memakan waktu,
menuntut pikiran
untuk membuatnya
atau mempersiapkannya, dan menuntut keterampilan dalam menggunakannya.
Dengan demikian penggunaan video pembelajaran dalam penelitian ini diharapkan mampu merangsang logika serta mengolah perasaan siswa
dan menimbulkan gairah dalam belajar bahkan dengan materi yang sulit.
C. Merancang Video
Videopembelajaran dikembangkan
guna memfasilitasi
siswa membangun pemahaman mengenai konsep magnet. Pengembangan video
dilakukan dengan cara: 1 menyajikan materi magnetdengan konsep yang sederhana sesuai untuk jenjang sekolah dasar, 2 disertai dengan percobaan
– percobaan sederhana mengenai sifat
– sifat magnet, 3 siswa diberi pertanyaan-pertanyaan terkait konsep magnet yang diulas dalam video.
Videopembelajaran tersebut banyak memiliki kelebihan dibandingkan dengan ceramah guru, maka sebagai penyampai informasi kepada siswa bisa
secara efektif berpengaruh terhadap pemahaman siswa dan memungkinkan konsep tersampaikan secara cepat dan efisien.
Secara teknis,
pembuatan video
pembelajaran sebaiknya
mempertunjukkan sesuatu yang menarik sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan. Kemudian diruntutkan secara logis yang mengarah kepada
suatu kesimpulan dan rangkuman. Menurut Suparno 2007:115, dalam pembuatan video terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1
video tidak terlalu panjang karena dapat membosankan kecuali yang diulas tentang suatu sejarah atau penemuan fisika, 2 diberi pertanyaan untuk
refleksi dan mengambil maknanya, 3 video sebaiknya berwarna dan disiapkan yang menarik, gambar harus jelas dan tidak kabur waktu
ditayangkan, 4 sebaiknya dalam satu program hanya satu konsep yang mau ditekankan.
Rancangan pembuatan video pembelajaran magnetsebelumnya dituangkan ke dalam konsep materi yang akan diulas dan kemudian
dijabarkan ke dalam skenario, sehingga akan mempermudah peneliti dalam membuat video magnet.
D. Keaktifan Belajar
Trinandinata dalam Winarti 2011:20, Harumning Tyas 2012:19 menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan siswa. Herman Hudojo dalam Endarwati 2009:12, mengemukakan bahwa keaktifan adalah suatu proses yang
mengikutsertakan setiap siswa secara serempak dalam proses belajar guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Kartika Budi 2001:46
mengatakan hahwa ukuran dari kualitas pembalajaran tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa,
dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif. Jadi untuk merangsang keaktifan belajar pada siswa, diperlukan suatu
aktivitas yang membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Usman 1997:21 mengatakan bahwa aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa yang sebagai subyek didik yang