Selain lembaga sewa guna, ada pula pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran yang mengambil kredit kepada bank keliling dengan proporsi sebesar
29,41 persen. Masih adanya pengusaha usaha mikro yang memanfaatkan kredit dari bank keliling berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan dalam bab kerangka
berfikir bahwa adanya kendala yang dihadapi pengusaha usaha mikro dalam memenuhi prosedur peminjaman, seperti ketidaktersediaan jaminan. Selain itu
kecilnya nilai pinjaman dan kebutuhan pinjaman dalam waktu dekat sehingga pengusaha lebih memilih bank keliling karena salah satu kelebihan bank keliling
adalah pencairan dana yang cepat dengan prosedur yang sederhana. Dengan demikian keberadaan Lembaga Keuangan Bukan Bank disekitar usaha mikro
sangat dirasakan oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran.
6.3. Besar Kredit dan Frekuensi Pengambilan Kredit oleh Pengusaha
Mikro Setiap pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran telah memilih lembaga
keuangan sesuai dengan pilihannya. Pilihan lembaga keuangan yang berbeda-beda menunjukkan keterjangkauan pengusaha dalam mengambil kredit pada lembaga
tersebut sesuai dengan besaran kebutuhannya. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan besar kredit yang diperoleh oleh setiap pengusaha usaha mikro.
Keragaman besar kredit dijelaskan berdasarkan jenis sumber lembaga keuangan yang dipilih oleh pengusaha, yaitu lembaga keuangan milik pemerintah, lembaga
keuangan milik swasta, koperasi, lembaga sewa guna,bank keliling, dan keluarga.
Tabel 6.7 Rata-rata Besar Kredit yang diterima Pengusaha Mikro dari Berbagai Lembaga Keuangan rupiah
No Jenis Lembaga Keuangan
Rata-rata Besar Kredit
Kredit Paling Besar
Kredit Paling
Rendah Jumlah
Pengusaha
1 Bank LKB 40,295,652
23
a Lemabaga Milik Pemerintah
31,223,529 137,000,000
3,000,000 17
b Lembaga Milik Swasta 66,000,000
164,000,000 3,000,000
6
2 Bukan Bank LKBB 9,667,008
17
a Koperasi 17,233,333
32,000,000 700,000
3 b Lembaga Sewa Guna
Leasing 12,486,750
20,368,500 3,500,000
6 c Bank Keliling
2,444,000 4,320,000
500,000 5
d Keluarga 8,500,000
20,000,000 500,000
3 Jumlah Pengusaha orang
40
Dari hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 6.7 memperlihatkan perbedaan rata-rata besar kredit yang diambil oleh pengusaha usaha mikro pada
LKB dan LKBB. Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit pada LKB ternyata rata-rata besar kredit yang diperoleh pengusaha dari bank milik
pemerintah lebih kecil dari bank milik swasta. Hal ini ditunjukkan dengan rata- rata besar kredit yang diambil oleh pengusaha usaha mikro di bank milik
pemerintah sebesar Rp. 31.223.529, sedangkan pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit di bank swasta meperoleh rata-rata kredit sebesar Rp.
66.000.000. Hal ini menunjukkan adanya prinsip kehati-hatian oleh bank pemerintah dalam memberikan kredit walaupun kredit tersebut dikucurkan.
Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit pada LKBB juga mengambil kredit dengan besaran yang bervariasi. Pada LKBB terlihat pengusaha
memilih lembaga koperasi, bank keliling, dan keluarga dengan besaran kredit rata-rata paling rendah Rp. 500.000. hal ini menunjukkan bahwa pada saat
pengusaha membutuhkan pinjaman dalam jumlah yang lebih rendah, maka lembaga-lembaga ini dapat memberikan pinjaman dengan mudah. Selain itu,
lembaga tersebut juga lebih cepat untuk mencairkan dananya dan memberikan prosedur yang lebih mudah. Rata-rata besar kredit yang diambil oleh pengusaha
usaha mikro pada koperasi sebesar Rp.17.233.333, sedangkan pada sewa guna sebesar Rp. 12.486.750, pada bank keliling diperoleh rata-rata pinjaman sebesar
Rp. 2.444.000. dan pinjaman kepada keluarga rata-rata sebesar Rp. 8.500.000. Dalam penelitian ini frekuensi pengambilan kredit dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu kelompok pengusaha yang mengambil kredit kurang dari 2 kali dan mengambil kredit lebih dari 2 kali.
