan sebuah materi yang mungkin dia menganggap materi tersebut cocok dipadukan dengan salah satu metode pembelajaran, tetapi bisa saja siswa tersebut akan mempersepsikannya berbeda dengan guru yang menganggap metode seperti itu sama sekali tidak cocok untuk dirinya bahkan tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.

“Menurut Carole Wade dan Carol Tavris menerjemahkan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur implus-implus sensorik menjadi suatu pola bermakna”.4 Dari penjelasan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan jika persepsi sangat penting bagi guru dalam proses pembelajaran yaitu untuk menerjemahkan pandangan siswa kepada seorang guru melalui indera pendengaran dan penglihatannnya guna untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi guru. Sehingga persepsi

3

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andy, 2004), Cet. IV, h. 87-88

4


(23)

berguna sebagai pendekatan antara guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap sesuatu objek-objek tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Menurut Muh. Said dan Junimar Affan ada beberapa faktor yang membentuk persepsi:

a. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan seseorang menjadi salah satu faktor untuk pembentukan persepsi. Kalau seseorang semenjak kecil dikatakan bahwa ia akan melihat “orang di bulan”, maka persepsinya ialah orang yang di bulan. Tetapi anak yang di besarkan dalam kebudayaan lain, mungkin di ajarkan melihat “wanita di bulan” atau “orang membawa kayu di bulan”, dan akan mempersepsikan apa yang telah di ajarkan.

b. Faktor bakat dan lingkungan

Selain dari pada itu, faktor bakat dan lingkungan juga ada pengaruhnya biarpun pendapat ahli berbeda-beda. Dari salah satu cabang psikologi perbandingan ternyata, bahwa anak tikus yang di lahirkan dan di besarkan dalam gelap beberapa waktu lamanya setelah di lepaskan ke tempat yang terang ternyata langsung dapat mengenal bentuk sesuatu. Inilah alasan bagi pandangan nativisme dalam masalah persepsi. Tetapi binatang yang lebih tinggi kelasnya seperti anak simpanse yang di besarkan beberapa bulan dalam gelap, mula-mula tidak memperlihatkan kesanggupan melihat, yang membuktikan kebenaran pendapat empirisme.

c. Faktor Perhatian

Pengaruh faktor perhatian pada pembentukan persepsi nyata sekali waktu kita masuk gedung bioskop yang sudah mulai main. Pada permulaan hanya persepsi visual saja yang bekerja, yang kelihatan hanya apa yang ada di layar putih, selebihnya gelap. Pun tidak kedengaran suara penonton dekat kita berbicara. jadi pintu masuk ke panca indera yang lain-lain seolah-olah tertutup karena perhatian kita tertuju pada layar putih.5

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Suwarno mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pesepsi adalah:

5

Muh Said dan Junimar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman (Berfokuskan Psikologi Pedagogis), (Bandung: Jemmars, 1990), h. 53-54


(24)

a. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabakan pula perbedaan persepsi.

d. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.

e. Tipe Kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. f. Gangguan Kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.6

Dapat di simpulkan bahwa persepsi yang di hasilkan oleh setiap orang akan berbeda-beda satu sama lainnya karena setiap individu memiliki bentuk fisik, kemampuan, kepribadian, pengetahuan, pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda pula sehingga akan berpengaruh pada persepsi yang di hasilkan.

3. Manfaat Persepsi Siswa

Di lingkungan pendidikan, siswa kerap kali memberikan isyarat yang harus dikerjakan guru untuk mendapatkan gambaran darinya. Kegiatan tersebut merupakan proses aktif seorang guru, bagaimana supaya mendapatkan gambaran dari para siswa untuk mendapatkan kesan pertama darinya. Kesan pertama sering di berikan nilai tertentu oleh para siswa karena kesan pertama yang akan membentuk gambaran pada pertemuan selanjutnya.

