Anatomi dan Fisiologi Hati

2b yang berjalan di antara jejeran hepatosit ke vena sentral seperti jari-jari roda sepeda Sherwood, 2009. Gambar 2. Struktur mikroskopik hati Tortora dan Derrickson, 2014 Setiap hepatosit melakukan beragam tugas metabolik dan sekretorik yang sama. Satu-satunya fungsi hati yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit yang dilakukan oleh makrofag residen yang disebut sel Kupffer Gambar 2b. Sel Kupffer terletak di dalam lapisan sinusoid, sel ini mengeluarkan bakteri atau partikel asing lainnya yang masuk melalui darah yang melewati sinusoid. Hepatosit juga melakukan fungsi sekresi empedu yang dikeluarkan menuju duktus biliaris Shier, Butler, dan Lewis, 2006. Untuk melaksanakan beragam tugasnya, susunan anatomik hati memungkinkan setiap hepatosit untuk berkontak langsung dengan darah dari dua sumber yaitu 20 dari arteri hepatika yang membawa darah kaya akan oksigen dan sisanya dari vena porta yang membawa darah kaya akan nutrien yang berasal dari lambung, usus, pankreas, dan limpa. Darah dari vena porta juga mungkin mengandung bakteri usus, racun, dan obat yang dicerna. Dari hal ini maka tergambarkan bahwa sel-sel hepar mendapatkan suplai darah yang relatif kurang oksigen sehingga sel-sel hepar rentan terhadap kerusakan dan penyakit Corwin, 2007.

B. Hepatotoksisitas

Kerusakan hati dapat terjadi karena beberapa hal, seperti kekurangan oksigen, infeksi, cedera imunologi, ketidakseimbangan metabolisme, kelainan genetik, dan pemejanan bahan kimia serta obat baik sengaja maupun tidak sengaja yang disebut dengan hepatotoksisitas. Hepatotoksisitas dapat terjadi karena inhalasi, ingesti, atau pemberian parenteral sejumlah zat farmakologis dan kimiawi. Berbagai zat tersebut mencakup toksin industri, pestisida dan yang lebih sering adalah zat farmakologis yang digunakan dalam terapi medis Longo dan Fauci, 2010. Jenis-jenis kerusakan hati : 1. Perlemakan hati Steatosis Steatosis pada dasarnya merupakan manifestasi dari sindrom metabolik lipid di hati. Steatosis adalah suatu keadaan terjadinya akumulasi lemak yang sebagian besar berupa droplet trigliserida di dalam hepatosit melebihi 5-10 dari berat hati. Pada keadaan normal hati tidak menyimpan lemak, melainkan akan dikeluarkan ke sirkulasi darah. Perlemakan hati dibagi menjadi dua, yaitu perlemakan hati yang disebabkan oleh alkohol dan perlemakan hati yang tidak disebabkan oleh alkohol atau biasa dikenal dengan Non-alcoholic Fatty Liver Disease NAFLD. Tingkat steatosis didasarkan pada proporsi jumlah hepatosit yang mengandung droplet lemak, yaitu 10 ringan, 10-30 sedang, dan 30 berat Tirosh, 2015. Steatosis yang terjadi karena terdapat beberapa droplet lemak kecil yang tidak menggantikan nukleus di dalam hepatosit dikenal dengan Microvesicular steatosis, hal ini muncul seperti pada keadaan perlemakan hati akut masa kehamilan dan toksisitas asam valproic, sedangkan yang terjadi karena terdapat satu droplet besar yang menggantikan nukleus di dalam hepatosit dikenal dengan Macrovesicular steatosis, hal ini dapat terjadi karena toksisitas etanol Burt, Portmann, dan Ferrel, 2012. Terdapat beragam faktor penyebab terjadinya steatosis, secara garis besar dibedakan atas faktor primer, yakni obesitas, hiperlipidemia, dan resistensi insulin, serta faktor sekunder yang meliputi diet yang tidak seimbang, malabsorbsi, kehamilan, alkohol, serta obat-obatan Panjaitan dkk., 2007. Karbon tetraklorida menyebabkan steatosis melalui penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserida dengan lipoprotein Lu dan Kacew, 2002. 2. Kolestasis Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang bersifat akut dan jarang ditemukan dibandingkan steatosis dan nekrosis, serta lebih sulit diinduksi pada hewan percobaan, kecuali mungkin dengan steroid Lu dan Kacew, 2002. Empedu merupakan jalur utama untuk eliminasi bilirubin, kelebihan kolesterol, dan xenobiotik yang kurang larut dalam air untuk dibuang melalui urin. Empedu diproduksi oleh hepatosit. Secara fisiologis, pada keadaan kolestasis hati menunjukkan adanya penurunan aliran empedu dan kegagalan untuk mengeluarkan konstituen anorganik dan organik empedu. Secara khusus, keadaan kolestasis timbul dari perubahan molekuler dan ultrastruktural yang mengganggu masuknya molekul organik kecil, garam inorganik, protein, dan air ke dalam ruang empedu. Hal ini menyebabkan terjadinya jaundice disertai dengan peningkatan kadar bilirubin, garam empedu, dan ALP Burt dkk., 2012. Secara morfologis kolestasis didefinisikan sebagai akumulasi pigmen empedu dalam kanlikuli dan hepatosit, pelebaran ruang kanalikular dengan pengurangan mikrovili, dan akumulasi tembaga. Kolestasis dapat disebabkan baik kegagalan untuk mengeluarkan empedu intrahepatik atau obstruksi mekanik kolestasis ekstrahepatik dari saluran-saluran empedu Watkins dan Klaassen, 1996.

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius (L) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 125

Pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari terhadap aktivitas serum alt dan ast tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2 3 183

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 139

Pengaruh pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan etanol dari ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 123

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 7 136

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 135

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 133

Efek hepatoprotektif jangka panjang fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas laktat dehidrogenase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 132

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka panjang.

0 1 109

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 106