kekhawatiran atau perasaan pesimis tidak mampu mengembalikan kredit. Proporsi pengusaha yang beralasan karena hal tersebut sebesar 59,42 persen, dimana
besarnya alasan proporsi tersebut lebih banyak disebabkan karena adanya perasaan takut ketergantungan tidak bisa membayar cicilan. Selain itu, alasan lain
yang banyak diungkakan oleh sebagian besar pengusaha adalah karena pengusaha merasa belum membutuhkan, sebab modal usaha yang dibutuhkan masih kecil.
Proporsi pengusaha yang beralasan belum membutuhkan sebesar 28,99 persen dimana 20,29 persennya beralasan modal usaha yang dibutuhkan masih kecil.
Sedangkan permasalahn dari sisi prosedur peminjaman, seperti prosedur yang berbelit-belit, suku bunga yang tinggi, dan kepemilikan jaminan tidak terlalu
menjadi alasan dari sebagian besar pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran untuk tidak memanfaatkan kredit.
6.2. Sumber Lembaga Perkreditan yang di Manfaatkan oleh Pengusaha
Usaha Mikro
Pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit memilih lembaga keuangan yang sesuai dengan kapasitas atau kemampuan pengusaha dalam
mengembalikan pinjaman serta kemudahan dalam pencairan dana. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank LKB dan lembaga keuangan
bukan bank LKBB. LKB adalah badan usaha yang bergerak di bidang keuangan yang menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada nasabah yang
memerlukan.
Tabel 6.3. Proporsi Lembaga Keuangan yang di Manfaatkan oleh Pengusaha Usaha Mikro Desa Pabuaran Berdasarkan Sektor Usaha
No Jenis Bank
Sektor Perdagangan
Sektor Industri Pengolahan
Jumlah Pengusaha orang persen orang persen
orang persen
1 Lembaga Keuangan Bank
17 73,91
6 26,09
23 57,50
2 Lembaga Keuangan Bukan
Bank 11
64,71 6
35,29 17
42,50 Jumlah Pengusaha
28 70,00
12 30,00
40 100,00
Hasil pengamatan pada Tabel 6.3 menunjukkan bahwa, dari seluruh pengusaha
usaha mikro di Desa Pabuaran yang mengambil kredit ternyata banyak yang memanfaatkan kredit pada Lembaga Keuangan Bank yaitu sebesar 57,50 persen
atau sebanyak 23 orang, dimana proporsi pengusaha usaha mikro di sektor perdagangan sebesar 73,91 persen atau sebanyak 17 orang dan pengusaha usaha
mikro di sektor industri pengolahan sebesar 26,09 persen atau sebanyak 6 orang. Sementara itu, pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit pada Lembaga
Keuangan Bukan Bank sebesar 42,50 persen atau sebanyak 17 orang, dimana 64,71 persen atau sebanyak 11 orang adalah pengusaha mikro disektor
perdagangan dan 35,29 persen atau sebanyak 6 orang di sektor industri pengolahan. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan lembaga keuangan bank
di Desa Pabuaran cukup banyak dipilih oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran sebagai sarana dalam memperoleh pinjaman kredit walaupun masih ada sebagian
pengusaha yang memilih lembaga keuangan bukan bank. Berdasarkan kepemilikannya, Lembaga Keuangan Bank dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu bank milik pemerintah, milik swasta, milik koperasi, milik campuran, dan bank milik asing. Bank milik pemerintah adalah bank yang
akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, contohnya bank BNI 1946, BRI, BTN, Mandiri, Bank Pemerintah
Daerah BPD seperti BPD DKI Jakarta.
Tabel 6.4. Jenis Lembaga Keuangan Bank Milik Pemerintah yang di Manfaatkan oleh Pengusaha Mikro di Desa Pabuaran orang
Lembaga Milik Pemerintah Jumlah
Persen 1.
Bank BNI 1
5.88 2.
Bank BRI 12
70.59 3.
Bank BRI Syariah 2
11.76 4.
Bank BTN 1
5.88 5.
Bank Mandiri 1
5.88 Jumlah Pengusaha
17 100.00
Pada Tabel 6.4 menunjukkan jenis LKB milik pemerintah yang di manfaatkan oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran. Dalam tabel tersebut
terdapat 5 jenis bank yang di manfaatkan oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran, yaitu bank BNI, bank BRI, bank BRI Syariah, bank BTN, dan bank Mandiri. Dari
jenis-jenis bank tersebut, ternyata pengusaha mikro di Desa Pabuaran banyak memilih bank BRI dengan proporsi sebesar 70,59 persen atau sebanyak 12
pengusaha. Ha ini memang dapat dikatakan wajar karena dalam kenyataannya keberadaan bank BRI hingga saat ini sudah sangat menjangkau masyarakat
dikalangan menengah kebawah. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya cabang-cabang bank BRI yang telah masuk ke pasar-pasar tradisional. Dengan
demikian LKB milik pemerintah yang banyak di akses oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran salah satunya ialah bank BRI.
