Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir
2.2.2BKoherensiB
Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana Baryadi, 2002:29. Menurut Cutting, ‘coherence is a quality of being ‘meaningful
ans unifies’ or relevance in pragmatics Cutting, 2003:2’. Maksudnya ialah koherensi memiliki pengaruh yang besar dalam wacana agar bisa dipahami dan
memiliki keterkaitan satu sama lain. Koherensi merupakan pertalian makna, maksudnya ada hubungan berupa topik atau ide yang sama dalam sebuah wacana
sehingga wacana tersebut menjadi padu, dapat diterima dan dipahami. Mulyana 2005 menyatakan bahwa koherensi mengandung makna
‘pertalian’. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat Tarigan, dalam Mulyana 2005. Koherensi dalam sebuah wacana dapat dilihat
dari hadirnya penanda-penanda kohesi maupun tidak. Melalui kehadiran penanda kohesi wacana menjadi koheren, maksud dan keterhubungan antarproposisi dapat
dipahami. Sedang jika tidak ada kehadiran penanda kohesi wacana tetap dapat dikatakan koheren jika yang membaca wacana paham dengan apa yang
disampaikan oleh penulis, memiliki latar belakang sama dengan penulisnya, dan memahami konteks wacana tersebut.
D’Angelo 1980 menyatakan. Peneliti menggunakan teori Frank J. D’Angelo 1980 sebagai pisau analisis dalam penelitian penulis. Berikut ini
penjelasan unsur koherensi menurut D’Angelo 1980:394 – 355. a Adisi
Use connectives to sugest simple assition to the thought in the precesing sentence D’Angelo, 1980:349. Artinya penambahan atau adisi ialah sarana
untuk menghubungkan ide pada kalimat sebelumnya dengan kalimat berikutnya menggunakan penanda-penanda adisi atau penambahan. Unsur koherensi ini
merupakan sarana penghubung yang bersifat aditif atau berupa penambahan Tarigan, 1987:104.
Penggunaan piranti penambahan biasanya digunakan agar proposisi-proposisi yang dijelaskan saling berhubungan atau berkaitan. Sarana penghubung piranti ini
antara lain: san, juga, lagi, pula Tarigan, 1987, selanjutnya, si samping itu, tambahan lagi, dan selain itu Rani, 2006. Berikut ini contoh penggunaan unsur
penambahan.
1 Laki-laki dan perempuan, tua dan musa, juga para tamu turut bekerja
bergotong-royong menumpas hama tikus si sawah-sawah si sesa kami. Tarigan, 1987:105.
Pada contoh di atas terdapat penggunaan sarana penambahan berupa kata dan dan kata juga.
2 Aspek emotif berkaitan sengan keterlibatan unsur emosi pembaca salam upaya menghayati unsur-unsur keinsahan salam teks sastra yang sibaca.
Selain itu, eunsir emosi juga sangat berperan salam upaya memahami
unsur-unsur yang bersifat subyektif.
Pada contoh di atas terdapat penggunaan sarana penambahan berupa selainB itu, dan juga.
b Repetisi Repeat a key wors, or a wors serives from the same root D’Angelo,
1980:350. Artinya pengulangan kata kunci atau kata yang menjadi bagian penting dalam sebuah tulisan agar keterkaitannya jelas. Pengulangan kata
dilakukan supaya keterkaitan antarproposisi tetap terjalin. Hal yang diulang tentu harus merupakan hal yang dianggap penting untuk diulang. Pengulangan bisa
digunakan sebagai bentuk penekanan pada bagian tertentu, bahwa hal tersebut penting. Berikut ini contoh penggunaan pengulangan kata.
1 Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Sumasi sebagai tersangka salam kasus tinsak pisana korupsi si perusahaan besar itu. Tersangka saat
ini sitahan si Rumah Tahanan Salemba Kushartanti, 2005:99.
Pada contoh di atas kata tersangka pada kalimat pertama diulang lagi pada
kalimat kedua.
2 Orang tua selalu menyalahkan anak-anaknya, tetapi orang tua terlalu sibuk
sengan urusan si luar rumah Sugono,2009:165.
Pada contoh di atas orangBtua diulang pada anak kalimat sebelumnya juga
disebutkan pada induk kalimat. c Pronomina
Use pronoun to refer to a noun, another person, or a clause in the precesing sentence D’Angelo, 1980:350. Artinya penggunaan kata ganti yang mengacu
pada kalimat sebelumnya. Sarana penghubung kata ganti berupa kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain Tarigan, 1987:106. Kata ganti atau pronomina
dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi kata ganti persona saya, kamu, kita, kami, beliau, mereka, engkau, Ansa, kata ganti penunjuk ini, itu, si sana, si
sini, dan kata ganti penanya apa, mengapa, kenapa, bagaimana. Kata ganti digunakan supaya ada variasi dalam tulisan yang tetap menunjukkan keterkaiatan
satu sama lain. Berikut ini penggunaan kata ganti atau pronomina.
1 “Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. Sepesa motor inilah teman
setiaku salam segala musim san cuaca,” kata Bakri Rani, 2006:102.
Kata ini pada contoh di atas merupakan sarana kata ganti yang mengacu pada
sepeda motor.