larutan karbon tetraklorida 50 secara intraperitoneal. Setelah 24 jam, dilakukan pencuplikan darah untuk diukur aktivitas ALP.
12. Pengukuran aktivitas ALT dan AST serum pada orientasi
Pengukuran aktivitas ALT dan AST serum pada orientasi dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
13. Pengukuran aktivitas ALP serum pada penelitian
Pengukuran aktivitas ALP serum pada penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil
1. Uji Pendahuluan
Data aktivitas serum ALT dan AST diuji dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data aktivitas serum ALT dan AST jam ke-0, 24, dan 48.
Jika didapatkan hasil data terdistribusi normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 untuk
mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD untuk melihat perbedaan masing-masing antar
kelompok bermakna signifikan p0,05 atau tidak bermakna tidak signifikan p0,05. Namun bila didapatkan distribusi tidak normal, maka
dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST antar kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji
Mann Whitney untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan tiap kelompok.
2. Perlakuan FHEMM
Data aktivitas serum ALT dan AST diuji dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok. Jika didapatkan hasil data
terdistribusi normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah One- Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui perbedaan
masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna signifikan
p0,05 atau tidak bermakna tidak signifikan p0,05. Namun bila didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal
Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALP antar kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kebermaknaan
perbedaan tiap kelompok. Persen efek penghambatan aktivitas serum ALP yaitu nilai kemampuan
FHEMM dalam mencegah peningkatan aktivitas serum ALP. Rumus yang digunakan untuk menghitung persen efek penghambatan aktivitas serum ALP
adalah sebagai berikut :
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji FHEMM sebagai agen hepatoprotektor pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dan
untuk mengetahui pengaruh pemberian FHEMM jangka panjang 6 hari terhadap kadar serum ALP pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida serta
mengetahui kekerabatan antara dosis FHEMM dengan penurunan aktivitas serum ALP. Efek dari FHEMM dapat dilihat dari daya hambatnya terhadap kenaikan
aktivitas serum ALP pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida. Aktivitas serum ALP digunakan sebagai tolak
ukur kuantitatif pada penelitian ini untuk melihat seberapa besar efek yang dihasilkan.
A. Penyiapan Bahan
1. Hasil determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
Tujuan dilakukan determinasi terhadap tanaman Macaranga tanarius L. pada penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa serbuk daun Macaranga
tanarius L. yang digunakan sebagai bahan uji benar berasal dari tanaman Macaranga tanarius L., sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan
bahan. Determinasi dilakukan di bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Determinasi dilakukan dengan
mencocokkan secara makroskopis bagian tanaman Macaranga tanarius L. yaitu daun, batang dan bunga. Determinasi dilakukan hingga ke tingkat spesies.