4 Konjungsi ditemukan dalam semua karangan. Konjungsi yang sering digunakan ialah konjungsi subordinator, koordinator, dan antarkalimat.
Konjungsi korelatif tidak ditemukan hal ini karena ketiga konjungsi lainnya digunakan dalam karangan secara berlebihan menurut penulis. Selain itu,
pola tulisan mereka memang tidak memungkinkan untuk kemunculan konjungsi korelatif.
b. Kohesi leksikal Analisis yang peneliti lakukan menghasilkan temuan yaitu, penggunaan
kohesi leksikal dalam karangan masih belum menyeluruh. Hal ini dapat dilihat dari repetisi yang sering dan banyak muncul dalam semua karangan. Tetapi
hiponim, kolokasi, sinonim, antonim, dan ekuivalensi tidak semua karangan terdapat kohesi leksikal ini. Berikut ini penjelasannya.
1 Hiponim tidak ditemukan dalam Kr3, Kr4, Kr6, Kr11, Kr16. Hiponim yang ditemukan hubungannya cukup jelas.
2 Repetisi ditemukan dalam semua karangan. Repetisi merupakan kohesi leksikal yang paling sering digunakan. Pada karangan narasi para guru
tersebut, repetisi sering terjadi dalam kalimat yang sama, padahal repetisi tidak diperlukan.
3 Kolokasi tidak ditemukan dalam beberapa karangan, seperti Kr11, Kr12, Kr19. Ketidakmunculan kolokasi disebabkan oleh pilihan kata dan
pengembangan ide tulisan masih sangat minim, sehingga untuk memunculkan kata lainnya sangatlah mustahil.
4 Sinonim tidak ditemukan dalam Kr6, Kr8, Kr9, Kr10, Kr12, Kr13, Kr14, Kr15, Kr16, Kr18, dan Kr19. Tidak muncul karena pengulangan, pilihan kata,
pengembangan ide dalam karangan yang tidak memungkinkan kemunculan sinonim.
5 Antonim tidak ditemukan pada Kr5 dan Kr14. Hal ini berarti antonim cukup sering digunakan. Kemunculan antonim dalam karangan karena model
karangan narasi para guru mendukung munculnya antonim. 6 Ekuivalensi tidak ditemukan pada Kr3, Kr8, Kr9, Kr10, Kr11, Kr16, dan
Kr18. Cukup banyak karangan yang tidak mendukung munculnya ekuivalensi, karena pilihan kata mereka masih sangat terbatas.
2. JenisBKoherensiBdalamBKaranganBNarasiBGuru-GuruBSDBdiBLingkunganB YPPKBMaybratBKeuskupanBManokwari,BPapuaBBarat,BTahunB2014B
Dari lima belas jenis koherensi adisi, repetisi, pronomina, sinonim, keseluruhan – bagian, komparasi, penekanan, kontras, simpulan, contoh,
paralelisme, kelas – anggota, waktu, tempat, dan seri hanya sembilan jenis koherensi yang ditemukan dalam karangan para guru. Itu pun tidak semua
karangan menggunakan jenis koherensi yang ada. Berikut ini penjelasannya. a Adisi ditemukan dalam semua karangan. Adisi yang sering digunakan ialah
kata dan. Kata juga dan selanjutnya digunakan juga dalam karangan, tetapi dan yang paling sering muncul.
b Repetisi ditemukan dalam semua karangan. Repetisi yang terdapat dalam karangan para guru tersebut sangat beragam.
c Pronomina ditemukan dalam semua karangan. Pronomina yang sering muncul ialah pronomina persona.
d Sinonim tidak ditemukan dalam Kr6, Kr8, Kr9, Kr10, Kr12, Kr13, Kr14, Kr15, Kr16, Kr18, dan Kr19. Sinonim tidak muncul karena pengulangan,
pilihan kata, dan pengembangan ide yang tidak memungkinkan munculnya sinonim.
e Keseluruhan – bagian tidak ditemukan dalam Kr3, Kr4, Kr6, Kr11, Kr16. Hal ini karena pengulangan kata yang sama yang mereka sering gunakan.
f Penekanan ditemukan pada Kr4, Kr6, dan Kr17. Banyak karangan yang tidak menggunakan penekanan. Menurut penulis hal ini karena para guru tersebut
tidak terlalu paham dengan maksud penekanan pada sebuah tulisan. g Waktu ditemukan dalam semua karangan karena karangan narasi memang
menggunakan dan membutuhkan koherensi waktu. h Tempat ditemukan dalam semua karangan karena tempat mempunyai posisi
yang penting dalam karangan dan sebagai syarat kekoherensian dalam karangan para guru tersebut.
i Seri ditemukan dalam semua karangan karena ini merupakan karangan narasi yang menuntut hadirnya seri supaya ada alur yang jelas.