6


(25)

Dari kesan pertama akan timbullah pandangan-pandangan baru dari para siswa untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pengajaran di kelas yang dilakukan bukan hanya sekali, tapi berulang kali. Oleh karena itu, ada baiknya jika seorang guru dapat mengambil sisi positif dari tingkah laku siswa untuk dijadikan bahan pelajaran terutama bagi guru praktikan dan juga mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman tersebut.

Ada banyak sekali manfaat yang dapat diambil melalui Persepsi Siswa diantaranya sebagai berikut:

a. Dengan melakukan persepsi siswa praktikan dapat mengetahui sejauh mana penguasaannya dalam mendidik para siswa yang baru dikenal.

b. Persepsi juga digunakan untuk melihat sejauh mana kompetensi yang dimiliki mahasiswa praktikan, apakah sudah memenuhi kriteria seorang guru atau belum.

c. Siswa dapat melihat keberanian guru dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada di kelas melalui persepsi.

d. Persepsi dapat melihat apakah seorang praktikan sudah layak dijadikan sebagai guru yang sebenarnya oleh para peserta didik. e. Peserta didik dapat memberikan masukan terhadap mahasiswa

praktikan dengan melakukan persepsi.

f. Persepsi berguna untuk praktikan pada generasi berikutnya, agar dapat melakukan improvisasi atau perubahan yang menjadikan praktikan lebih baik lagi dari sebelumnya.

g. Dengan adanya persepsi, seorang praktikan dapat melakukan perbaikan terhadap dirinya mengenai apa saja yang harus di pertahankan dan apa saja yang harus di perbaiki.

Jika seorang guru praktikan memberikan contoh yang baik terhadap siswa, maka hasilnya siswa juga akan memberikan timbal balik yang positif atau baik terhadap gurunya. Sebaliknya jika seorang guru tidak dapat memberikan contoh dan kemampuan terbaik bagi para siswa, maka


(26)

mereka akan cenderung tidak menyukai guru tersebut dan juga mereka akan berpandangan buruk terhadap seorang guru praktikan. Oleh karenanya guru harus selalu melakukan yang terbaik di hadapan siswa atau peserta didik agar mereka pun mempunyai persepsi yang baik pula terhadap guru praktikan.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Guru dapat diartikan sebagai seorang profesional yang mengemban pekerjaan dalam dunia pendidikan. Guru dianggap sebagai sosok yang sangat berperan penting dalam memajukan kepribadian anak bangsa, serta bertanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa. Guru dipandang sebagai sebuah pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar untuk sebuah Negara. Guru yang berilmu, baik dan mampu mengkondisikan kelas atau para siswanya, akan mampu memberikan materi dengan cukup baik untuk para peserta didiknya. Oleh karena itu, guru dianggap sebagai orangtua kedua di sekolah, karena siswa meluangkan waktu yang cukup banyak di sekolah, sehingga guru dianggap sebagai orang tua di sekolah dalam mencapai prestasi yang baik dalam dunia pendidikan.

Pengertian guru dan dosen sebagai suatu profesi dipertegas kembali dalam UU Guru dan Dosen ditegaskan secara jelas dalam Pasal 1 ayat (1), yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu,

7

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), h. 23


(27)

tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/musola, di rumah dan sebagainya.8

2. Tanggung Jawab Guru

Guru adalah sosok yang juga bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Guru yang mengabdikan diri pada sebuah lembaga pendidikan, bukan hanya guru yang mampu menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa, dan wataknya tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan bahkan agama.

Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang.9

Selain itu, guru pun bertanggung jawab untuk memberikan sejumlah norma-norma yang baik kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

3. Tugas Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila

8

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 31

9


(28)

yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara.10

Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di rumah.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi dianggap penting bagi setiap manusia dalam menggapai sebuah tujuan yang akan digapai. Dalam hal ini, motivasi dapat diartikan sebagai sebuah dorongan ataupun kekuatan dalam menggapai sebuah tujuan pembelajaran yang maksimal baik bagi para pendidik ataupun bagi para peserta didik. Motivasi yang dimaksudkan bisa di dapat dari pihak pendidik atau disebut guru, dan juga bisa di dapat dari sisi internal baik diri sendiri ataupun motivasi dari orang tua.

