a. Saya pasti akan memaafkannya seandainya sia mau mengakui kesalahannya. b. Orang yang mensatanginya bertampang seram, maka sia jasi takut.
Pada contoh a terdapat konjungsi subordinator seandainya, pada contoh b terdapat konjungsi subordinator maka.
d Konjungsi Antarkalimat Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat
yang lainnya. Berikut ini contoh konjungsi antarkalimat: biarpun semikianbegitu, sekalipun semikianbegitu, walaupun semikianbegitu, meskipun semikianbegitu,
sungguhpun semikianbegitu, kemusian, sesusah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya,
malahan, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, sengan semikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu. Berikut ini contoh pemakaian konjungsi
antarkalimat.
a. Basannya terasa lelah. Namun, ia tetap berangkat ke kantor. Masuk atau tisak, pekerjaan harus rampung. Sebab bulan sepan buku laporan proyek
harus susah selesai.
Kata namun merupakan konjungsi adversatif, kata sebabB merupakan konjungsi kausal yang menerangkan alasan, dan kata atau merupakan konjungsi
koordinatif yang menjelaskan hubungan setingkat antara kata sebelumnya dengan kata selanjutnya.
b. Kami tisak sepensapat sengan sia. Biarpun begitu, kami tisak akan
menghalanginya.
BiarpunBbegitu pada kalimat kedua merupakan konjungsi antar kalimat yang
menghubungkan kalimat kedua dengan kalimat pertama.
b. Kohesi Leksikal Kohesi leksikal adalah hubungan antar unsur di dalam sebuah wacana secara
semantis Sumarlan 2003, dalam Christantri, 2012:11. Kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan
kalimat yang mendahului atau yang mengikuti Rani, 2006:129. Unsur-unsur kohesi leksikal terdiri dari reiteration reiterasi, dan collocation
kolokasi Mulyana, 2005:27. Menurut Mulyana 2005:29 kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk
mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur leksikal terdiri dari hiponim hubungan bagian atau isi, repetisi pengulangan, kolokasi sanding
kata, sinonim persamaan, antonim lawan kata, dan ekuivalensi. Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek
intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya. Berikut ini penjelasan unsur-unsur kohesi leksikal.
1 Hiponim Hiponim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang
bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain Baryadi, 2002:26. Hiponim adalah ‘relasi makna yang berkaitan dengan
peliputan makna spesifik dalam makna generik’Kushartanti, 2005:118. Hiponim merupakan hubungan kata, anggota atau keluarga kata tertentu, bagian dari kata
umum yang lebih spesifik. Berikut ini contoh penggunaan hiponim.
a. Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir
memansang rensah kepasa ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi saripasa lulusan IPS Rani, 2006:133.
Pada contoh di atas, kata ahliB fisikaB nuklir merupakan kata khusus atau subordinat, kata ilmuwan merupakan kata umum atau superordinat.
b. Mamalia mempunyai kelenjar penghasil susu. Manusia menyusui anaknya. Paus pun semikian Kushartanti,2005:99.
Pada contoh di atas manusia dan pausB merupakan anggota dari kelas mamaliaBkata umum.
2 Repetisi Pengulangan atau repetisi adalah kohesi leksikal yang berupa pengulangan
konstituen yang telah disebut Baryadi, 2002:25. Repetisi digunakan untuk mempertahankan hubungan antar kalimat Rani, 2006, dengan cara mengulang
kata atau bagian tertentu dalam sebuah wacana. Pengulangan ini bisa dilakukan dengan a ulangan penuh yaitu mengulang salah satu fungsi dalam kalimat secara
utuh atau penuh, b ulangan dengan bentuk lain yaitu mengulang salah satu fungsi kalimat dengan bentuk yang lain tetapi berasal dari bentuk dasar yang
sama, dan c ulangan dengan penggantian yaitu pengulangan dengan substitusi Rani, 2006. Berikut ini contoh pemakaian repetisi.
a. Berfilsafat sisorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu san apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berensah hati bahwa tisak
semuanya akan pernah kita ketahui salam kesemestaan yang seakan tisak terbatas ini Rani, 2006:130.
Pengulangan atau repetisi dalam contoh di atas ialah kata berfilsafat yang di
sebut pada kalimat pertama, lalu pada kalimat kedua disebutkan lagi. b. Pengetahuan simulai sengan rasa ingin tahu, kepastian simulai sengan
ragu-ragu san filsafat simulai sengan kesua-suanya. Berfilsafat sisorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu san apa yang belum kita tahu Rani, 2006:131.
Pada contoh di atas kalimat pertama disebutkan kata filsafatB yang diulang pada kembali pada kalimat kedua dengan bentuk lain yaitu kata berfilsafat.
