Manfaat Ekologis Biologi SMA Kelas X-Herni Budiati-2009

114 Biologi SMA dan MA Kelas X 3. Mendirikan berbagai taman nasional dan ratusan cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, taman laut, dan kebun raya yang dikenal dengan PPA Perlindungan dan Pengawetan Alam. Contohnya adalah sebagai berikut. a. Taman Nasional Gunung Leuser, terletak di Propinsi Sumatra Utara dan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan luas sekitar 9.500 km 2 di ketinggian 3.400 m dpl. Memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yaitu dihuni lebih dari 4.000 spesies sehingga merupakan taman nasional terpenting di Asia Tenggara. Jenis hewan yang ada misalnya siamang, lutung, monyet, harimau sumatra, badan sumatra, burung madu, dan burung kuau raja. b. Taman Nasional Kerinci Seblat, terletak di Propinsi Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Bengkulu sebelah selatan Danau Toba dengan luas 15.000 km 2 sehingga menjadi taman nasional terbesar dan merupakan habitat alami bunga bangkai dan bunga rafflesia. Hewan yang menghuni misalnya gajah, badak, tapir, harimau, beruang madu, dan macan dahan. c. Taman Nasional Ujung Kulon, terletak di ujung barat Pulau Jawa dengan luas 786 km 2 , merupakan hutan dataran rendah, hutan bakau, dan hutan tepi pantai sebagai habitat berbagai hewan yang terancam punah seperti badak bercula satu, banteng, macan tutul, rusa, ajag, siamang jawa, penyu, dan berbagai jenis primata. d. Taman Nasional Komodo, terletak di Nusa Tenggara Timur dengan luas 750 km 2 , meliputi hutan musim sebagai habitat berbagai jenis hewan seperti komodo, ular, kadal endemik, rusa, babi hutan, burung kakatua, burung rahib, dan burung gosong. e. Taman Nasional Tanjung Putting, terletak di Pulau Kalimantan dengan luas 3.050 km 2 . Taman nasional ini terletak di dataran rendah sekitar pantai yang banyak ditumbuhi palem, pandan, epifit, dan tumbuhan pemakan serangga. Hewan yang menghuni diantaranya bekantan, ikan arwana, dan sinyuong, serta sebagai pusat rehabilitasi orang utan. f. Cagar Alam Lorentz di Irian Jaya, merupakan cagar alam terbesar dengan luas 21.000 km 2 yang mempunyai semua tipe habitat besar yang ada di Irian Jaya seperti hutan bakau, hutan rawa, hutan pegunungan, vegetasi alpin dan subalpin. g. Cagar Alam Tangkoko Batuangus di Sulawesi dengan luas 1.351 km 2 yang banyak ditumbuhi beringin dan pohon buah sehingga mendukung kehidupan berbagi jenis burung dan mamalia. Tipe habitat yang ada yaitu hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, dan hutan lumut. Bio Info Pembiakan In Situ dan Ex Situ Salah satu upaya pelestarian hewan dan tumbuhan langka adalah dengan pembiakan secara in situ dan ex situ. Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di habitat aslinya, misalnya badak jawa di biakkan di kawasan hutan Ujung Kulon. Pembiakan ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya habitat buatan yang telah dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya, misalnya harimau dibiakkan di kebun binatang. Gambar 6.12 Badak bercula satu dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Sumber: Indonesian Heritage Margasatwa, 2002 Keanekaragaman Hayati 115 Tugas 6.4 h. Taman laut, misalnya taman laut Bunaken di Sulawesi Utara, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Kepulauan Seribu di Jakarta, dan Teluk Cendrawasih di Irian Jaya. i. Kebun raya, misalnya kebun raya Bogor, kebun raya Cibodas, dan kebun raya Purwodadi. Laju kepunahan jenis makhluk hidup saat ini mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Carilah informasi cara pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengancam kelestarian jenis-jenis makhluk hidup. Kamu sudah mengetahui tentang keanekaragaman hayati, baik tingkat gen, tingkat jenis, maupun tingkat ekosistem. Untuk memudahkan mempelajarinya, makhluk hidup digolongkan menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan ciri tertentu. Pengelompokan ini disebut klasifikasi. Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek makhluk hidup sehingga mudah dipelajari. Cabang biologi yang khusus mempelajarinya disebut taksonomi. Tujuan klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli biologi antara lain sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang mem- bedakan antarjenis sehingga mudah dikenal. 2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya. 3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. 4. Mengetahui tingkat evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.

