16 pelaku usaha lainnya, dan 7 Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal
pada level Manajer dan Supervisor.
2.2. Performance Kredit Usaha Rakyat KUR BRI
Pertumbuhan KUR yang hampir satu triliun per bulan sejak diluncurkan pada tahun 2007 merupakan prestasi yang luar biasa jika dibanding dengan jenis
kredit lain. Sejak diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, jumlah KUR telah mencapai 6,8 triliun dengan enam ratus tujuh puluh dua ribu debitur. Awal
diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafond
kredit sampai dengan Rp 500 juta. Namun pada tanggal 7 Mei 2008 diluncurkan kredit dengan plafond maksimal Rp 5 juta untuk nasabah mikro.
Tabel 10. Jumlah Debitur KUR Nasional per Mei 2008 dan Per 31 Juli 2009
Bank Total Debitur
Mei 2008 Juli 2009
BNI 7.413 8.630
BRI KUR Ritel 14.502
28.941 BRI KUR Mikro
610.581 2.000.073
Mandiri 33.232 37.364
BTN 470 1.615
Bukopin 1.686 2.862
BSM 4.400 4.265
Total 672.284
2.083.750 Sumber : Kantor Menteri Koordinator Perekonomian dalam Retnadi 2008 dan Kementerian
Kordinator bidang Kesejahteraan Rakyat 2009
Dapat dilihat dari Tabel 9 bahwa jumlah debitur per Mei 2008 dan Juli 2009 meningkat. Bahkan untuk BRI KUR Mikro peningkatan jumlah debitur
sangat besar. Meskipun jumlah debitur KUR mengalami kenaikan setiap tahunnya akan tetapi ditemukan kendala-kendala dalam penyaluran kredit. Retnadi 2008
menyatakan bahwa dari keadaan yang ditemukan dilapangan ditemukan kendala- kendala dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR. Beberapa kendala
penyaluran KUR antara lain: 1.
Belum adanya pemahaman yang seragam terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga mungkin saja masih
ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR,
beroperasinya para calo KUR Mikro dan sebaginya.
17 2.
Pemenuhan tenaga pemasaran KUR tidak bisa dilakukan seketika oleh perbankan namun harus dilakukan secara bertahap. Hal ini terjadi karena
pemberian KUR harus dilaksanakan sesuai prinsip kehati-hatian dalam perbankan sehingga diperlukan kompetensi tenaga kerja yang sesuai.
3. Adanya perubahan kondisi makro-ekonomi, misalnya: kenaikan inflasi,
kenaikan suku bunga yang menyebabkan permintaan kredit menurun. Retnadi 2008 menyatakan bahwa keadaan yang terjadi di lapangan
adalah calon nasabah KUR masih diminta agunan tambahan senilai 30 persen dari nilai kredit. Seperti yang kita ketahui, kesepakatan antara pemerintah dan pihak
bank bahwa nasabah KUR tidak perlu memenuhi persyaratan berupa adanya agunan karena risiko kegagalan pengembalian dijamin 70 persen oleh PT.
Asuransi Kredit Indonesia Askrindo dan PT. Sarana Pengembangan Usaha SPU.
Kejadian tersebut disebabkan adanya kepentingan yang berbeda antara pemerintah, perusahaan penjaminan kredit, perbankan, dan nasabah. Dari sisi
pemerintah, tentu saja penyaluran KUR sebanyak mungkin adalah indikator kunci keberhasilan pemerintah. Dari sisi perusahan penjaminan kredit, penyaluran KUR
yang maksimum akan dapat memberikan penerimaan premi penjaminan semakin besar, juga jumlah Non Performing Loan NPL yang kecil merupakan indikator
kesuksesan program penjaminan. Bagi perbankan, penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan bisnis yang menguntungkan. Sedangkan dari sisi
debitur, memperoleh kredit dengan mudah dan kalau perlu tanpa agunan adalah impian para UMKM.
Kejadian penyelewengan penyaluran KUR yang berupa debitur harus menyediakan agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit merupakan solusi untuk
menyatukan kepentingan para pihak. Hal tersebut disepakati karena pihak bank masih menanggung risiko 30 persen dari penyaluran KUR ketika terjadi kredit
macet. Oleh karena itu hal tersebut sesuai apabila pihak bank meminta agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit kepada calon nasabah KUR yang mendekati
Rp 500 juta. Sehingga dengan melakukan hal tersebut pihak perbankan masih dapat menyalurkan KUR. Kondisi seperti ini jauh lebih baik daripada pihak bank
tidak menyalurkan KUR terkait dengan kondisi dan keseriusan debitur.
18
2.3. Performance Kredit Umum Pedesaan Kupedes