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.11 Selain itu, motivasi dapat juga diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasismenya dalam melaksanakan kegiatan, baik yang bersuber dari

10

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 36

11

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.73


(29)

dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).12

Motivasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku-tingkah laku lain dari orang itu. Kita menentukan diri dari proses ini dengan menyimpulkan dari tingkah laku yang dapat diamati.13

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga berhubungan dengan perasaan dan emosi yang kemudian seseorang akan bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin melakukan sesuatu.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. 14

Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon dari organisme, kekuatan dorongan organisme, dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal. Dalam hal ini, insentif (hadiah atau hukuman) mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.15

12

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,

(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 79

13

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 203

14

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 80

15


(30)

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian motivasi di atas, jelas dimaksudkan bahwa siswa/peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, ataupun cita-cita. Selain itu, motivasi dapat diartikan sebagai sebuah dorongan keinginan untuk mencapai sebuah tujuan, baik dari dalam sendiri ataupun dari pihak luar. Peran guru di sini pun sangat penting untuk menjadi motivator bagi para peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kompetensi ajar yang ada.

2. Teori-Teori Motivasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakatan dikalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu.

Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergelayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok)

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan pribadi.16

16

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.80


(31)

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. 17

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah:

a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri b. Harga diri

c. Harapan pribadi d. Kebutuhan e. Keinginan f. Kepuasan kerja

g. Prestasi kerja yang dihasilkan

Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi motivasi seseorang antara lain ialah:

a. Jenis dan sifat pekerjaan

b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung c. Organisasi tempat kerja

d. Situasi lingkungan pada umumnya

e. Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya18

3. Ciri-Ciri Motivasi

Salah satu cara memberikan perhatian kepada siswa, yaitu dengan memberikan motivasi positif atau menyampaikan argument-argumen yang membangun semangat belajar. Motivasi sangatlah penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri, semangat belajar, bersosialisasi yang baik, dan sebagainya. Bagi guru, penyampaian motivasi menjadi penting dilakukan, khususnya di sekolah agar siswa lebih tertarik untuk tetap mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang

17

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,

(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 86

18


(32)

yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini berisi tiga hal, yaitu:

a. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri Kita berasumsi, bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam sistem neuro fisiologis daripada organism manusia. Banyak “motives” yang kepastian hakikat organis dari perubahan tenaganya tak di ketahui. Misalnya, dasar organis daripada keinginan untuk dihargai dan diakui adalah tidak dapat diterangkan, tetapi dapat diasumsikan. Dasar organis dari perubahan tenaga lainnya dapat diketahui, misalnya pada haus, lapar dan lelah

b. Motivasi ditandai oleh dorongan aktif

Banyak istilah yang dipakai untuk menerangkan tentang keadaan “perasaan” ini. Secara subjektif, keadaan ini dapat dicirikan sebagai “emosi”. Dorongan afektif ini tidak mesti kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Misalnya, kata-kata kasar, bentakan, suara nyaring/teriakan, pukulan meja dan sebagainya. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit untuk diamati. Misalnya, anak yang dengan tenang duduk di mejanya, tampak kurang nyatanya dorongan afektif pada anak itu, padahal ia mempunyai dorongan kuat berupa manifestasi perubahan psikologis yang terjadi dalam dirinya.

c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan

Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga di dalam dirinya. Dengan perkataan lain, motivasi memimpin kearah reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.19

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi akan memiliki energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan

19


(33)

rekan-rekannya, teknik penyediaan yang diterapkan oleh para penyedia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondidi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.20

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologi siswa. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, faktor lainnya yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut:

a. Cita-Cita atau Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, menyanyi dan lainnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Tumbuhnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya. Secara perlahan-lahan terjadilah kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf yang benar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor

20

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,


(34)

yang baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berapa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pembelajar yang masih berkembang raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.21

