sedangkan peningkatan 10 kali dari nilai normal menunjukkan adanya obstruksi biliaris Lawrence dan Amadeon, 1996. Aktivitas ALP yang meningkat 2 kali dari
nilai normal menunjukkan bahwa telah terjadi NAFLD Bayard, Holt, dan Boroughs, 2006.
F. Macaranga tanarius L.
1. Taksonomi
Kingdom :
Plantae Subkingdom :
Viridiplantae Infrakingdom
: Streptophyta Divisi
: Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Superordo : Rosanae
Ordo : Malpighiales
Famili :
Euphorbiaceae Genus
: Macaranga Thouars Spesies
: Macaranga tanarius L.
Integrated Taxonomic Information System, 2015.
2. Nama lain
a. Indonesia
: Tutup ancur, Hanuwa, Mara, Mapu b.
Malaysia : Kalo, Kundoh, Mahang puteh, Tampu
c. Filipina
: Kuyunon, Himindang, Binunga d.
Inggris : Hairy mahang
e. Thailand
: Hu chang lek, Mek, Pang, Lo khao Orwa, Mutua, Kindt, dan Jamnadass, 2009.
3. Morfologi
Macaranga tanarius L. merupakan tanaman dengan ukuran pohon kecil sampai sedang, tinggi pohon dapat mencapai 20-25 meter, memiliki dahan agak
besar. Daun berwarna hijau, berseling, agak membundar, dengan spatula besar yang luruh Gambar 6. Kulit tangkai daun jika dikupas atau dipotong dapat
mengeluarkan cairan berwarna coklat bening dan lekat. Perbungaan bermalai di
Gambar 6. Daun Macaranga tanarius L.
ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus dua dan terdapat kelenjar kekuningan di luarnya. Biji membulat dan menggelembur.
Jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit Wardiyono, 2015.
4. Kandungan
Pada penelitian Matsunami dkk. 2006 ditemukan kandungan megastigmane glucoside pada ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L.
yaitu macarangioside A, macarangioside B, macarangioside C, dan macarangioside D, serta senyawa lainnya yaitu mallophenol B, lauroside E,
methyl brevifolin carboxylate, hyperin, dan isoquercitrin Gambar 7.
Gambar 7. Struktur kandungan senyawa daun
Macaranga tanarius L. Matsunami dkk., 2006
Pada tahun 2009, Matsunami dkk. menemukan tiga kandungan glukosida baru yaitu +-Pionoresinol 4-0-[6”-0-gallolyl]-
β-D- glocopyranoside, Macarangioside E, dan Macaragioside F. Senyawa-senyawa
hasil kedua penelitian ini menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap 2,2-diphenyl-picrylhydrazyl DPPH.
Kawakami dkk. 2008, menemukan tujuh senyawa prenylflavonone pada fraksi etil asetat ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. yaitu
macaflavonone A-G, tanariflavone B, dan bersama dengan senyawa lainnya yaitu nymphaeol C, serta senyawa diterpen yaitu kolavenol. Kumazawa,
Murase, Momose, dan Fukomoto 2014 melaporkan bahwa terdapat kandungan prenyflavonoids pada daun Macaranga tanarius L. dan terbukti
memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap 2,2-diphenyl- picrylhydrazyl DPPH.
Gambar 8. Isolasi senyawa ellagitannins dari fraksi EtOAc daun Macaranga
tanarius L. : mallotinic acid 1 corilagin 2 macatannin A 3 chebulagic acid
4 dan macatannin B 5 Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010
Pada penelitian Gunawan-Puteri dan Kawabata 2010 ditemukan lima senyawa ellagitannins Gambar 8 pada fraksi etil asetat EtOAc ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L., yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulagic acid, dan macatannin B.
5. Khasiat dan kegunaan
Pengobatan tradisional Malaysia dan Thailand menggunakan dekok akar tanaman Macaranga tanarius L. sebagai obat antipiretik dan antitusif.
Akar kering Macaranga tanarius L. sebagai agen emetik, sedangkan daun segar Macaranga tanarius L. digunakan untuk menutupi luka untuk mencegah
peradangan. Di China tanaman Macaranga tanarius L. secara komersial ditanam dan dipanen untuk memproduksi minuman kesehatan, dan ekstraknya
ditambahkan ke dalam pasta gigi, serta daun kering dari Macaranga tanarius L. dimanfaatkan sebagai teh herbal. Tunas muda Macaranga tanarius L.
dijadikan sebagai sumber sayuran di Thailand, Filipina, Indonesia dan juga Afrika tengah Lim, Lim dan Yule, 2009.
6. Penyebaran
Macaranga tanarius L. merupakan tanaman pionir yang dapat tumbuh dengan sangat cepat. Tanaman ini secara umum sering tumbuh di hutan
sekunder, terutama untuk hutan-hutan logging serta semak-semak belukar dan kebun-kebun World Agroforestry Centre, 2002. Macaranga tanarius L.
berasal dari daerah tropis yaitu Afrika, Madagaskar, Australia, Pasifik, dan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina Lim dkk., 2009.
