penelitian yang dilakukan oleh Obi, dkk. 2001, pada penelitian tersebut aktivitas serum ALP dapat meningkat sebesar 1,5 kali dari keadaan normal pada
tikus terinduksi karbon tetraklorida.
3. Kontrol FHEMM
Tujuan dilakukan kontrol terhadap FHEMM adalah untuk memastikan bahwa FHEMM tidak meningkatkan aktivitas serum ALP. Dosis FHEMM yang
digunakan adalah dosis III. Dosis III dipilih karena merupakan dosis yang paling tinggi pada kelompok perlakuan sehingga diharapkan dapat mewakili
dosis I dan dosis II. Apabila FHEMM mempengaruhi aktivitas serum ALP maka akan lebih terlihat jelas pada dosis III, karena kandungan metabolit
FHEMM lebih banyak. Pemberian FHEMM dosis III dilakukan selama 6 hari berturut-turut
dengan frekuensi sekali sehari pada jam yang sama secara peroral. Waktu pemberian selama 6 hari berturut-turut yang digunakan sama dengan waktu
pemberian pada perlakuan FHEMM, sehingga kelompok kontrol FHEMM dan perlakuan FHEMM mendapatkan perlakuan yang sama. Pada jam ke-24 setelah
pemberian FHEMM dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis mata tikus untuk diukur aktivitas serum ALP.
Aktivitas serum ALP pada kelompok kontrol FHEMM diperoleh sebesar 152,2 ± 7,6 Ul tabel V. Hasil tersebut dibandingkan dengan kontrol
negatif CMC-Na 1 dengan nilai ALP sebesar 180,2 ± 6,8 Ul. Uji statistik
menunjukkan bahwa aktivitas serum ALP antara kelompok kontrol FHEMM dan kelompok kontrol negatif CMC-Na 1 memiliki perbedaan yang tidak
bermakna p = 0,839 seperti yang ditampilkan pada tabel VI. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian FHEMM 137,14
mgkgBB selama 6 hari berturut-turut tidak meningkatkan aktivitas serum ALP pada tikus betina galur Wistar.
4. Kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mgkgBB
Pengukuran aktivitas serum ALP pada kelompok perlakuan FHEMM bertujuan untuk melihat efek penghambatan aktivitas serum ALP FHEMM
kajian jangka panjang 6 hari pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Evaluasi efek dari FHEMM dilihat dari ada tidaknya penurunan
aktivitas serum ALP dibandingkan dengan kontrol negatif CMC-Na 1. Peringkat dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah 34,28 mgkgBB
dosis I, 68,57 mgkgBB dosis II, dan 137,14 mgkgBB dosis III. Kelompok perlakuan FHEMM dosis I memiliki aktivitas serum ALP
sebesar 169,2 ± 10,3 Ul tabel V. Hasil uji statistik dengan uji Tuckey HSD tabel VI menunjukkan kelompok perlakuan FHEMM dosis I memiliki
perbedaan bermakna p = 0,033 terhadap kelompok kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB 244,4 ± 13,7 Ul, hal ini menunjukkan bahwa FHEMM
dosis I mampu menghambat aktivitas serum ALP ditunjukkan dengan penurunan aktivitas serum ALP. Pada kelompok FHEMM dosis I, berdasarkan
hasil uji statistik memiliki perbedaan tidak bermakna p = 0,993 terhadap