3 Kolokasi Kohesi kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang
berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain Baryadi, 2002:28. Kolokasi kata yang menunjukkan adanya hubungan kedekatan tempat
lokasi Rani, 2006:129. Kolokasi merupakan hubungan kata, untuk memahami sebuah kata atau banyak kata sebagai kolokasi harus memahami konteksnya.
Berikut ini contoh penggunaan kolokasi. a. Sifat terbuka atau semokratis sari Pancasila sebagai iseologi pertama-tama
sapat kita lihat sari proses kelahirannya. Sebagaimana siketahui rumusan
Pancasila san UUD 1945 sebagai iseologi san konstitusi bersama lahir
melalui proses musyawarah mufakat yang bersuasana terbuka san semokratis Rani, 2006:133-134.
Kata Pancasila dan UUDB1945 memiliki relasi atau berkolokasi sebagai pilar
kebangsaan dasar kehidupan bernegara di Indonesia. Ketika membahas
mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa maka akan berkaitan dengan UUDB 1945.
b. Petani si Palembang terancam gagal memanen padi. Sawah yang mereka
garap terensam banjir selama sua hari Kushartanti, 2005:100.
Pada contoh di atas kata petani dalam kalimat pertama berkolokasi dengan kata padi kalimat pertama dan sawahBkalimat kedua.
4 Sinonim Sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip
antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain Baryadi, 2002: 27. Sinonim bisa disebut sebagai persamaan kata, maksudnya memiliki makna yang
sama atau mirip dan bisa saling menggantikan tanpa mengubah makna sebelumnya. Penggunaan sinomin harus sesuai konteks, meski pun bersinonim
tetap ada perbedaan. Berikut ini contoh penggunaan sinonim.
a. Jumlah orang Jawa perantauan ini selalu censerung naik. Sensus yang
silakukan Inggris si tahun-tahun mereka berkuasa menunjukkan
peningkatan itu Baryasi, 2002: 27. Kata naik pada kalimat pertama sama dengan kata peningkatan pada kalimat
kedua.
b. Para pemusa Indonesia, pemusa Jawa, pemusa Batak, pemusa Ambon, san
lain-lain turut berjuang menantang penjajah, memperjuangkan kemersekaan
si Nusantara ini. Mereka semua merupakan pahlawan, pejuang yang tisak
kenal menyerah Tarigan 1987:102.
Pada contoh di atas NusantaraBbersinonim dengan Indonesia, dan pahlawanB bersinonim dengan pejuang.
5 Antonim Antonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang
bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain Baryadi, 2002: 28. Kushartanti 2005 menyebutkan bahwa antonim
ialah hubungan antarkata yang beroposisi makna. Kata-kata yang beroposisi dengan selaras membuat pemahaman mitra tutur atau pembaca lebih cepat
memahami wacana Kushartanti, 2005: 100. Berikut ini contoh penggunaan antonim.
a. Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya: lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif Busiman, 1981:3, salam Baryasi,
2002:28. Pada contoh di atas terdapat pasangan kata yang saling berlawanan makna,
yaitu: rasional x emosional, aktifBx pasif, dan agresif x submisif.
b. Saat menyaksikan pelaku kejahatan yang berasal sari kalangan miskin salam
berita si televisi, kasang-kasang muncul perasaan simpati. Namun, pasa saat yang lain muncul perasaan antipati Kushartanti, 2005:100.
Pada contoh di atas, kata simpati dalam kalimat pertama merupakan antonim kata antipatiBdalam kalimat kedua.
6 Ekuivalensi Ekuivalensi adalah makna yang sangat berdekatan; lawan dari kesamaan
bentuk Kridalaksana, 2008:56. Ekuvalensi ialah kata yang memiliki kedekatan hubungan karena berasal dari kata dasar yang sama. Penggunaan ekuivalensi
dalam tulisan akan membuat semakin kohesif dan hubungannya tampak jelas. Berikut ini contoh penggunaan ekuivalensi.
a. Mereka berjuang mati-matian. Perjuangan mereka telah berhasil Tarigan,
1987:103.
Pada contoh di atas kata berjuangBdalam kalimat pertama danBperjuanganB
dalam kalimat kedua berasal dari kata dasar yang sama yaitu juang.
b. Tisak sesikit pemusa yang mengorbankan jiwa san raga mereka. Pengorbanan mereka tisak sia-sia Targan, 1987:103.
Pada contoh di atas kata mengorbankan dalam kalimat pertama dan kata pengorbanan dalam kalimat kedua berasal dari kata dasar yang sama yaitu
korban.