5. Fungsi Motivasi

Fungsi dari motivasi terhadap siswa adalah sebagai dorongan atau sebagai penggerak untuk melakukan suatu tugas atau mencapai tahap pembelajaran yang menghasilkan hasil yang baik bagi dirinya dan juga untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal. Dengan adanya

21

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 97-99


(35)

motivasi yang diberikan oleh guru, peserta didik akan merasa terdorong dan memiliki kekuatan tersendiri untuk dapat menyelesaikan tugas ataupun menikmati setiap proses pembelajaran di kelas dengan cukup senang dan bisa menghasilkan hal yang baik.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan teman sekelasnya yang juga membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.22

6. Macam-Macam/Jenis Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai sebuah dorongan keinginan untuk mencapai sebuah tujuan, baik dari dalam sendiri ataupun dari pihak luar. Peran guru di sini pun sangat penting untuk menjadi motivator bagi para peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kompetensi ajar yang ada.

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan

22

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 85


(36)

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. 2) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Motif ini sering disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

Di samping itu Fradsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

1) Cognitive Motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

2) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekadar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri

3) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.

b.Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan

untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.


(37)

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen.

1) Momen timbulnya alasan. 2) Momen pilih.

3) Momen putusan.

4) Momen terbentuknya kemauan. d.Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

1) Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensisal, bukan sekadar symbol dan seremonial.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.23

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Motivasi dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran, karena motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran siswa.

23

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 86-91


(38)

Belajar tanpa motivasi, sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya, terlihat dari karakteristik tingkah lakunya;di antaranya menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah, akan tampak bosan dalam pembelajaran dan dikuasai rasa malas. Dengan demikian, jika seseorang sudah mempunyai motivasi, maka ia siap mengerjakan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

D. Definisi Belajar

1. Belajar

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.

Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experiences

b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.


(39)

c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice.24

Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalanya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Disamping itu, definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.25

Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut:

a. Persiapan untuk belajar

b. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) c. Alih belajar

Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali dan respons, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan memberlakukan secara umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran.26

Selain itu, belajar dapat dikemukakan dan disimpulkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

24

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 20

25

Ibid, h. 20-21

26

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 12


(40)

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupe memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku baik ataupun buruk.

d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan ataupun pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.

e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relative menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alcohol/minuman keras.

f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya. g. Belajar itu dalam prakteknya, dapat dilakukan di sekolah atau

di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.27 Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.28

Dengan demikian melihat beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan, penguasaan pada diri manusia atau siswa, seperti penguasaan pengetahuan, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, dan perubahan yang ada pada diri manusia atau siswa.

27

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 55-56

28

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013,(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), h. 24


(41)

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah berupa faktor psikologis pada diri siswa.

a. Faktor Lingkungan Siswa

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan alam non sosial dan faktor lingkungan sosial

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor-Faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan diatas ada dua macam yaitu mondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intekegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.29

Selain itu, menurut Arden N. Fardsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagi berikut: a. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat-sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

untuk selalu maju.

29


(42)

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.30

3. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan31

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintetis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.32

30

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), h. 236-237

31

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 58

32


(43)

Tujuan belajar bagi para peserta didik diantaranya adalah, mampu menggali potensial kemampuan yang terdapat pada diri masing-masing siswa, mampu untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan potensial diri, selain itu dengan belajar, peserta didik mampu mengetahui banyak informasi atau pengetahuan yang sebelumnya tidak sama sekali dimengerti ataupun diketahui, dengan belajar peserta didik akan mampu menjadi lebih banyak lagi pengetahuan yang di dapat.

E. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian Pendidikan IPS

IPS merupakan Ilmu Pengetahuan yang mempelajari berbagai bidang ilmu yang luas. Masing-masing cabang ilmu IPS berkaitan satu sama lain, yang mempunyai hubungan yang saling melengkapi setiap bidang ilmu. IPS memadukan konsep-konsep baik dari manusia maupun alam yang diolah menjadi suatu pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah.

