TujuanBPenelitianBB Kohesi dan koherensi dalam karangan narasi guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat, tahun 2014.

ialah analisis kohesi dan koherensi dalam karangan yang dibuat oleh guru-guru. Kesamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya ialah analisis kohesi dan koherensi pada karangan. Perbedaannya ialah pada subjek yang diteliti penulis merupakan karangan narasi guru-guru, sedangkan kedua penelitian sebelumnya pada karangan narasi siswa Purnamasari, 2009 dan karangan deskripsi siswa Yunita, 2012. 2.2.BKajianBTeoriBB Penelitian ini menggunakan beberapa kajian teori dari beberapa ahli linguistik khususnya analisis wacana sebagai landasan untuk mencapai tujuan yang peneliti paparkan sebelumnya. Pada bagian kajian teori ini membahas mengenai kohesi, koherensi, dan karangan narasi. Kohesi yang dibahas ialah kohesi gramatikal yang terdiri dari referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Kemudian, kohesi leksikal yang dibahas ialah hiponim, repetisi, kolokasi, sinonim, antonim, dan ekuivalensi. Selanjutnya, koherensi yang dibahas ialah adisi, repetisi, pronomina, sinonim, keseluruhan – bagian, komparasi, penekanan, kontras, hasil, contoh, paralelisme, kelas – anggota, waktu, tempat, dan seri. Hal terakhir yang dibahas ialah karangan narasi. Berikut ini beberapa kajian teori tersebut. 2.2.1BKohesiB Kohesi adalah pertalian bentuk, maksudnya ada hubungan antarkata hingga paragraf yang dapat dilihat. Hubungan ini ditandai dengan penanda- penanda leksikal dan gramatikal. Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana Alwi, 2003:427. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara stuktural membentuk ikatan sintaktikal Mulyana, 2005. Sejalan dengan pendapat Cutting bahwa, Cohesion is how wors relate to each other within the text, referring backwars or forwars to other wors in the text Cutting, 2003:2. Halliday dan Hasan 1976, dalam Kushartanti, 2005 mengungkapkan bahwa ada unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantik yang disebut kohesi, kohesi inilah yang membentuk suatu wacana sehingga dapat dipahami. Menurut Mulyana 2005:26 konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya, unsur-unsur wacana kata atau kalimat yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Anton M. Moeliono, dkk dalam Mulyana, 2005, untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Halliday dan Hassan dalam Mulyana, 2005 mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau yang mengikuti Rani, 2006:129. Penanda kohesi gramatikal ialah referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Kohesi leksikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa Rani, 2006:97. Kohesi leksikal antara lain ialah hiponim, repetisi, kolokasi, sinonim, antonim, dan ekuivalensi. Berikut ini penjelasan mengenai kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. a. Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa Rani, 2006:97. Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antarunsur yang berkaitan dengan tatabahasa Kushartanti, 2005. Unsur-unsur kohesi gramatikal terdiri dari reference referensi, substitution substitusi, ellipsis elipsis, dan conjungtion konjungsi Mulyana, 2005:27. Berikut ini penjelasannya. 1 Referensi Referensi merupakan salah satu unsur kohesi gramatikal yang berfungsi sebagai penunjuk. Biasanya referensi berupa kata atau frasa yang acuannya berada di luar teks eksofora dan di dalam teks endofora. Endofora dibagi menjadi anafora mengacu pada kata sebelumnya dan katafora mengacu pada kata sesudahnya. Peranti yang biasa digunakan untuk referensi ialah pronomina. Menurut Alwi 2003 pronomina dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya. Pertama, pronomina persona atau kata ganti diri adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri, mengacu pada orang yang diajak bicara, atau mengacu pada orang yang dibicarakan. Pronomina persona pertama: saya, aku, saku, -ku, ku-, kami, kita; Pronomina persona kedua: engkau, kamu, Ansa, sikau, kau-, mu-, kalian, sekalian, Ansa sekalian; Pronomina persona ketiga: sia, ia, beliau, -nya, mereka Alwi, 2003. Kedua, kata ganti penunjuk adalah kata deiktis yang dipakai untuk menunjuk menggantikan nomina Rani, 2006. Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan pronomina penunjuk ihwal. Pronomina penunjuk umum: ini, itu dan anu; Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, dan sana; dan Pronomina penunjuk ihwal: begini, begitu. Ketiga, kata ganti penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan Alwi, 2003. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia adalah apa, siapa, mana, mengapa, kenapa, kapan, bilamana, berapa, gabungan preposisi dengan kata tanya sari apa, sengan siapa, ..., kata saja dan implikasi kejamakan sengan siapa saja, sari mana saja, ..., kata saja dan implikasi ketidaktentuan pada kalimat berita, dan reduplukasi apa, siapa, dan mana Alwi, 2003:265- 274. Berikut ini contoh referensi. a. Hati Sukir terasa berbunga-bunga. Dia yakin Watik menerima lamarannya Mulyana, 2005: 27. Kata Dia dalam kalimat pertama pada contoh di atas sebagai penunjuk kata SukirBpada kalimat pertama. b. Bersasarkan penelitian san pembahasan, maka sapat sitarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pupuk menjasi bagian penting salam bisang pertanian. 2. Pemeliharaan tanaman tergantung banyak faktor Mulyana, 2005: 27. Kata berikut pada kalimat di atas menjadi penunjuk untuk hal-hal yang dijelaskan selanjutnya pada nomor 1 dan 2. 2 Substitusi Subtitusi atau penggantian adalah proses dan hasil penggantian unsur-unsur bahasa oleh unsur lain ke dalam satuan yang lebih besar Mulyana, 2005:28. Subtitusi digunakan supaya tidak terjadi pengulangan kata, frasa atau kalimat yang sama, yang membuat tulisan tidak efektif. Penggantian atau substitusi merupakan penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lainnya yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antar bentuk kata, frasa, ataupun klausa Halliday dan Hasan, 1979:88; Quirk, 1985:863, dalam Rani, 2006:105. Berikut ini contoh substitusi. a. Dalam aksioma yang ketiga, Buhler berusaha menguraikan sturktur-mosell ser Sprach. Ia beranggapan bahwa semua bahasa mempunyai struktur Rani, 2006:105. Pada contoh di atas, kata BuhlerBdalam kalimat pertamaBdigantikan kata IaB pada kalimat selanjutnya. b. Rasa hormat san ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepsa pembimbing skripsi, yaitu Prof. Dr. Suwardi dan Dr. Afendy Widayat, M.A. atas bimbingan beliau berdua penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sengan baik Mulyana, 2005: 28. Kata beliauB berdua dalam kalimat di atas merupakan substitusi atau yang menggantikan kata Prof.BDr.BSuwardiBdanBDr.BAfendyBWidayat,BM.A. 3 Elipsis Elipsis atau penghilanganpelesapan adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain Mulyana, 2005:28. Elipsis digunakan supaya tidak ada pengulangan kata yang sama karena penulis menganggap pembaca mengerti maksud tulisan sehingga tidak perlu diulang kembali. Selain itu, supaya tulisan lebih singkat namun tetap jelas. Berikut ini contoh elipsis. a. Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghasapi saat-saat yang menentukan salam peyusunan skripsi ini. Ø Saya mengucapkan Terima kasih Tuhan Mulyana, 2005: 28. Kata sayaBmengucapkan dihilangkankan karena penulis beranggapan bahwa yang membaca tetap memahami maksud penulis, juga supaya tulisan menjadi lebih singkat dan jelas. b. Kami berangkat hari ini. Mereka juga Lubis, 2011:40. Pada kalimat kedua berangkatBhariBiniBdihilangkan seluruhnya diganti kata jugaBsebagai substitusinya. 