Tabel 6.8. Frekuensi Pengusaha Mikro di Desa Pabuaran Mengambil Kredit Banyak Mengambil Kredit
Jumlah unit
Persen a.
Kurang dari = 2 kali b.
Lebih dari 2 kali 26
14 65,0
35,0 Responden
40 100,0
Hasil penelitian pada Tabel 6.8 menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha mikro di Desa Pabuaran banyak yang mengambil kredit paling banyak
2 kali selama usaha mikro berjalan dengan proporsi sebesar 65 persen atau sebanyak 26 pengusaha. Sedangkan pengusaha mikro yang mengambil kredit
lebih dari 2 kali hanya sebesar 35 persen atau sebanyak 14 pengusaha. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha mikro di Desa Pabuaran cukup memanfaatkan
kredit yang di fasilitasi oleh lembaga-lembaga keuangan. Selain mengambil kredit dengan nilai yang berbeda-beda, pengusaha
mikro juga meminjam kredit pada waktu yang berbeda-beda. Rata-rata tahun
pengambilan kredit menginformasikan sejauh mana pengusaha mikro di Desa Pabuaran telah memanfaatkan fasilitas kredit
. Dalam mempermudah pengamatan
hasil, maka rata-rata tahun pinjam dikelompokkan menjadi 6 tahun terakhir, yaitu dibawah tahun 2007, tahun 2008, tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011, dan tahun
2012.
Tabel 6.9. Rata-rata Tahun Pinjam Kredit oleh Pengusaha Mikro unit
No Tahun Pinjam
Sektor Perdagangan S. Industri Pengolahan Jumlah
1 di bawah tahun 2007
11 39,29
6 50,00
17 42,50
2 tahun 2008
4 14,29
3 25,00
7 17,5
3 tahun 2009
14 50,00
5 41,67
19 47,5
4 tahun 2010
8 28,58
4 33,33
12 30,00
5 tahun 2011
7 25,00
6 50,00
13 33,50
6 tahun 2012
1 3,57
1 8,33
2 5,00
Responden 28
12 40
Keterangan: tanda kurung menunjukkan angka dalam persen
Pada Tabel 6.9, pengusaha mikro di Desa Pabuaran rata-rata banyak mengambil kredit pada tahun 2009 dengan proporsi sebesar 47,5 persen
dibandingkan dengan tahun lainnya. Namun, dengan proporsi yang hampir sama yaitu sebesar 42,5 persen pengusaha mikro juga banyak yang mengambil kredit
dibawah tahun 2007. Jika dilihat berdasarkan sektornya, pengusaha usaha mikro disektor perdagangan rata-rata memgambil kredit pada tahu 2009 dengan proporsi
sebesar 50 persen, Sedangkan usaha mikro disektor industri pengolahan rata-rata mengambil kredit pada tahan 2011 dan dibawah tahun 2007 dengan proporsi sama
yaitu sebesar 50 persen. Dengan demikian, pengusaha mikro di Desa Pabuaran
lebih banyak mengakses kredit di tahun 2009 karena pada tahun tersebut beberapa dari pengusaha mikro yang sebelumnya bekerja sebagai buruh pabrik mengalami
pemutusan kerja akibat beberapa pabrik mengalami gulung tikar.
6.4. Persyaratan Kredit yang Dipenuhi Pengusaha Mikro