114
Biologi SMA dan MA Kelas X
3. Mendirikan berbagai taman nasional dan ratusan cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, taman laut, dan kebun raya
yang dikenal dengan PPA Perlindungan dan Pengawetan Alam. Contohnya adalah sebagai berikut.
a. Taman Nasional Gunung Leuser, terletak di Propinsi
Sumatra Utara dan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan luas sekitar 9.500 km
2
di ketinggian 3.400 m dpl. Memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yaitu
dihuni lebih dari 4.000 spesies sehingga merupakan taman nasional terpenting di Asia Tenggara. Jenis hewan
yang ada misalnya siamang, lutung, monyet, harimau sumatra, badan sumatra, burung madu, dan burung kuau
raja.
b. Taman Nasional Kerinci Seblat, terletak di Propinsi Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Bengkulu sebelah
selatan Danau Toba dengan luas 15.000 km
2
sehingga menjadi taman nasional terbesar dan merupakan habitat
alami bunga bangkai dan bunga rafflesia. Hewan yang menghuni misalnya gajah, badak, tapir, harimau, beruang
madu, dan macan dahan.
c. Taman Nasional Ujung Kulon, terletak di ujung barat Pulau Jawa dengan luas 786 km
2
, merupakan hutan dataran rendah, hutan bakau, dan hutan tepi pantai
sebagai habitat berbagai hewan yang terancam punah seperti badak bercula satu, banteng, macan tutul, rusa,
ajag, siamang jawa, penyu, dan berbagai jenis primata.
d. Taman Nasional Komodo, terletak di Nusa Tenggara Timur dengan luas 750 km
2
, meliputi hutan musim sebagai habitat berbagai jenis hewan seperti komodo,
ular, kadal endemik, rusa, babi hutan, burung kakatua, burung rahib, dan burung gosong.
e. Taman Nasional Tanjung Putting, terletak di Pulau Kalimantan dengan luas 3.050 km
2
. Taman nasional ini terletak di dataran rendah sekitar pantai yang banyak
ditumbuhi palem, pandan, epifit, dan tumbuhan pemakan serangga. Hewan yang menghuni diantaranya
bekantan, ikan arwana, dan sinyuong, serta sebagai pusat rehabilitasi orang utan.
f. Cagar Alam Lorentz di Irian Jaya, merupakan cagar alam terbesar dengan luas 21.000 km
2
yang mempunyai semua tipe habitat besar yang ada di Irian Jaya seperti hutan
bakau, hutan rawa, hutan pegunungan, vegetasi alpin dan subalpin.
g. Cagar Alam Tangkoko Batuangus di Sulawesi dengan luas 1.351 km
2
yang banyak ditumbuhi beringin dan pohon buah sehingga mendukung kehidupan berbagi jenis
burung dan mamalia. Tipe habitat yang ada yaitu hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, dan hutan
lumut.
Bio Info
Pembiakan In Situ dan Ex Situ
Salah satu upaya pelestarian hewan dan tumbuhan langka
adalah dengan pembiakan secara in situ dan ex situ. Pembiakan
secara in situ adalah pembiakan di habitat aslinya, misalnya badak
jawa di biakkan di kawasan hutan Ujung Kulon. Pembiakan ex situ
adalah pembiakan di luar habitat aslinya habitat buatan yang telah
dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya, misalnya harimau
dibiakkan di kebun binatang.
Gambar 6.12 Badak bercula satu
dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber: Indonesian Heritage Margasatwa,
2002
Keanekaragaman Hayati
115
Tugas 6.4
h. Taman laut, misalnya taman laut Bunaken di Sulawesi Utara, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Kepulauan Seribu
di Jakarta, dan Teluk Cendrawasih di Irian Jaya. i. Kebun raya, misalnya kebun raya Bogor, kebun raya
Cibodas, dan kebun raya Purwodadi.
Laju kepunahan jenis makhluk hidup saat ini mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Carilah informasi cara
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengancam kelestarian jenis-jenis makhluk hidup.
Kamu sudah mengetahui tentang keanekaragaman hayati, baik tingkat gen, tingkat jenis, maupun tingkat ekosistem.
Untuk memudahkan mempelajarinya, makhluk hidup digolongkan menjadi kelompok-kelompok berdasarkan
kesamaan ciri tertentu. Pengelompokan ini disebut klasifikasi. Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek makhluk
hidup sehingga mudah dipelajari. Cabang biologi yang khusus mempelajarinya disebut taksonomi. Tujuan klasifikasi yang
dilakukan oleh para ahli biologi antara lain sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang mem-
bedakan antarjenis sehingga mudah dikenal. 2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.
3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. 4. Mengetahui tingkat evolusi makhluk hidup atas dasar
kekerabatannya.
