Faktor Internal berasal dari Internal UMKM Faktor Eksternal

2.1.2. Potensi dan Permasalan Usaha Mikro

2.1.2.1. Potensi Usaha Mikro

Terdapat tiga alasan mengapa UMKM penting, yaitu pertama, karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif; kedua, UMKM sering mencapai peningkatan produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi; ketiga, UMKM sering diyakini memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan usaha besar Kementrian Koperasi dan UKM, 2008. Peran usaha mikro dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penyediaan kesempatan kerja; pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat; penciptaan pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitas atas keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan; dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non-migas Sakur, 2011.

2.1.2.2. Permasalahan Usaha Mikro

Permasalahan usaha mikro dapat dilihat dua aspek, yaitu persoalan internal yang berasal dari internal UMKM maupun persoalan eksternal yang berasal dari luar UMKM Sakur, 2011.

a. Faktor Internal berasal dari Internal UMKM

1. Kurangnya permodalan usaha yaitu pada umumnya usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal usaha dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal usaha dari pihak lain bank atau lembaga keuangan lainnya sulit untuk diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank sulit untuk dipenuhi UMKM. 2. Sumber Daya Manusia SDM yang terbatas yaitu baik keterbatasan dari pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan yang sangat berpengaruh pada kemampuan UMKM untuk mengembangkan usahanya. 3. Lemahnya jaringan dan kemampuan penetrasi pasar lemah karena sebagian besar UMKM merupakan unit usaha keluarga sehingga jaringan usaha sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar rendah oleh karena itu kualitas kurang kompetitif.

b. Faktor Eksternal

1. Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif, hal ini bisa dilihat adanya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. 2. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. 3. Dampak otonomi daerah akan banyak mempengaruhi para pelaku bisnis kecil dan menengah, jika kebijakan ini tidak dibuat maka akan menurunkan daya saing UMKM. 4. Terbatasnya akses pasar, UMKM menghadapi tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk serupa buatan industri besar dan impor, maupun di pasar ekspor. 5. Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di Indonesia yang akan menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. 6. Keterbatasan finansial mobilisasi modal awal star-up capital dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu berbelit-belit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur. UMKM, khususnya usaha mikro menjadi salah satu bentuk usaha yang memiliki peranan penting dalam mendukung peningkatan pendapatan rumah tangga dan penyerapan tenaga kerja. Dengan besarnya manfaat keberadaan UMKM untuk perekonomian Indonesia, maka perlu adanya perhatian mengenai permasalahan-permasalahan yang sampai saat ini banyak dihadapi oleh segelintir pengusaha agar UMKM menjadi lebih baik dan dapat mencapai sasaran untuk kesejahteraan masyarakat. Masalah utama yang banyak dihadapi oleh para pengusaha mikro ialah masalah keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga permasalah ini perlu diupayakan sebagai langkah awal dalam mengembangkan usaha mikro.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Mikro

Perkembangan usaha dapat dilakukan selain dengan adanya dukungan dari program pemerintah seperti adanya pemberian pinjaman atau kredit, namun dalam mengembangkan usaha perlu memperhatikan pula beberapa faktor lainnya yang ikut mempengaruhi pertumbuhan usaha. Alimudin 2010 menyebutkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha dari beberapa peneliti seperti Davidson et,al, Shanmugam and Bhaduri 2002 mengatakan pertumbuhan usaha dapat dilihat berdasarkan empat kondisi, yaitu pertumbuhan produksi, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pendapatan, dan pertumbuhan laba. Keempat kondisi memiliki peranan yang sama dalam melihat suatu pertumbuhan usaha yang dilakukan, namun ada kondisi yang berperan paling penting dalam melihat pertumbuhan usaha yaitu pertumbuhan keuntungan. Farris et,al 2006 menyebutkan bahwa tujuan dari setiap bisnis adalah menciptakan pelanggan, namun hal ini sebenarnya belum lengkap karena untuk bisa sukses dan bertahan, bisnis harus mampu mendapatkan margin keuntungan. Selain itu Doyle dalam Ujang 2011 juga mengungkapakan konsep value-based marketing bahwa tujuan keberadaan marketing dalam perusahaan adalah berkontribusi dalam memaksimalkan nilai pemegang saham atau shareholder dan evaluasi strategi marketing harus berdasar pada seberapa besar nilai yang diciptakan untuk investasi yang telah dilakukan oleh pemegang saham. Suatu strategi dianggap baik, jika nilai akan mampu meningkatkan nilai suatu bisnis, khususnya dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Suatu usaha dapat berkembang atau menurun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat dilihat melalui faktor internal dan faktor eksternal Alimudin, 2010. Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, yaitu a Kemampuan manajerial; b Pengalaman pemilik atau pengelola; c Kemampuan untuk akses pasar input dan output; d teknologi produksi dan sumber-sumber permodalan; e Besar kecilnya modal yang dimiliki; f Besar unit usaha firm size ISBRC – Pupuk, 2003; g Lamanya usaha age; h dan Legalitas dari unit usaha legal form. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha, yaitu a Dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintahswasta; b Kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar domestik maupun dunia dan; c Kemajuan teknologi dalam produksi Tambunan, 1999 dalam Alimudin 2010. Menurut Arasy 2010, Shanmugam dan Bhaduri 2002 menemukan bahwa pertumbuhan usaha juga dipengaruhi secara signifikan oleh a Umur unit usaha age dimana unit usaha yang baru berdiri maka lambat pertumbuhan usahanya; b Ukuran perusahaan firm size dimana semakin besar ukuran unit usaha maka akan lambat pertumbuhan usahanya; dan c Komoditi usaha dimana industri makanan cenderung lebih besar perkembangan usahanya dibandingkan dengan industri bukan barang logam. Selain itu, Becchetti dan Trovato 2002 juga menemukan bahwa ukuran unit usaha size dan umur perusahaan age juga berpengaruh secara signifikan, tetapi dalam penelitiannya juga terdapat faktor lainnya yang berpengaruh, yaitu a Kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor; b Pengambilan kredit perbankan yang dilakukan secara rasional berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha IKM. Sedangkan Glancey 1998 menunjukkan bahwa pertumbuhan usaha industri kecil dipengaruhi secara signifikan oleh variabel ukuran usaha size dan umur perusahaan age. Namun, dalam temuan tersebut juga menemukan bahwa lokasi dari unit usaha industri juga berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha.

2.2. Konsep dan Prosedur Penyaluran Kredit