Profil Sosial Ekonomi Usaha Mikro

pendapatan perkapita rumah tangga pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran baik yang mengambil kredit maupun yang tidak mengambil kredit. Kondisi tempat tinggal pengusaha usaha mikro dilihat dari status kepemilikan rumah, rata-rata luas rumah, dan kondisi bangunan rumah. Pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran memiliki perbedaan kondisi tempat tinggal antara pengusaha yang mengambil kredit dengan pengusaha yang tidak mengambil kredit. Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit memiliki kondisi tempat tingga yang lebih baik, yaitu 73,33 persen pengusaha tela memiliki rumah sendiri dengan rata-rata luas rumah sebesar 175 m2 dan memiliki kondisi bangunan yang permanen. Sedangkan pengusaha usaha mikro yang tidak mengambil kredit memiliki kondisi tempat tinggal dengan status rumah mayoritas masih sewakontrak sebesar 50,72 persen dengan rata-rata luas rumah 98 m2 dan kondisi bangunan permanen. Kondisi ini mnunjukkan bahwa pengusaha usaha mikro yang memiliki kondisi rumah tangga yang lebih baik memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh kemudahan meminjam kredit.

5.3. Profil Sosial Ekonomi Usaha Mikro

5.3.1. Kondisi Sosial Usaha Mikro

Kondisi sosial usaha mikro di Desa Pabuaran dipelajari dengan melihat karakteristik usaha melalui jenis komoditi usaha, jumlah tenaga kerja, dan rata lama usaha mikro berjalan. Komoditi usaha merupakan jenis produk yang dihasilkan dan diproduksi pengusaha untuk memenuhi keperluan konsumen. Komoditi usaha dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu komoditi berupa makanan dan minuman; dan komoditi berupa non-makanan dan minuman. Pada Tabel 5.4 menunjukkan pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran rata-rata mengusahakan jenis komoditi berupa makanan dan minuman dengan proporsi sebesar 71,72 persen atau sebanyak 71 orang. Hal ini juga ditunjukkan pada pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit yang mayoritas menjual komoditi makanan dan minuman dengan proporsi sebesar 76,67 persen atau sebanyak 23 orang. Begitu pula dengan pengusaha usaha mikro yang menjual komoditi makanan dan minuman dengan proporsi sebesar 69,57 persen atau sebanyak 48 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa komoditi makanan dan minuman lebih mudah dilakukan oleh pengusaha mikro dengan modal yang tersedia, selain itu memiliki konsumen lebih banyak sehingga pergerakan pendapatan usaha lebih cepat. Banyaknya pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran yang memilih komoditi makanan dan minuman, namun menjual dengan jenis produk yang berbeda-beda. Komoditi makanan dan minuman dikelompokkan menjadi usaha sembako, aneka olahan mie, warung nasi, aneka buah dan sayuran, aneka kue basah, bubur kacang ijo, jajanan pinggir jalan, aneka es dan jamu. Hasil pengamatan pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa banyaknya komoditi makanan dan minuman yang diminati oleh beberapa pengusaha mikro ternyata 33,80 persen atau sebanyak 24 unit usaha lebih banyak membuka usaha sembako, sedangkan usaha dengan komoditi lainnya tidak terlalu menonjol di lingkungan Desa Pabuaran. Tabel 5.3. Jenis Komoditi Usaha Mikro di Desa Pabuaran No Jenis Komoditi Jumlah Komoditi Total Komoditi Unit Persen Unit Persen 1 Makanan dan Minuman 71 71.72 a. Sembako 24 33.80 b. Warung Nasi 9 12.68 c. Aneka Buah dan Sayuran 3 4.23 d. Aneka Kue Basah 3 4.23 e. Bubur Kacang ijo 3 4.23 f. Jajanan Pinggir Jalan 10 14.08 g. Aneka Es 10 14.08 h. Jamu-jamu 4 5.63 i. Aneka Olahan Mie 5 7.04 2 Non-Makanan dan Minuman 28 28.28 a. Aksesoris 11 39.29 b. Kelontongan 2 7.14 c. Fashion 5 17.86 d. Kosmetik 3 10.71 e. Mainan 3 10.71 f. Alat Tulis 1 3.57 g. Kaset DVD 2 7.14 h. Toko Plastik 1 3.57 Jumlah Pengusaha 99 100.00 Hal ini disebabkan usaha sembako yang di bangun dapat dilakukan di rumah sehingga mengurangi biaya sewa tempat dan resiko kerugian lebih kecil. Komoditi non-makanan dan minuman meliputi komoditi aksesoris, kelontongan, fashion, kosmetik, mainan, alat tulis kantor, kaset DVD, dan plastik. Usaha mikro yang menjual aksesoris dan fashion lebih banyak dilakukan oleh pengusaha dibandingakan usaha dengan komoditi lainnya dengan proporsi sebesar 39,29 persen dan pengusaha yang menjual fashion sebanyak 17,86 persen. Tabel 5.