1. Sistem Klasifikasi
Klasifikasi sebenarnya adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan keseragaman ciri atau sifat di antara
keanekaragaman sifat yang ada pada di antara makhluk hidup tersebut. Misalnya ada kelompok hewan buas dan tidak buas,
kelompok hewan pemakan rumput dan pemakan daging, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan penghasil pangan, dan
tanaman hias. Tentu kamu dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara seperti itu.
Banyak ahli yang mengembangkan cara pengelompokan
makhluk hidup yang lebih baik, misalnya Aristoteles 384 – 322 SM mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua
kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelom- pokkan menjadi herba, semak, dan pohon. Sedangkan hewan
digolongkan menjadi hewan berdarah dan tidak berdarah. John Ray 1627 – 1708 merintis pengelompokkan makhluk hidup
menjadi kelompok-kelompok kecil dan memperkenalkan
E Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Gambar 6.13 Kebun Raya Bogor: a
pintu masuk utama, b sebagian tumbuhan ko-
leksi kebun raya.
Sumber: Indonesian Heritage Tetumbuhan,
2002
a
b
116
Biologi SMA dan MA Kelas X
konsep tentang spesies. Carolus Linnaeus 1707 – 1778, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan kesamaan
struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan sistem tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial
nomenklatur
. Makhluk hidup dikelompokkan menjadi lima kingdom
kerajaan yaitu Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Setiap kelompok yang terbentuk dari
hasil klasifikasi makhluk hidup disebut takson. Pengelompokan ke dalam takson-takson didasarkan atas banyaknya persamaan
dan perbedaan ciri morfologi, fisiologi, dan anatominya. Sekarang juga dikembangkan perunutan sekuens ADN untuk
menentukan kekerabatan makhluk hidup. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya
dan makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat
saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil subur, dimasukkan ke dalam suatu kelompok takson yang disebut
spesies
atau jenis. Beberapa spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan ke dalam takson famili atau suku.
Famili yang berkerabat dekat membentuk ordo atau bangsa. Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalam satu
kelas . Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam
suatu filum untuk hewan, pada tumbuhan disebut divisi. Semua filum dan atau divisi yang berkerabat membentuk kingdom atau
kerajaan . Dengan cara ini maka terbentuk tingkatan klasifikasi
atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri tetapi semakin banyak
jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah
anggotanya sedikit.
Untuk membantu memahami uraian di atas, perhatikan
skema pada Gambar 6.14. Perhatikan juga contoh klasifikasi kucing dan rumput teki di samping.
Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini dikenal tiga
sistem klasifikasi makhluk hidup, yaitu sistem artifisial buatan, sistem alami, dan sistem filogenetik.
a. Sistem artifisial atau buatan, menggunakan ciri-ciri atau sifat-
sifat yang sesuai dengan kehendak manusia atau sifat yang lain. Misalnya tumbuhan diklasifikasikan berdasarkan
habitus atau perawakan menjadi pohon, perdu, semak, terna, dan memanjat. Tokoh sistem Artifisial antara lain
Aristoteles dan Carolus Linnaeus.
b. Sistem alami , dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck yang menghendaki agar kelompok atau takson
dibentuk secara alami yaitu menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi secara alami atau sewajarnya.
Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik,
Gambar 6.14 Skema tingkatan takson,
dari tingkat jenis sampai kerajaan.
Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006
Klasifikasi kucing Kerajaan
: Animalia Filum
: Chordata Kelas
: Mamalia Bangsa
: Carnivora Suku
: Felidae Marga
: Felis Jenis
: Felis domestica
Klasifikasi rumput teki Regnum
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida Bangsa
: Cyperales Suku
: Cyperaceae Marga
: Cyperus Spesies
: Cyperus rotundus
kerajaan kingdomregnum filum atau divisi
jenis atau spesies marga atau genus
suku atau famili bangsa atau ordo
kelas
se d
iki t
p e
rsa ma
a n
ci ri
se ma
ki n
Keanekaragaman Hayati
117
berambut, dan lain-lain. Sedangkan pada tumbuhan ada kelompok tumbuhan biji berkeping satu dan tumbuhan
berkeping biji berkeping dua.
c. Sistem Filogenetik, muncul setelah dikemukakan teori evolusi oleh Charles Darwin pada tahun 1859 yang menyu-
sun takson berdasarkan sifat morfologi, anatomi, fisiologinya, dan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson
yang satu dengan yang lainnya serta mengacu pada hubungan evolusioner nenek moyang dan keturunannya.
Perhatikan diagram pohon filogenetik hewan dan tumbuhan pada Gambar 6.15 yang menunjukkan urutan evolusi hewan
dan pada tumbuhan. Perkembangan sistem klasifikasi filogenetik adalah sebagai
berikut. 1 Sistem dua kingdom, diperkenalkan oleh Carolus
Linnaeus pada tahun 1735 yaitu kindom Vegetabilia dan Animalia.