3. PenggunaanBPenandaBKohesiBdalamBKaranganBNarasiBGuru-GuruBSDBdiB LingkunganB YPPKB MaybratB KeuskupanB Manokwari,B PapuaB Barat,B
TahunB2014B
Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan penggunaan penanda kohesi ada yang tepat dan ada yang tidak tepat, baik itu kohesi gramatikal maupun kohesi
leksikal. Penggunaan penanda kohesi gramatikal yang tidak tepat karena dalam penggunaannya ada yang berlebihan, tidak sesuai kaidah, dan tidak diperlukan.
Ketidaktepatan penggunaan penanda kohesi leksikal disebabkan oleh penempatan penanda kohesi yang salah, mengulang hal yang tidak diperlukan, susunan kalimat
yang rancu karena menggunakan konjungsi yang salah, pelesapan unsur atau bagian yang penting, acuannya ganda. Berikut penjelasan penggunaan masing-
masing penanda kohesi leksikal dan gramatikal.
a. KohesiBgramatikalBBB
1 Penggunaan penanda referensi yang tepat karena sudah sesuai dengan kaidah, membuat karangan padu, dan dapat diterima. Penggunaan penanda referensi
yang tidak tepat karena tidak sesuai kaidah, membuat karangan rancu, dan berlebihan.
2 Penggunaan penanda substitusi tepat karena penggunaan benar dan dapat diterima. Penggunaan penanda substitusi tidak tepat karena substitusi tidak
diperlukan, acuannya tidak jelas, dan membuat karangan tidak efektif. 3 Penggunaan penanda elipsis dalam karangan semuanya tidak tepat karena
menghilangkan bagian yang penting dan membuat karangan rancu.
4 Penggunaan penanda konjungsi yang tepat karena digunakan sesuai dengan kaidah. Penggunaan yang tidak tepat karena digunakan tidak sesuai dengan
kaidah dan tidak diperlukan.
b. KohesiBleksikalB
1 Penanda Hiponim yang digunakan dalam karangan yang tepat karena penggunaannya sesuai dengan kaidah dan dapat diterima. Penggunaan
penanda hiponim yang tidak tepat karena penggunaan hiponim tidak diperlukan.
2 Penggunaan penanda repetisi yang tepat karena repetisi memang diperlukan dalam karangan. Penggunaan penanda repetisi sering terjadi dalam kalimat
yang sama, padahal repetisi tidak diperlukan. Hal ini membuat penggunaan penanda repetisi tidak tepat.
3 Penggunaan penanda kolokasi dalam karangan sudah tepat. Ketepatan penggunaan penanda kolokasi karena hubungan kolokasi benar dan logis.
4 Penggunaan penanda sinonim sudah tepat karena dapat diterima dan sesuai dengan kaidah.
5 Penggunaan penanda antonim dalam karangan para guru sudah tepat karena hubungan oposisinya jelas.
6 Penggunaan penanda ekuivalensi sudah tepat karena hubungannya jelas dan dapat diterima.
4. PenggunaanBPenandaBKoherensiBdalamBKaranganBNarasiBGuru-GuruBSDB YPPKBMaybratBKeuskupanBManokwari,BPapuaBBarat,BTahunB2014BB
Berdasarkan hasil analisis ditemukan penggunaan penanda koherensi ada yang tepat dan tidak tepat. Penggunaan penanda koherensi yang tepat karena
penggunaannya benar, sesuai dengan kaidah, menghubungkan antarkalimat – intrakalimat – paragraf dengan benar, dan penempatannya benar, dapat diterima
secara logis. Penggunaan penanda koherensi tidak tepat karena guru-guru tersebut penguasaan bahasanya kurang baik, pengembangan tulisannya sangat minimalis,
pengembangan ide atau gagasan dalam tulisan sangat minim, tidak mengenal dengan baik fungsi sarana koherensi sebagai syarat kepaduan dan keutuhan
wacana, mengulang hal yang tidak penting, dan penggunaan penanda koherensi yang tidak sesuai kaidah. Berikut ini penjelasan penggunaan penanda masing-
masing jenis koherensi dalam karangan narasi. a Penggunaan penanda adisi yang tepat karena sesuai kaidah dan diperlukan.
Penggunaan yang tidak tepat karena penggunaan penanda adisi membuat karangan menjadi boros, adisi tidak diperlukan, dan tidak sesuai kaidah.
b Penggunaan penanda repetisi yang tepat karena penggunaan penanda repetisi benar dan diperlukan. Penggunaan penanda repetisi yang tidak tepat karena
penggunaan repetisi tidak diperlukan, membuat kalimat rancu, dan tidak efektif.
c Penggunaan penanda pronomina tepat karena penggunaan penanda pronomina diperlukan dalam karangan dan dapat diterima. Penggunaan
penanda pronomina tidak tepat karena penempatannya salah dan digunakan secara berlebihan.
d Penggunaan penanda sinonim sudah tepat semua karena penggunaannya benar dan dapat diterima.
e Penggunaan penanda keseluruhan – bagian sudah tepat semua karena dapat diterima dan padu.