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Usaha Mikro di Desa Pabuaran Berdasarkan Pemanfaatan Kredit No Karakteristik Satuan Mengambil Kredit Tidak Mengambil Kredit Rata-rata Pengusaha 1 Jenis Komoditi Usaha a Makanan dan Minuman Orang persen 23 76,67 48 69,57 71 71,72 b Non Makanan dan Minuman 7 23,33 21 30,43 28 28,28 2 Jumlah Tenaga Kerja a Tenaga Kerja Keluarga Orang persen 30 100,00 69 100,00 99 100,00 b Tenaga Kerja Luar Keluarga 3 10,00 5 7,25 8 8,08 3 Rata-rata Lama Usaha Berjalan tahun 8 5 7 4 Sumber Modal Usaha a Modal Sendiri orang persen 0,00 69 100,00 69 69,70 b Modal Campuran 30 100,00 0,00 30 30,30 5 Rata-rata Omset Usaha Saat ini a ≤ Rp.100 juta rupiah tahun 10 33,33 40 57,97 50 50,57 b Rp.100-≤ Rp.200 juta 17 56,67 23 33,33 40 40,40 c Rp.200- ≤ Rp.300 juta d Rata-rata 3 10,00 119.284.607 6 8,70 99.993.969 9 9,09 105.839.617 6 Rata-rata Asset Usaha Saat ini rupiah 4.060.550 3.595.116 3.736.157 7 Cara Berusaha a Di Rumah b Pasarrukopusat perbelanjaan c Kaki lima d Berkeliling orang persen 17 56,67 7 23,33 2 6,67 4 13,33 36 52,17 13 18,84 10 14,49 10 14,49 53 53,54 20 20,20 12 12,12 14 14,14 8 Tipe Bangunan Usaha a Permanen orang persen 21 70,00 45 65,22 66 66,67 b Semi Permanen 2 6,67 4 5,80 6 6,06 c Tidak Permanen 7 23,33 20 28,99 27 27,27 9 Rata-rata Luas Lahan Usaha m 2 11 10 10 Responden orang 30 69 99 Keterangan: tanda kurung menunjukkan angka dalam persen Tenaga kerja yang digolongkan kedalam dua golongan, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja keluarga merupakan seseorang yang membantu dalam berjalannya suatu usaha dimana tenaga kerja tersebut masih memiliki ikatan keluarga dengan pengusaha, termasuk pengusaha itu sendiri. Sedangkan tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan pengusaha. Pada Tabel 5.4 menunjukkan semua usaha mikro di Desa Pabuaran baik yang mengambil kredit maupun yang tidak mengambil kredit rata-rata menjalankan usahanya sendiri, walaupun ada 8,08 persen atau sebanyak 8 pengusaha secara keseluruhan yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini menunjukkan pengambilan kredit yang dilakukan oleh pengusaha usaha mikro kurang berpengaruh pada penambahan jumlah tenaga kerja luar keluarga karena selain usaha mikro adalah usaha yang menggunakan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat kecil, namun ada kemungkinan pengusaha memperoleh kredit bukan semata-mata untuk menambah jumlah tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata lama usaha mikro merupakan lama usaha yang dijalankan dari setia pengusaha mikro. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan usaha mikro di Desa Pabuaran rata-rata telah menjalani usaha tersebut selama 7 tahun. Akan tetapi terdapat perbedaar rata lama usaha mikro yang mengambil kredit dan usaha mikro yang tidak mengambil kredit. Usaha mikro yang mengambil kredit menjalani usaha tersebut lebih lama dibandingkan dengan usaha mikro yang tidak mengambil kredit, yaitu rata-rata berjalan selama 8 tahun. Sedangkan usaha mikro yang tidak mengambil kredit rata-rata berjalan selama 5 tahun. Hal ini menunjukkan ada korelasi yang positif pada pengambilan kredit dengan rata-rata lama usaha, dimana semakin lama usaha berjalan maka berengaruh pada besarnya pengambilan kredit.

