peran guru sebagai motivator dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk selalu mengembangkan potensi dan kemampuan mengajarnya
agar tidak hanya mampu menyampaikan materi ajar dengan baik, tetapi juga mampu memberikan motivasi atau dorongan semangat belajar bagi para
peserta didiknya. Kondisi proses belajar mengajar, masih terdapat banyaknya pendidik
guru yang kurang menyadari seberapa pentingnya motivasi bagi peserta didik dalam pencapaian prestasi. Hal ini bisa dilihat pada kemampuan dan kebiasaan
guru yang hanya memberikan materi ajar dalam bentuk ceramah tanpa diselingi dengan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan
dan memberi dorongan atau semangat belajar siswa. Terdapatnya gurupendidik yang memberikan tugas tanpa penyampaian materi secara
signifikan, setelah pemberian tugas tersampaikan guru pergi meninggalkan ruangan kelas. Hal ini nampak jelas, betapa belum maksimalnya gurupendidik
dalam memberikan motivasi peserta didiknya. Kuat lemahnya motivasi belajar seorang siswa akan turut
mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan
yang penuh tantangan dan mencari solusi tepat dalam mengatasi hal tersebut, memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan
belajar. Kenyataan bahwa masih banyak siswa belum terlibat aktif dalam
proses pembelajaran, belum memiliki dorongan dalam belajar, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, dan siswa belum memiliki
harapan dan cita-cita yang tinggi dalam belajar merupakan akibat dari serangkaian proses pembelajaran yang kurang menyenangkan.
Peranan guru sangatlah penting dalam pencapaian keberhasilan prestasi belajar siswa. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa seorang guru
bukan hanya mampu menguasai bahan ajarmateri ajar dengan baik tetapi juga
harus mampu memberikan pengarahan, dorongan semangat atau motivasi- motivasi yang mampu meningkatkan semangat kepada belajar peserta didik.
Meski demikian, tidak semua gurupendidik menyadari pentingnya motivasi dalam pencapaian keberhasilan prestasi siswa dan juga tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis mencoba bahas
tentang: “Persepsi Siswa Terhadap Peran Guru Sebagai Motivator Pada Mata Pelajaran IPS Di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memberikan motivasi terhadap siswa. 2. Fasilitas sekolah kurang memadai.
3. Hasil belajar siswa MTsN Bantargebang Kota Bekasi Rendah.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan penelitian ini difokuskan pada deskripsi tentang persepsi siswa terhadap peran guru sebagai motivator di MTsN Bantargebang Bekasi
Jawa Barat khususnya pada mata pelajaran IPS.
D. Perumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana persepsi siswa terhadap peran guru sebagai motivator
pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk menganalisis persepsi siswa terhadap peran guru
sebagai motivator pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelaksanaan pemberian motivasi dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS di MTsN Bantargebang,
Bekasi, Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui peranan guru sebagai motivator belajar pada bidang
studi IPS di MTsN Bantargebang Bekasi Jawa Barat.
7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan hal yang penting bagi seseorang terutama untuk guru sebagai tenaga pendidik. Manusia memiliki indera-indera
seperti indera penglihatan mata, pendengaran telinga, pengecapan lidah, perabaan kulit, dan indera pembau hidung, masing-masing
indera mempunyai sensor yang dapat menghasilkan persepsi kemudian diterjemahkan oleh otak. Bagi guru, persepsi merupakan hal yang paling
mendasar untuk memperoleh kerjasama yang baik anatara guru dan siswa. Siswa akan menyukai seorang guru jika mereka mempunyai persepsi yang
baik dan menerima guru tersebut untuk mengajarkan mereka.
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan
sesorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu.
1
“Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterprestasi disebut persepsi.
Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam
otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut
persepsi”.
2
Menurut Bimo Walgito, “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya
1
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004, h. 107
2
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010, h. 86
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus
tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.
3
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan penilaian seseorang terhadap apa yang mereka lihat,
dengar dan rasakan. Persepsi tidak terlepas dari panca indra kita yang mana memberikan stimulus terhadap apa yang sesorang lihat, rasakan,
dengar, dan kemudian hal-hal tersebut dicerna oleh otak sehingga
menghasilkan sebuah opini atau pendapat mengenai sesuatu.
Dalam mendidik siswa, perilaku guru merupakan hal yang menyebabkan timbulnya persepsi dari siswa, karena seorang guru tidak
akan pernah terhindar dari persepsi. Oleh karena itu, penting menciptakan persepsi yang selaras antara siswa dan guru untuk menciptakan rasa suka
terhadap guru berikut pelajaran yang di ajarkan.
Seorang guru harus mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap dirinya karena tidak semua yang guru persepsikan baik akan sama dengan
yang siswa persepsikan dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru ingin mengajarkan sebuah materi yang mungkin dia menganggap
materi tersebut cocok dipadukan dengan salah satu metode pembelajaran, tetapi bisa saja siswa tersebut akan mempersepsikannya berbeda dengan
guru yang menganggap metode seperti itu sama sekali tidak cocok untuk
dirinya bahkan tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.
“Menurut Carole Wade dan Carol Tavris menerjemahkan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur implus-implus
sensorik menjadi suatu pola bermakna”.
4
Dari penjelasan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan jika persepsi sangat penting bagi guru dalam
proses pembelajaran yaitu untuk menerjemahkan pandangan siswa kepada seorang guru melalui indera pendengaran dan penglihatannnya guna untuk
menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi guru. Sehingga persepsi
3
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andy, 2004, Cet. IV, h. 87-88
4
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, PT Gelora Aksara Pratama, 2007, h. 193