4 Konjungsi Konjungsi atau kata sambung adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat dan seterusnya Harimurti Kridalaksana, 1984:105; HG Tarigan, 1987:101, dalam Mulyana 2005:29; Alwi, 2003:296. Konjungsi digunakan supaya keterikatan ide- ide dalam wacana tetap mengalir sesuai alurnya dan benar-benar memiliki kejelasan hubungan satu sama lain. Konjungsi merupakan pemarkah yang paling mudah dilihat. Brown dan Yule Rani, 2006:95 membagi konjungsi dalam beberapa macam, yaitu: penambahan san, atau, selanjutnya, senasa, tambahan, dan sebagainya, adversatif tetapi, namun sebaliknya, meskipun semikian, kausal konsekuensinya, akibatnya, dan waktu kemusian, setelah itu, satu jam kemusian. Alwi, dkk Alwi, 2003: 297- 302 membagi konjungsi dalam beberapa jenis sebagai berikut: a Konjungsi Koordinatif Konjungsi ini berfungsi menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status atau kedudukan yang sama. Contohnya: san penanda hubungan penambahan, serta penanda hubungan pendampingan, atau penanda hubungan pemilihan, tetapi dan melainkan penanda hubungan perlawanan, pasahal dan sesangkan penanda hubungan pertentangan. Berikut contoh penggunaan konjungsi koordinatif. a. Aku yang satang ke rumahmu atau kamu yang satang ke rumahku? b. Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya tersiam saja. Pada contoh a di atas terdapat konjungsi koordinatif atau penanda hubungan pemilihan, pada contoh b terdapat konjungsi koordinatif tetapi penanda hubungan perlawanan. b Konjungsi Korelatif Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaktis yang sama. Sarana konjungsi yang digunakan seperti: baik… maupun …; tisak hanya… tetapi juga…; bukan hanya…, melainkan juga…; semikian…sehingga; sesemikian rupa… sehingga…; apakah… atau…; entah…entah…; jangankan…,… pun…. Berikut ini contoh penggunaan konjungsi korelatif. a. Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh. b. Entah sisetujui entah tisak, sia tetap akan mengusulkan gagasannya. Pada contoh a di atas terdapat konjungsi korelatif tidakBhanya dan tetapiB juga, pada contoh b terdapat kojungsi korelatif entah dan entah. c Konjungsi Subordinator Konjungsi ini berfungsi sebagai penghubung dua klausa atau lebih yang tidak memiliki status sintaktik yang sama. Berikut ini pembagian konjungsi subordinator dan contohnya. 1 Konjungsi subordinator waktu: sejak, semenjak, sesari; sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, semi; setelah, sesusah, sebelum, sehabis, selesai, seusai; hingga, dan sampai. 2 Konjungsi subordinator syarat: jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala. 3 Konjungsi subordinator pengandaian: ansaikan, seansainya, umpamanya, sekiranya. 4 Konjungsi subordinator tujuan: agar, supaya, biar. 5 Konjungsi subordinator konsesif: biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kensatipun. 6 Konjungsi subordinator pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, saripasa, alih-alih. 7 Konjungsi subordinator sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab. 8 Konjungsi subordinator hasil: sehingga, sampai sampai, makanya. 9 Konjungsi subordinator alat: sengan, tanpa. 10 Konjungsi subordinator cara: sengan, tanpa. 11 Konjungsi subordinator komplementasi: bahwa. 12 Konjungsi subordinator atribut: yang. 13 Konjungsi subordinator perbandingan: sama… sengan, lebih … saripasa. Berikuti ini contoh penggunaan konjungsi subordinatif. a. Saya pasti akan memaafkannya seandainya sia mau mengakui kesalahannya. b. Orang yang mensatanginya bertampang seram, maka sia jasi takut. Pada contoh a terdapat konjungsi subordinator seandainya, pada contoh b terdapat konjungsi subordinator maka. d Konjungsi Antarkalimat Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Berikut ini contoh konjungsi antarkalimat: biarpun semikianbegitu, sekalipun semikianbegitu, walaupun semikianbegitu, meskipun semikianbegitu, sungguhpun semikianbegitu, kemusian, sesusah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, sengan semikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu. Berikut ini contoh pemakaian konjungsi antarkalimat. a. Basannya terasa lelah. Namun, ia tetap berangkat ke kantor. Masuk atau tisak, pekerjaan harus rampung. Sebab bulan sepan buku laporan proyek harus susah selesai. Kata namun merupakan konjungsi adversatif, kata sebabB merupakan konjungsi kausal yang menerangkan alasan, dan kata atau merupakan konjungsi koordinatif yang menjelaskan hubungan setingkat antara kata sebelumnya dengan kata selanjutnya.

b. Kami tisak sepensapat sengan sia. Biarpun begitu, kami tisak akan

menghalanginya. BiarpunBbegitu pada kalimat kedua merupakan konjungsi antar kalimat yang menghubungkan kalimat kedua dengan kalimat pertama.