Berdasarkan hasil rumusan Forum Komunikasi II HISPIPSI di Yogyakarta (1991) dan menurut versi FPIPS dan jurusan pendidikan IPS, Pendidikan IPS adalah penyederhanaan Adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.33

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan berdasarkan fakta, realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi. Cabang-cabang

33


(44)

ilmu-ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial.

Adapun jati diri Pendidikan IPS menurut Somantri dalam Rudy Gunawan adalah sebagai berikut:

a. Adanya hubungan interdisipliner/transdisipliner antara disiplin ilmu-ilmu pendidikan atau ilmu-ilmu sosial dan humaniora, bahkan dengan ilmu, teknologi, seni dan agama.

b. Hubungan antara disiplin itu disebabkan adanya kebutuhan dan kegunaan yaitu untuk kepentingan pendidikan sebagai

“advance knowledge”

c. Proses pendekatan antardisipliner merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan.

d. Bahan pendidikan diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.34

Sedangkan menurut Sumaatmadja dalam Rudy Gunawan, secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuha materilnya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya.35

2. Tujuan Pendidikan IPS

Tujuan pendidikan IPS ini tidaklah terlepas dari pengertian atau filsafat pendidikan IPS, dimana sebagai seorang siswa dituntut untuk bisa mengamati gejala-gejala sosial yang ada di lingkungannya. Selain itu, diharapkan dengan adanya pendidikan IPS ini, mampu menumbuhkan sikap sosial yang lebih tinggi bagi para peserta didik atau bahkan para kalangan atas yang juga mempelajarinya.

Berdasarkan falsafah Negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, meliputi pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dan dapat menyuburkan sikap demokrasi dan

34

Rudy Gunawan, Pendidikan IPS, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.105

35


(45)

penuh rasa tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang ternasuk dalam UUD 1945.36

Berkaitan dengan tujuan di atas, kemudian apa tujuan pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja harus dikaitkan dengan kebutuhan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk pendidikan dasar menyatakan bahwa, pengetahuan sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:

a. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan keasadaran terhadap nilai-nilai sosial. 37

Telah dijelaskan di atas pada tujuan pendidikan IPS pada kurikulum 2004 ini yaitu siswa ataupun para kalangan yang mempelajarinya, mampu menerapkan konsep-konsep sosial baik di masyarakat ataupun pada lingkungan sekitarnya. Selain itu, diharapkan bahwa yang mempelajari ilmu IPS ini mampu untuk berfikir secara lebih kritis dan kreatif dalam setiap permasalahan ataupun gejala-gejala sosial yang ada di lingkungannya.

Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmaja, (2006) adalah “ membina anak didik menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan Negara” sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman. b. Sikap hidup belajar.

c. Nilai-nilai sosial dan sikap. d. Keterampilan.38

Sedangkan menurut sumber lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial, maka tujuan ilmu sosial dan budaya dasar adalah sebagai berikut:

36

Ibid, h.18

37

Ibid, h.18

38


(46)

a.Mengembangkan kesadaran menguasai pengetahuan tentang keaneka ragaman, kesetaraan, kemartabatan, serta keterikatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landassan nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk sosial yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya secara arif.39

Tujuan ini secara lebih luas dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang memiliki cakrawala berpikir yang analisis, dialektik, inovatif, persuasif, dan terampil dalam mengimplementasikan kreasinya pada masyarakat secara relevan.

F. Peran Guru sebagai Motivator

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulannya sekitar lima jam perhari. Rata-rata pergaulan guru dengan siswa di SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit per siswa. Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Dengan kata-kata yang arif seperti “suaramu membaca sangat merdu” saat siswa kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan kegemaran atau motivasi untuk membaca.

Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang biak. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.

39

Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho dan Nurochim, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,


(47)

Peran guru dalam memotivasi siswa/peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran ini sapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya memberi hadiah, pujian, mengadakan kompetisi, tak jarang juga dengan mengadakan hukuman kepada siswa yang kurang berminat dalam belajar. Guru berperan aktif dalam memotivator siswa/peserta didiknya, karena dalam hal ini guru mampu menghantarkan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada. Selain itu, pemotivatoran oleh seorang guru mampu berdampak baik atau positif bagi hasil belajar dan juga prestasi yang diraih oleh seorang siswa/peserta didiknya.

Salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, mereka peduli dan paham dengan apa yang diajarkannya dan mengkomunikasikannya dengan murid bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting. Ia memberikan teladan yang dapat menjadi inspirasi bagi siswanya. Ciri-ciri guru yang berkualitas dan bisa memotivasi siswa adalah guru yang melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menjadi manajer yang baik yang mampu

merencanakan, mengelola, mengorganisasikan serta mengevaluasi kelasnya, murid-murid akan merasa aman dan nyaman bersamanya.

2. Fasilitator yang memperlakukan semua siswa

mendapatkan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab.

3. Memberikan pengaruh arus balik yang bersifat korektif. 4. Memberikan test-tes yang adil, penilaian yang bersifat

informative.

5. Membantu murid-murid untuk menyadari bahwa

mereka sedang tumbuh dalam persaingan dan keunggulan.40

G. Hasil Penelitian Relevan

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dikaji penulis dalam hal ini adalah sebagai berikut:

40


(48)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Badru Tamam, NIM: 809018300524 dengan judul skripsi “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa di MI Daru Ulum Pamijahan Bogor”. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasional dimana dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti hubungan antara motivasi dan prestasi belajar siswa. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MI Darul Ulum Pamijahan.41

2. Penelitian yang dilakukan oleh Almutasim Bilah, NIM: 809018300607 dengan judul skripsi “ Hubungan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pada Siswa Kelas VI MIN 19 Meruya Selatan Kecamatan Kembangan Jakarta Selatan”. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasional dimana dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti hubungan antara motivasi dan hasil belajar siswa. Dan hasil dari penelitian ini diperoleh adanya hubungan positif yang sangat tinggi dan kuat antara motivasi dan hasil belajar siswa.42

3. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh positif dalam menunjang kesiapan belajar siswa, dengan demikian motif berprestasi akan memberikan dampak positif terhadap kemajuan belajar siswa, yang diwujudkan melalui kesungguh-sungguhan dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran. Motivasi berprestasi juga mempunyai kaitan positif dalam menunjang keberhasilan prakerin siswa. Dengan demikian motif berprestasi akan

41

Badru Tamam, Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa di MI Daru Ulum Pamijahan Bogor, (Skripsi PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)

42

Almutasim Bilah, Hubungan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pada Siswa Kelas VI MIN 19 Meruya Selatan Kecamatan Kembangan Jakarta Selatan, (Skripsi PGMI UIN Syarif Hidayatullah, 2013)


(49)

mendorong siswa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan prakerin. Semakin tinggi motif berprestasi siswa dalam melaksanakan prakerin, maka hasil pelaksanaan prakerin juga makin baik.43

4. Berdasarkan hasil penelitian Sukmandari ditemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap kompetensi profesional guru matematika SMP di Kabupaten Jepara. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kompetensi profesional guru matematika SMP di Kabupaten Jepara sebesar 53,1 % akibat variabel motivasi berprestasi. Hasil ini sesuai dengan hasil temuan dari penelitian Ahmad Nurofik tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kultur Sekolah Terhadap Pengembangan Profesi Guru SMP Negeri di Kabupaten Jepara”. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi berprestasi terhadap pengembangan profesi guru SMP Negeri di Kabupaten Jepara dengan kontribusi motivasi berprestasi terhadap pengembangan profesi guru sebesar 43,00 %.44

Persamaan terhadap keempat hasil penelitian di atas adalah kajian penelitiannya terfokus pada peranan guru sebagai motivator siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada kajian peranan guru sebagai motivator dan mata pelajaran IPS sebagai indikator keberhasilan belajar siswa.

H. Kerangka Berfikir

Guru sebagai pendidik tugasnya adalah mengajar, melatih, dan memberikan bimbingan. Guru berperan memberikan bimbingan penguasaan nilai, disiplin diri, perencanaan masa depan, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi karena sedemikian besarnya tuntutan kehidupan dan masalah yang dihadapi, guru merupakan pendidik formal di sekolah.