G. Metode Penyarian
Terdapat beberapa metode penyarian, yaitu maserasi, perkolasi, infudasi, ekstraksi berkesinambungan yang meliputi ekstraksi dengan soklet, large-scale
extraction, dan supercritical fluid extraction SFE Shah dan Seth, 2010. Maserasi merupakan metode penyarian yang sangat sederhana, prinsip metode maserasi
adalah perendaman sampel. Serbuk simplisia direndam dalam cairan penyari selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Cairan penyari
pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif yang terkandung di dalam sel akan terekstrak keluar
karena adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan luar sel. Peristiwa tersebut akan terus berlangsung hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara
larutan di dalam dan luar sel. Metode maserasi memiliki keuntungan dibanding dengan metode lain, keuntungan metode maserasi yaitu tidak memerlukan alat
khusus dan tidak memerlukan pemanasan Chasani, Fitriaji, dan Purwati,2013. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995. Ketika diinginkan
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak, maka dapat dilakukan fraksinasi. Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat atau kuantitas
tertentu dari campuran padat, cair, terlarut, suspensi, atau isotop dan dibagi dalam
beberapa jumlah kecil fraksi. Pemisahan yang dilakukan didasarkan pada kelarutan tiap fraksi Adijuwana dan Nur, 1989.
H. Landasan Teori
Hati merupakan organ viseral terbesar di dalam tubuh. Hati bertanggung jawab pada tiga kategori utama fungsi hati, yaitu regulasi metabolisme, regulasi
hematologi, dan produksi empedu Martini dan Nath, 2009. Hati dapat mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan
senyawa asing lain Sherwood, 2009. Kerusakan hati dapat terjadi karena beberapa hal, seperti kekurangan oksigen, infeksi, cedera imunologi, ketidakseimbangan
metabolisme, kelainan genetik, dan pemejanan bahan kimia serta obat baik sengaja maupun tidak sengaja yang disebut dengan hepatotoksisitas Longo dan fauci,
2010. Jenis kerusakan hati yang dapat terjadi yaitu perlemakan hati steatosis, kolestasis, nekrosis hati, fibrosis dan sirosis Burt dkk., 2012; Lu dan Kacew, 2002.
Karbon tetraklorida merupakan senyawa model yang sering digunakan sebagai penginduksi kerusakan sel hati tikus seperti steatosis di dalam suatu
penelitian. Ketika masuk ke dalam tubuh karbon tetraklorida akan dimetabolisme oleh sitokrom P4502E1 CYP2E1 menjadi radikal bebas triklorometil CCl
3
• dan triklorometil peroksi CCl
3
O
2
• yang dapat berikatan secara kovalen dengan lipid dan protein sehingga dapat menyebabkan terjadinya steatosis. Steatosis dapat
dievaluasi dengan menggunakan tes enzim hati, salah satunya adalah ALP. Terjadinya peningkatan aktivitas ALP menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan
atau kerusakan hati. ALP secara histokimia ditemukan dalam mikrovili kanalikuli
empedu dan pada permukaan sinusoidal hepatosit. Aktivitas ALP yang meningkat sebesar 2 kali dari nilai normal menunjukkan bahwa telah terjadi NAFLD WHO,
1999; Gaw dkk., 2013; Zimmerman, 1999; Thapa dan Walia, 2007; Bayard dkk., 2006.
Macaranga tanarius L. merupakan tanaman dengan ukuran pohon kecil sampai sedang dan memiliki daun berwarna hijau, berseling, agak membundar,
dengan spatula besar yang luruh Wardiyono, 2015. Pemberian ekstrak metanol- air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari memiliki efek
hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida Windrawati, 2013. Sehingga dari penelitian ini dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti FHEMM
jangka waktu 6 hari pada tikus galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Di dalam fraksi etil asetat ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
terdapat senyawa tanin Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010 dan flavonoid Kawakami dkk., 2008. Penelitian ini menggunakan fraksi heksan-etanol
didasarkan pada perhitungan nilai log P lima senyawa tanin yang berhasil diisolasi oleh Gunawan-Puteri dan Kawabata 2010. Dari kelima senyawa tersebut terdapat
tiga senyawa tanin yang memiliki nilai log P mendekati nilai log P heksan-etanol. Tanin merupakan salah satu senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal
bebas seperti radikal bebas triklorometil CCl
3
• dan triklorometil peroksi CCl
3
O
2
• yang dapat berikatan secara kovalen dengan lipid dan protein sehingga menyebabkan tejadinya steatosis. Apabila radikal bebas triklorometil CCl
3
• dan triklorometil peroksi CCl
3
O
2
• tidak dapat berikatan dengan lipid dan protein maka tidak terjadi steatosis, yang ditandai dengan kadar ALP yang menurun.
I. Hipotesis
Pemberian FHEMM jangka panjang 6 hari dapat menurunkan kadar ALP pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.