Selain LKB milik pemerintah, pengusaha mikro juga memanfaatkan LKB milik swasta untuk memperoleh kredit. LKB milik swasta adalah bank yang
seluruh atau sebagian besar saham milik swasta nasional, contohnya bank Bumiputera, BCA, Danamon, BII, Mega, Lippo, Muamalat, Niaga, dan Permata.
Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 6.5, terdapat beberapa jenis bank swasta yang di manfaatkan oleh pengusaha mikro di Desa
Pabuaran, yaitu bank BCA, bank Danamon, bank Muamalat, bank Permata, dan bank HSBC.
Tabel 6.5. Jenis Lembaga Keuangan Bank Milik Swasta yang di Manfaatkan oleh Pengusaha Mikro di Desa Pabuaran orang
Lembaga Milik Swasta Jumlah
Persen 1.
Bank BCA 2
33.33 2.
Bank Danamon 1
16.67 3.
Bank Muamalat 1
16.67 4.
Bank Permata 1
16.67 5.
Bank HSBC 1
16.67 Jumlah Pengusaha
6 100.00
Melalui berbagai jenis bank swasta yang dipilih oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran, ternyata bank BCA lebih banyak dipilih dengan proporsi sebesar
33,33 persen atau sebanyak 2 pengusaha. Sedangkan pengusaha yang memilih bank lainnya, masing-masing hanya sebesar 16,67 persen. Dari jumlah pengusaha
mikro di Desa Pabuaran yang memanfaatkan lembaga swasta menunjukkan keberadaan lembaga keuangan milik swasta masih kurang diminati oleh sebagian
pengusaha mikro di Desa Pabauran sebagai tempat untuk mengambil pinjaman. Dengan demikian pengusaha mikro di Desa Pabuaran masih kurang berminat
untuk meminjam kredit ke lembaga keuangan bank milik swasta.
Lembaga yang dipilih oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran tidak hanya memilih lembaga keuangan bank dalam memanfaatkan kredit, tetapi lembaga
keuangan bukan bank juga punya peranan penting dalam menyediakan pinjaman bagi pengusaha mikro. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
untuk kegiatan produktif. Berbagai macam jenis lembaga keuangan bukan bank yang dipilih oleh usaha mikro, salah satunya koperasi Simpan Pinjam, pegadaian,
dan perusahaan sewa guna.
Tabel 6.6. Jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank yang di Manfaatkan oleh Pengusaha Mikro di Desa Pabuaran orang
Lembaga milik Informal Jumlah
Persen A.
Koperasi 3
17,65 B.
Lembaga Sewa Guna Leasing 6
35,29 1.
Otto Finance 3
17,65 2.
Murni Finance 1
5,88 3.
FIF 1
5,88 4.
BAF 1
5,88 C.
Bank Keliling 5
29,41 D.
Keluarga 3
17,65 Jumlah Pengusaha
17 100.00
Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 6.6 memperlihatkan bahwa 35,29 persen pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran memilih lembaga sewa
guna untuk memperoleh pinjaman. Lembaga sewa guna yang banyak dimanfaatkan adalah Otto Finance dengan proporsi sebesar 17,65 persen.
Sebagian besar pengusaha yang mengambil kredit pada lembaga sewa guna, kebanyakan dalam bentuk kredit barang, khususnya motor dan perabotan rumah.
Selain lembaga sewa guna, ada pula pengusaha usaha mikro di Desa Pabuaran yang mengambil kredit kepada bank keliling dengan proporsi sebesar
29,41 persen. Masih adanya pengusaha usaha mikro yang memanfaatkan kredit dari bank keliling berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan dalam bab kerangka
berfikir bahwa adanya kendala yang dihadapi pengusaha usaha mikro dalam memenuhi prosedur peminjaman, seperti ketidaktersediaan jaminan. Selain itu
kecilnya nilai pinjaman dan kebutuhan pinjaman dalam waktu dekat sehingga pengusaha lebih memilih bank keliling karena salah satu kelebihan bank keliling
adalah pencairan dana yang cepat dengan prosedur yang sederhana. Dengan demikian keberadaan Lembaga Keuangan Bukan Bank disekitar usaha mikro
sangat dirasakan oleh pengusaha mikro di Desa Pabuaran.
6.3. Besar Kredit dan Frekuensi Pengambilan Kredit oleh Pengusaha