43

Rudy Fatchurrohman, Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI, (Edisi Khusus No 2, Agustus 2011, ISSN 1412-565X)

44

Sukmandari, Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Partisipasi Guru Dalam MGMP Terhadap Kompetensi Profesional Guru Matematika SMPDi Kabupaten Jepara, (JMP, Volume 1 Nomor 3, Desember 2012)


(1)

23

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h.

86

/

24 Ibid, h. gg

4

25

Wasty

Soemanto,

Psikologi Pendidikon,

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 203-204

r

.4

26

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psilrologi Pendidilcan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 84

,

/

27

Dimyati dan

Mudjiono,

Belajar dan

Pembelaiaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 97 -99

/

28

Dimyati dan

Mudjiono,

Belajar dan

Pembelajaran,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 85

I

29 Sardiman,

Interaksi dan Motivasi Belojar

Mengaiar,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 86-91

4

30

Sardiman, Interal<si

dan Motivasi Belaiar

Mengaiar,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 20

4

31 Ibid, h.20-21

'4/

32

Dimyati dan

Mudjiono,

Belajar dan

Pembelaiaran,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 12

4

JJ

Alisuf

Sabri,

Psilalogi

Pendidikan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 2007), h. 55-56

fl-34

Sofan

Amri,

Pengembangan

dan

Model

Pembelaiaran dalam Kurikulum 2013,(Iakarta: PT. Prestasi Pustakarya,

20t3),h.24

/

35

Alisuf

Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 2007), h. 59-60

/

36 Sumardi Suryabrata,

Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 20 1 0), h. 236-237

?


(2)

Ilmu Jaya, 2007), h. 58

a

38 tbid, h. 59

,41

39

Rudy

Gunawan,

Pendidikan IPS,

(Bandung: Alfabeta,

2013), h.104

4

40

Rudy

Gunawan,

Pendidikan IPS,

(Bandung: Alfabeta,

201,3), h. 105

4

4t

Ibid, h. 105-106

a

42 Ibid,

h.l8

,4

43 Ibid, h.18

E/

44 Ibid, h.18

a

45

Rusmin Tumanggor,

Kholis Ridho

dan Nurochim, Ilmu

Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012),h.2'3

{

46 www.bimakab.go.id/files/tuti-

I .doc diakses 1

3

Desember

2014

/

47

Badru

Tamam, Hubungan

Antara

Motivasi

Belaiar Dengan Prestasi

Belajar

IPS Siswa

di

MI

Daru

Ulum Pamijahan Bogor, (Skripsi PGMI

UIN

Syarif Hidayatullah Jakart4 2013)

4

48

Almutasim

Bilah,

Hubungan

Motivasi

Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(PS)

Pada Siswa Kelas

VI MIN

19

Meruya

Selatan

Kecamatan Kembangan Jalmrta Selatan, (Skripsi PGMI

UIN

Syarif Hidayatullah, 2013)

/

49

Rudy

Fatchurrohman,

Pengaruh

Motivasi

Berprestasi Terhadap Kesiapan

Belajar,

Pelal<sanaan

Prakerin

dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelaiaran Produktif Telmik Kendaraan Ringan

KelasXI;

(Edisi Khusus No 2, Agustus 2011,

tssN t4l2-565x)

/

50

Sukmandari, Pengaruh

Motivasi

Berprestasi

Dan


(3)

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

MADRASAH TSANAlIIIYAH NEGERI

BANTARGEBANG

Jl. Raya

Mustika

Jaya Km.01 Mustika Jaya Kota Bekasi Telp. 021-8255463. Fax. 021-8255453

SURAT

KETERANGAN

Nomo.v@r

/2015

Yang bertanda tangan

di

bawah ini,

Nama lengkap

NIP

Jabatan

Menerangkan bahwa Mahasiswi

Nama lengkap Tempat/tgl lahir

NIM

Program Study Jenjang

Perguruan Tinggi

Benar bahwa mahasiswi tersebut

di

atas telah

melakukan

penelitian pada

MTsN

Bantargebans

Kota

Bekasi

sebagai bahan

pembuatan

sKRIpsI

dari

tinggalto4ptrl

-o;d"Cir.iii$F-dENgAN JUdUI

SKRIPSI

PERAN

GURU SEBAGAI

MoTIFAToR. DALAM

PENINGKATAN

P\ESTASI BELAJAR

SISWA

pada mata pelajaran IPS

di MTsN

Bantargebang Kota Bekasi

Demikian surat keterangan

ini

kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

:

H.