2 Sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Haeckel pada tahun
1866 yaitu kingdom Protista, Plantae, dan Animalia.
3 Sistem empat kingdom, dikemukakan oleh Herbert Copeland pada tahun 1956. Copeland menambahkan
satu kindom Protoctista sehingga terdapat empat kingdom yaitu Monera, Protoctista, Plantae, dan
Animalia.
4 Sistem lima kingdom, dikemukakan oleh Robert Whittaker pada tahun 1969 yang membagi Protoctista
menjadi dua kingdom yaitu Protista dan Fungi sehingga terdapat lima kingdom, meliputi Monera, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia. Sebelumnya pada tahun 1937 Chatton mengusulkan pembagian makhluk hidup
menjadi dua kelompok utama yaitu Prokaryota dan Eukaryota yang didasarkan pada ada tidaknya membran
inti sel.
5 Sistem enam kingdom, diusulkan oleh Carl Woese pada
tahun 1977. Woese membagi Monera menjadi dua kingdom yaitu Archaebacteria dan Eubacteria sehingga
terdapat enam kingdom. Pada tahun 1990, Woese dan rekan-rekannya kembali mengusulkan sistem
pengelompokan makhluk hidup menjadi tiga domain yaitu Bacteria, Archaea, dan Eukarya.
2. Tata Nama Makhluk Hidup
Persebaran suatu jenis makhluk hidup yang luas sering menyebabkan suatu makhluk hidup memiliki nama yang
berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya mangga
sebagai pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, dan di Sumatra Barat disebut pauh. Agar nama jenis suatu makhluk
hidup dapat dimengerti oleh semua orang, maka perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin, sesuai
dengan Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan.
monokotil tumbuhan
berbunga semak
pohon
gymnospermae
lumut lumut hati
alga
protista fungi
tumbuhan berbunga
dikotil
Gambar 6.15 Diagram pohon filo-
genetik tumbuhan yang menunjukkan kemung-
kinan urutan evolusi tumbuhan.
Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006
Fungi Animalia
Protista Monera
Plantae
Gambar 6.17 Kerajaan makhluk hidup
menurut Whittaker.
Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006
118
Biologi SMA dan MA Kelas X
Tugas 6.5 Bio Info
Kunci Determinasi
Kunci determinasi adalah daftar ciri-ciri makhluk hidup yang di-
susun secara berpasangan yang digunakan untuk mengklasifi-
kasikan suatu jenis makhluk hidup. Karena ciri disusun berpasangan
maka sering disebut kunci dikotomi. Biasanya ciri-ciri tersebut me-
nunjukkan ada atau tidaknya struktur yang dimiliki suatu makhluk
hidup, misalnya hewan dibedakan yang bertulang belakang dan yang
tidak. Dengan cara ini kelompok besar makhluk hidup dapat dibagi
menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Nama ilmiah berguna sebagai alat komunikasi ilmiah di tingkat internasional. Walaupun kadang-kadang sulit dieja atau diingat,
tetapi suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar dan diakui di mana saja. Carolus Linnaeus mengusulkan sistem
tata nama yang diakui secara internasional yaitu sistem binomial nomenklatur
tata nama biner. Berikut ini ketentuan pemberian nama takson jenis, marga, dan suku.
a. Nama Jenis
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal yang sudah dilatinkan. Misalnya,
tanaman jagung nama spesiesnya jenis Zea mays. Burung merpati nama spesiesnya Columba livia. Kata pertama
merupakan nama marga genus, sedangkan kata kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Pada
penulisan nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama petunjuk jenis, seluruhnya
menggunakan huruf kecil. Dalam penulisannya, nama spesies dicetak miring atau digarisbawahi agar dapat
dibedakan dengan nama atau istilah lain. Contoh: -
Zea mays jagung
- Columba livia
burung merpati -
Oryza sativa padi
- Canis familiaris
anjing
b. Nama Marga Genus
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal. Huruf
pertama ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tum- buhan Solanum terong-terongan dan marga hewan Felis
kucing.
c. Nama Suku Familia
Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak.
Biasanya berasal dari nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Pada tumbuhan, nama suku ditambahkan
akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari kata Solanum + aceae. Tetapi pada hewan ditambahkan
dengan idea. Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea.
1. Apakah perbedaan sistem klasifikasi secara artifisial, alami, dan filogeni?
2. Buatlah klasifikasi artifisial untuk mengelompokkan berbagai macam tumbuhan yang ada di lingkungan
sekolahmu. 3. Buatlah tingkatan klasifikasi jenis makhluk hidup
langka yang kamu temukan pada Tugas 6.2.