f Penggunaan penanda penekanan sudah tepat dalam semua karangan karena menekankan hal yang penting.
g Penggunaan penanda waktu ada yang tepat dan ada yang tidak tepat. Penggunaan yang tepat karena penggunaan penanda waktu benar, membuat
padu, dan dapat diterima. Penggunaan yang tidak tepat karena penggunaannya salah, membuat karangan rancu, dan tidak sesuai kaidah.
h Penggunaan penanda tempat dalam karangan tepat karena penggunaan tempat memang dibutuhkan dan membuat karangan padu. Penggunaan yang tidak
tepat karena penggunaan penanda tempat berlebihan dan tidak dibutuhkan. i Penggunaan penanda seri dalam karangan ada yang tepat dan ada yang tidak
tepat. Penggunaan penanda seri yang tidak tepat karena sering digunakan berlebihan, membuat karangan rancu, dan tidak diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan semua kohesi dalam karangan yang diteliti. Kohesi gramatikal meliputi referensi, substitusi, kolokasi,
elipsis, dan konjungsi. Kohesi leksikal meliputi hiponim, repetisi, sinonim, antonim, dan ekuivalensi. Koherensi yang tidak ditemukan meliputi komparasi,
kontras, simpulan, contoh, paralelisme, dan kelas – anggota. Koherensi yang
ditemukan meliputi adisi, repetisi, pronomina, sinonim, keseluruhan – bagian, penekanan, waktu, tempat, dan seri. Jadi, peneliti dapat menjawab rumusan
masalah pertama dan kedua. Peneliti telah mencapai tujuan pertama dan kedua dalam penelitian ini.
Penggunaan penanda kohesi dan koherensi dalam karangan guru-guru tersebut ditemukan penggunaan yang tidak tepat. Hal ini menurut peneliti karena
kurangnya pemahaman akan pentingnya kohesi dan koherensi dalam sebuah tulisan, pola pikir yang berbeda dan eksekusi penulisan para guru tersebut yang
sangat berbeda, kurang mampu mengembangkan ide dengan baik, kemampuan membaca yang masih kurang berimbas pada kemampuan menulis yang juga
sangat minim, dan pemilihan kata dalam karangan sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dalam karangan yang sering terjadi pengulangan hal yang sama, padahal
tidak penting. Ketidaktepatan penggunaan penanda kohesi dan koherensi ditemukan dalam semua karangan. Berdasarkan temuan peneliti mengenai
penggunaan penanda kohesi dan koherensi dalam karangan, peneliti telah mencapai tujuan penelitian ketiga dan keempat.
Melalui pembahasan teori yang peneliti gunakan untuk menganalisis data, penelitian terdahulu yang relevan, dan pembahasan temuan penulis berdasarkan
tujuan. Penelitian ini mendukung teori terdahulu dengan variasi yang berbeda. Persamaannya ialah sama-sama menganalisis kohesi dan koherensi dalam
karangan. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya ialah objek penelitian yang berbeda. Kedua penelitian terdahulu menganalisis kohesi dan
koherensi karangan siswa, sedangkan penulis menganalisis karangan para guru.
Perbedaan lainnya ialah pada teori yang digunakan. Kedua peneliti terdahulu menggunakan kajian teori dari ahli yang berbeda dengan peneliti. Selain itu, hasil
penelitian peneliti lebih bervariasi, hal ini karena objek yang berbeda dan pengembangan gagasan dalam karangan yang berbeda. Kedua penelitian terdahulu
menemukan semua kohesi leksikal repetisi, sinonim, hiponim, antonim, dan ekuivalensi dan dua peranti kohesi gramatikal referensi dan konjungsi,
sedangkan peneliti menemukan semua jenis kohesi tersebut. Kohesi gramatikal yang peneliti temukan meliputi hiponim, repetisi, kolokasi, sinonim, antonim, dan
ekuivalensi. Kemudian, kohesi leksikal yang peneliti temukan meliputi referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi.
Koherensi yang ditemukan peneliti terdahulu meliputi koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Yunita Cristantri 2012
menganalisis karangan deskripsi, menemukan koherensi berpenanda yang sering muncul ialah kausalitas dan kronologis. Koherensi tak berpenanda jarang
ditemukan dalam karangan para siswa, sedangkan Agnes Dyah Purnamasari 2009 menganalisis karangan narasi menemukan koherensi berpenanda yang
sering muncul ialah kronologis. Koherensi tak berpenanda yang sering muncul ialah koherensi dialog. Peneliti sendiri menemukan koherensi meliputi adisi,
repetisi, pronomina, sinonim, keseluruhan – bagian, penekanan, waktu, tempat, dan seri. Perbedaan lainnya ialah peneliti mengkaji penggunaan penanda kohesi
dan koherensi dalam karangan narasi, kedua penelitian terdahulu tidak menganalisis penggunaan penanda kohesi dan koherensi.