NASEHUDIN

ABD. AZIS,S.Ag.M.pd.I

:

Kepala MTsN Bantargebang Kota Bekasi

berikut

ini,

ANNISA

WIHASTIN

Bekasi, 23-08-1993 I 1 1 101500001s

Pendidikan IPS Strata Satu (

Sl)

Universitas Islam

Negeri

Ciputat

Bekasi,

10

April201

pp

/:'\\

I'ti

\:/',

-r\


(5)

r@i;

lsrrll

i&ilrrrl

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

O2

1t1 Hai

SURAT

PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .31117 12013

Lamp.

: Outline/Proposal

Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Kepada Yth.

Kepala MTsN Bantar Gebang Mustika Jaya Bekasi

di Tempat

Assal am u' al aiku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 20 Februari 2015

Nama : Annisa Wihastin

NIM

:1111015000015

Jurusan

: Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial

Semester

: 8 (delapan)

Judul

Skripsi

: Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Peningkatan Prestasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MTsN Bantar Gebang Mustika

Jaya Bekasi

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal am u' al aiku m wr.wb.

to, M.Pd

{g

,ar-"#

:!<

"\t

w#g

SZcsl

K'c

?"G?

-: \l


(6)

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl, lr. H, Juanda No 95 C'rputat 1912 lndonesia

FoRM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081

Tgl.

Terbit :

1

Maret 20'10

No.

Revisi: :

01

Hal 'U1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor

: Un.Ol/F.l/I(M .01.31.../2015

Lamp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama

NIM

Jurusan Semester Judul Skripsi

Tembusan:

l.

DekanFITK

2.

KajurPIPS

3.

Mahasiswa ybs.

AnnisaWihastin 11110is000015

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 8 (delapan)

Peran

Guru

Sebagai Motivator Dalam Peningkaian Prestasi Belajar Sisrva Pada Mata Pelajaran IPS Di Mtsn Bantar Gebang Bekasi

Jakarta, 22 Januai 2015

KepadaYth.

Syaripullo\

M.Si

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

As s alamu' alaikum wr.wb.

De'ngan

nd

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi

pernbimbing (materi/telnis) penulisan skripsi mahasiswa:

Judul

tersebut

telah

diseh.rjui

oleh

Jurusan

yang

bersangkutan pada tanggallS Desember 2014, abstrakst/outline

terlainpir

Saudara dapat melakukan perubahan reCaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berilcutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih.

Wa s s al amu' alailwm

wnwb

M.Pd 200801

I

012

'f"r9{":

t,*r7.r'' (


Dokumen yang terkait

PERSEPSI SISWA TERIIADAP PERAN GT]RU SEBAGAI MOTIVATOR PADA MATA PELAJARAN IPS DI MTsN BANTARGEBAI\G BEKASI JA,WA BARAT

0 8 107

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU IPS DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 5 53

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 NATAR

1 16 116

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIS GURU DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MELALUI AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 4 LIWA LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/20

0 3 1

PEMBELAJARAN BERBASIS PAKEM PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SD GUGUS GATOTKACA KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG

0 24 264

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KUIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 15

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS

0 1 9

ANALISIS KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS

0 0 14

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 2 6

PERANAN ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR SISWA DALAM PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS XII-C SMA PGRI 1 MAJALENGKA (Pokok Bahasan Al-Qur’an tentang Etos Kerja) BAB I PENDAHULUAN - PERANAN ORANGTUA SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR SI

0 0 39