hasil presentasi kelompok. Pada kegiatan akhir pun, siswa saling merebut kesempatan dalam melakukan kegiatan tanya jawab dengan guru. Sehingga,
persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 81,87. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus II
Indikator Siswa Aktif
Siswa Tidak Aktif Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase
1 37
92,50 3
7,50 2
35 87,50
5 12,50
3 31
77,50 9
22,50 4
34 85,00
6 15,00
5 34
85,00 6
15,00 6
31 77,50
9 22,50
7 38
95,00 2
5,00 8
36 90,00
4 10,00
9 31
77,50 9
22,50 10
34 85,00
6 15,00
11 32
80,00 8
20,00 12
29 72,50
11 27,50
13 27
67,50 13
32,50 14
37 92,50
3 7,50
15 39
97,50 1
2,50 16
38 95,00
2 5,00
17 31
77,50 9
22,50 18
34 85,00
6 15,00
19 39
97,50 1
2,50 20
31 77,50
9 22,50
Rata-rata 83,85
16,15
C. Pembahasan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran prasiklus dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak menungggu sajian guru
daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi
oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru merupakan figur sentral dan pengendali kegiatan belajar sehingga menyebabkan siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase keaktifan siswa berikut.
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus hanya sebesar 45,75 sedangkan siswa yang
belum aktif mencapai 54,25. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran prasiklus termasuk kedalam kategori
rendah, sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran siklus I. Selanjutnya, setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran pada siklus I terlihat bahwa
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai terlihat walaupun belum menyeluruh. Hal tersebut karena metode pembelajaran diskusi belum
pernah diterapkan sehingga masih terdapat siswa yang bingung saat mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi, untuk itu guru banyak memberikan
pengarahan kepada siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih lama. Guru pun terlihat sedikit bingung karena kondisi kelas pada saat itu terlihat
ramai. Namun, pada akhirnya guru dapat mengendalikan proses pembelajaran sehingga tidak mengganggu iklim belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut.
Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 71,00 sedangkan siswa yang belum
aktif hanya sebesar 29,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I termasuk ke dalam
kategori baik, sehingga perlu ditingkatkan lagi agar siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran mulai menyeluruh, dengan demikian diperlukan adanya
pelaksanaan pembelajaran siklus II sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran meningkat. Selanjutnya, berdasarkan observasi yang telah
dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah hampir menyeluruh. Hal tersebut
dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena guru membimbing siswa pada
kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik pula. Siswa tidak lagi canggung dalam melaksanakan pembentukan kelompok melainkan sangat antusias dalam
kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut membuat kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam
menjalani kegiatan pembelajaran sehingga siswa penuh semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram berikut.
Diagram 4.3 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 83,85,00 sehingga siswa yang
belum aktif hanya sebesar 16,15. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II termasuk ke dalam
kategori amat baik, sehingga tidak diperlukan kegiatan pembelajaran siklus selanjutnya karena kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan
indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dengan diterapkannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya,
berikut adalah diagram keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan pembelajaran pra siklus,
siklus I dan siklus II.
Diagram 4.4 Persentase peningkatan keaktifan siswa
Pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada
kegiatan pra siklus hanya sebesar 45,75 siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat
54,25 siswa yang belum aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa meningkat sebesar 25.25, sehingga
persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran
siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12.85, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
sebesar 83,85. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya mengharuskan