1. Sistem Klasifikasi

Klasifikasi sebenarnya adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan keseragaman ciri atau sifat di antara keanekaragaman sifat yang ada pada di antara makhluk hidup tersebut. Misalnya ada kelompok hewan buas dan tidak buas, kelompok hewan pemakan rumput dan pemakan daging, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan penghasil pangan, dan tanaman hias. Tentu kamu dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara seperti itu. Banyak ahli yang mengembangkan cara pengelompokan makhluk hidup yang lebih baik, misalnya Aristoteles 384 – 322 SM mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelom- pokkan menjadi herba, semak, dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan tidak berdarah. John Ray 1627 – 1708 merintis pengelompokkan makhluk hidup menjadi kelompok-kelompok kecil dan memperkenalkan E Klasifikasi Keanekaragaman Hayati Gambar 6.13 Kebun Raya Bogor: a pintu masuk utama, b sebagian tumbuhan ko- leksi kebun raya. Sumber: Indonesian Heritage Tetumbuhan, 2002 a b 116 Biologi SMA dan MA Kelas X konsep tentang spesies. Carolus Linnaeus 1707 – 1778, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan kesamaan struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan sistem tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur . Makhluk hidup dikelompokkan menjadi lima kingdom kerajaan yaitu Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Setiap kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup disebut takson. Pengelompokan ke dalam takson-takson didasarkan atas banyaknya persamaan dan perbedaan ciri morfologi, fisiologi, dan anatominya. Sekarang juga dikembangkan perunutan sekuens ADN untuk menentukan kekerabatan makhluk hidup. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya dan makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil subur, dimasukkan ke dalam suatu kelompok takson yang disebut spesies atau jenis. Beberapa spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan ke dalam takson famili atau suku. Famili yang berkerabat dekat membentuk ordo atau bangsa. Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalam satu kelas . Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam suatu filum untuk hewan, pada tumbuhan disebut divisi. Semua filum dan atau divisi yang berkerabat membentuk kingdom atau kerajaan . Dengan cara ini maka terbentuk tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya sedikit. Untuk membantu memahami uraian di atas, perhatikan skema pada Gambar 6.14. Perhatikan juga contoh klasifikasi kucing dan rumput teki di samping. Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini dikenal tiga sistem klasifikasi makhluk hidup, yaitu sistem artifisial buatan, sistem alami, dan sistem filogenetik.

a. Sistem artifisial atau buatan, menggunakan ciri-ciri atau sifat-

sifat yang sesuai dengan kehendak manusia atau sifat yang lain. Misalnya tumbuhan diklasifikasikan berdasarkan habitus atau perawakan menjadi pohon, perdu, semak, terna, dan memanjat. Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles dan Carolus Linnaeus. b. Sistem alami , dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck yang menghendaki agar kelompok atau takson dibentuk secara alami yaitu menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi secara alami atau sewajarnya. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, Gambar 6.14 Skema tingkatan takson, dari tingkat jenis sampai kerajaan. Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006 Klasifikasi kucing Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Bangsa : Carnivora Suku : Felidae Marga : Felis Jenis : Felis domestica Klasifikasi rumput teki Regnum : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Cyperales Suku : Cyperaceae Marga : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus kerajaan kingdomregnum filum atau divisi jenis atau spesies marga atau genus suku atau famili bangsa atau ordo kelas se d iki t p e rsa ma a n ci ri se ma ki n Keanekaragaman Hayati 117 berambut, dan lain-lain. Sedangkan pada tumbuhan ada kelompok tumbuhan biji berkeping satu dan tumbuhan berkeping biji berkeping dua. c. Sistem Filogenetik, muncul setelah dikemukakan teori evolusi oleh Charles Darwin pada tahun 1859 yang menyu- sun takson berdasarkan sifat morfologi, anatomi, fisiologinya, dan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya serta mengacu pada hubungan evolusioner nenek moyang dan keturunannya. Perhatikan diagram pohon filogenetik hewan dan tumbuhan pada Gambar 6.15 yang menunjukkan urutan evolusi hewan dan pada tumbuhan. Perkembangan sistem klasifikasi filogenetik adalah sebagai berikut. 1 Sistem dua kingdom, diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1735 yaitu kindom Vegetabilia dan Animalia. 2 Sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Haeckel pada tahun 1866 yaitu kingdom Protista, Plantae, dan Animalia. 3 Sistem empat kingdom, dikemukakan oleh Herbert Copeland pada tahun 1956. Copeland menambahkan satu kindom Protoctista sehingga terdapat empat kingdom yaitu Monera, Protoctista, Plantae, dan Animalia. 4 Sistem lima kingdom, dikemukakan oleh Robert Whittaker pada tahun 1969 yang membagi Protoctista menjadi dua kingdom yaitu Protista dan Fungi sehingga terdapat lima kingdom, meliputi Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Sebelumnya pada tahun 1937 Chatton mengusulkan pembagian makhluk hidup menjadi dua kelompok utama yaitu Prokaryota dan Eukaryota yang didasarkan pada ada tidaknya membran inti sel. 5 Sistem enam kingdom, diusulkan oleh Carl Woese pada tahun 1977. Woese membagi Monera menjadi dua kingdom yaitu Archaebacteria dan Eubacteria sehingga terdapat enam kingdom. Pada tahun 1990, Woese dan rekan-rekannya kembali mengusulkan sistem pengelompokan makhluk hidup menjadi tiga domain yaitu Bacteria, Archaea, dan Eukarya.