5.3.2. Kondisi Ekonomi Usaha Mikro

Kondisi ekonomi usaha mikro di Desa Pabuaran di lihat dari karakteristik sumber modal usaha, rata-rata omset usaha saat ini, rata-rata asset usaha saat ini, dan keadaan tempat usaha. Sumber modal usaha dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sumber modal sendiri dan campuran. Sumber modal sendiri adalah biaya usaha yang diperoleh dari diri sendiri termasuk dari keluarga. Sedangkan modal campuran merupakan sumber biaya usaha yang diperoleh tidak sepenuhnya dari diri sendiri melainkan diperoleh dari lembaga perkreditan. Pada Tabel 5.4 terlihat bahwa pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran yang mengambil kredit memperoleh modal usaha dari campuran dengan proporsi sebesar 30,30 persen. Sedangkan pengusaha usaha mikro yang tidak mengambil kredit karena mereka menggunakan modal usaha sendiri, dengan proporsi pengusaha sebesar 69,70 persen. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang menjelaskan bahwa usaha mikro merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan juga memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta. Pada Tabel 5.4 menunjukkan rata-rata besar omset usaha dan asset usaha mikro saat ini ternyata memiliki besaran yang lebih kecil dari ketetapan Undang Undang tersebut yaitu Rp. 100 juta per tahun dengan proporsi sebesar 50,57 persen baik pengusaha yang mengambil kredit dan pengusaha yang tidak mengambil kredit. Akan tetapi, pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit memiliki rata-rata omset usaha yang lebih besar yaitu sebesar Rp. 119.284.607 per tahun, sedangkan pengusaha usaha mikro yang tidak mengambil kredit memiliki rata-rata omset usaha saat ini yang lebih kecil, yaitu sebesar Rp. 99.993.969 per tahun. Kondisi nilai asset usaha mikro juga mengalami kondisi yang sama dengan rata-rata besar omset usaha mikro di Desa Pabuaran, Kabupaten Bogor. Pada Tabel 5.4, rata-rata nilai asset usaha mikro di Desa Pabuaran relatif sangat kecil sekali, yaitu sebesar Rp. 3.736.157. Rata-rata nilai asset usaha mikro yang relatif kecil juga ditunjukkan pada usaha mikro yang mengambil kredit dan usaha mikro yang tidak mengambil kredit, akan tetapi secara garis besar asset usaha mikro yang mengambil kredit masih lebih besar dibandingkan usaha mikro yang tidak mengambil kredit. Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit memiliki rata-rata nilai asset usaha saat ini sebesar Rp. 4.060.550, sedangkan pengusaha usaha mikro yang tidak mengambil kredit memiliki rata-rata nilai asset usaha sebesar Rp. 3.595.116. Kondisi ini disebabkan karena kebutuhan akan asset usaha bagi usaha mikro di Desa Pabuaran belum begitu diperlukan karena ukuran usaha yang masih relatif kecil sehingga asset usaha yang digunakan juga sangat sedikit. Akan tetapi kredit juga memberikan manfaat bagi pengusaha mikro, salah satunya dapat menambah asset usaha. Kondisi tempat usaha mikro di Desa Pabuaran dilihat dari karakteristik usaha mikro berdasarkan cara berusaha, tipe bangunan dan luas bangunan usaha. Cara berusaha dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu usaha dilakukan di rumah, di pasarrukodekat pusat perbelanjaan, kaki lima, dan berkeliling. Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 5.4 memperlihatkan adanya persamaan cara berusaha pengusaha mikro yang mengambil kredit dengan yang tidak mengambil kredit. Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit kebanyakan melakukan usaha di rumah dengan proporsi sebesar 56,67 persen atau sebanyak 17 orang dengan kondisi bangunan permanen dan memiliki rata-rata luas bangunan usahasebesar 11 m 2 . Sementara itu, pengusaha usaha mikro yang tidak mengambil kredit juga banyak yang melakukan usaha di rumah dengan proporsi sebesar 52,17 persen atau sebanyak 36 orang dan luas bangunan usaha rata-rata 10 m2.

BAB VI PEMANFAATAN KREDIT OLEH USAHA MIKRO