Kami tisak sepensapat sengan sia. Biarpun begitu, kami tisak akan

a. Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya: lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif Busiman, 1981:3, salam Baryasi, 2002:28. Pada contoh di atas terdapat pasangan kata yang saling berlawanan makna, yaitu: rasional x emosional, aktifBx pasif, dan agresif x submisif. b. Saat menyaksikan pelaku kejahatan yang berasal sari kalangan miskin salam berita si televisi, kasang-kasang muncul perasaan simpati. Namun, pasa saat yang lain muncul perasaan antipati Kushartanti, 2005:100. Pada contoh di atas, kata simpati dalam kalimat pertama merupakan antonim kata antipatiBdalam kalimat kedua. 6 Ekuivalensi Ekuivalensi adalah makna yang sangat berdekatan; lawan dari kesamaan bentuk Kridalaksana, 2008:56. Ekuvalensi ialah kata yang memiliki kedekatan hubungan karena berasal dari kata dasar yang sama. Penggunaan ekuivalensi dalam tulisan akan membuat semakin kohesif dan hubungannya tampak jelas. Berikut ini contoh penggunaan ekuivalensi.

a. Mereka berjuang mati-matian. Perjuangan mereka telah berhasil Tarigan,

1987:103. Pada contoh di atas kata berjuangBdalam kalimat pertama danBperjuanganB dalam kalimat kedua berasal dari kata dasar yang sama yaitu juang. b. Tisak sesikit pemusa yang mengorbankan jiwa san raga mereka. Pengorbanan mereka tisak sia-sia Targan, 1987:103. Pada contoh di atas kata mengorbankan dalam kalimat pertama dan kata pengorbanan dalam kalimat kedua berasal dari kata dasar yang sama yaitu korban. 2.2.2BKoherensiB Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana Baryadi, 2002:29. Menurut Cutting, ‘coherence is a quality of being ‘meaningful ans unifies’ or relevance in pragmatics Cutting, 2003:2’. Maksudnya ialah koherensi memiliki pengaruh yang besar dalam wacana agar bisa dipahami dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Koherensi merupakan pertalian makna, maksudnya ada hubungan berupa topik atau ide yang sama dalam sebuah wacana sehingga wacana tersebut menjadi padu, dapat diterima dan dipahami. Mulyana 2005 menyatakan bahwa koherensi mengandung makna ‘pertalian’. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat Tarigan, dalam Mulyana 2005. Koherensi dalam sebuah wacana dapat dilihat dari hadirnya penanda-penanda kohesi maupun tidak. Melalui kehadiran penanda kohesi wacana menjadi koheren, maksud dan keterhubungan antarproposisi dapat dipahami. Sedang jika tidak ada kehadiran penanda kohesi wacana tetap dapat dikatakan koheren jika yang membaca wacana paham dengan apa yang disampaikan oleh penulis, memiliki latar belakang sama dengan penulisnya, dan memahami konteks wacana tersebut. D’Angelo 1980 menyatakan. Peneliti menggunakan teori Frank J. D’Angelo 1980 sebagai pisau analisis dalam penelitian penulis. Berikut ini penjelasan unsur koherensi menurut D’Angelo 1980:394 – 355. a Adisi Use connectives to sugest simple assition to the thought in the precesing sentence D’Angelo, 1980:349. Artinya penambahan atau adisi ialah sarana