2. Tata Nama Makhluk Hidup

Persebaran suatu jenis makhluk hidup yang luas sering menyebabkan suatu makhluk hidup memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya mangga sebagai pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, dan di Sumatra Barat disebut pauh. Agar nama jenis suatu makhluk hidup dapat dimengerti oleh semua orang, maka perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin, sesuai dengan Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. monokotil tumbuhan berbunga semak pohon gymnospermae lumut lumut hati alga protista fungi tumbuhan berbunga dikotil Gambar 6.15 Diagram pohon filo- genetik tumbuhan yang menunjukkan kemung- kinan urutan evolusi tumbuhan. Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006 Fungi Animalia Protista Monera Plantae Gambar 6.17 Kerajaan makhluk hidup menurut Whittaker. Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006 118 Biologi SMA dan MA Kelas X Tugas 6.5 Bio Info Kunci Determinasi Kunci determinasi adalah daftar ciri-ciri makhluk hidup yang di- susun secara berpasangan yang digunakan untuk mengklasifi- kasikan suatu jenis makhluk hidup. Karena ciri disusun berpasangan maka sering disebut kunci dikotomi. Biasanya ciri-ciri tersebut me- nunjukkan ada atau tidaknya struktur yang dimiliki suatu makhluk hidup, misalnya hewan dibedakan yang bertulang belakang dan yang tidak. Dengan cara ini kelompok besar makhluk hidup dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Nama ilmiah berguna sebagai alat komunikasi ilmiah di tingkat internasional. Walaupun kadang-kadang sulit dieja atau diingat, tetapi suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar dan diakui di mana saja. Carolus Linnaeus mengusulkan sistem tata nama yang diakui secara internasional yaitu sistem binomial nomenklatur tata nama biner. Berikut ini ketentuan pemberian nama takson jenis, marga, dan suku.

a. Nama Jenis

Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal yang sudah dilatinkan. Misalnya, tanaman jagung nama spesiesnya jenis Zea mays. Burung merpati nama spesiesnya Columba livia. Kata pertama merupakan nama marga genus, sedangkan kata kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Pada penulisan nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama petunjuk jenis, seluruhnya menggunakan huruf kecil. Dalam penulisannya, nama spesies dicetak miring atau digarisbawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah lain. Contoh: - Zea mays jagung - Columba livia burung merpati - Oryza sativa padi - Canis familiaris anjing

b. Nama Marga Genus

Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal. Huruf pertama ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tum- buhan Solanum terong-terongan dan marga hewan Felis kucing.

c. Nama Suku Familia

Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak. Biasanya berasal dari nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Pada tumbuhan, nama suku ditambahkan akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari kata Solanum + aceae. Tetapi pada hewan ditambahkan dengan idea. Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea. 1. Apakah perbedaan sistem klasifikasi secara artifisial, alami, dan filogeni? 2. Buatlah klasifikasi artifisial untuk mengelompokkan berbagai macam tumbuhan yang ada di lingkungan sekolahmu. 3. Buatlah tingkatan klasifikasi jenis makhluk hidup langka yang kamu temukan pada Tugas 6.2.