commit to user 27
Proses pembelajaran seperti itu dikenal dengan proses belajar melalui tahap- tahap asimilasi dan akomodasi, dengan proses seperti itu pemahaman akan
terjadi secara mengakar dan para peserta didik akan belajar untuk menghargai dan mencintai matematika karena pada diri mereka akan tumbuh keyakinan
tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan matematika manakala diperlukan.
3. Model Pembelajaran
Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran
adalah upaya pengetahuan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan
pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau
mendesainnya. Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses
pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Joyce,
dan Weil 1992:10 model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan
potensi dirinya sebagai pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menguasai materi materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus
memperoleh peningkatan kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas di masa
commit to user 28
depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey 1990:1 menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam
mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai isi pelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran yaitu : 1
kegiatan pra instruksional, 2 penyajian informasi, 3 mendorong partisipasi peserta didik, 4 menyelenggarakan tes, dan 5 tindak lanjut. Agar sedikit
berbeda, Nana Sudjana 1996:53 mendefinisikan pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan rencana pembelajaran. Dalam melaksanakan
rencana pembelajaran guru mengoptimalkan pengkombinasian beberapa variabel pengajaran tujuan,bahan, model dan alat, serta evaluasi agar dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran adalah taktik atau strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas. Model tersebut hendaknya mencerminkan
langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung pengertian bahwa setiap komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama
lain sehingga terorganisasi secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sistematik mengandung pengertian, bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada
waktu pembelajaran berurutan secara rapi dan logis sehingga mendukung tercapainya tujuan. Menurut Borich dan Houston dalam Toeti Soekamto dan
commit to user 29
Udin Saripudin Winataputra 1997:151 istilah model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang
sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan skema pengorganisasian utama
dalam pengajaran di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut Atwi Suparman 1996:157, model pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian berbagai unsur yang meliputi : materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang harus dimiliki
seorang guru adalah dapat memilih berbagai model pembelajaran dan menggunakan model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan
dan materi tersebut. Model pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan peserta didik dalam proses belajar dan kegiatan guru yang mengelola
pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Garlach dan Ely seperti dikutip Sri
Anitah dan Noorhadi 1989:1 yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran meliputi : sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
peserta didik. Model yang dipilih guru dalam proses pembelajaran harus
commit to user 30
dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Gagne 2000:114-115 peristiwa pembelajaran mencakup sembilan tahapan, yaitu : 1 Membangkitkan perhatian; 2 Menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik; 3 Membangkitkan ingatan dari pemahaman awal hasil belajar terdahulu; 4 Menyajikan rangsangan; 5
Menyediakan arahan belajar; 6 Memancing tampilan peserta didik; 7 Memberikan balikan; 8 Menilai hasil belajar peserta didik; 9
Meningkatkan perolehan hasil belajar retensi dan transfer. Sembilan tahapan peristiwa belajar tersebut dapat menunjangmendukung proses internal dari
belajar proses internal sendiri tidak dapat diamati; keberadaan setiap tahapan peristiwa belajar tersebut menambah kemungkinan keberhasilan
capaian belajar. Pertimbangan tentang memudahkan peserta didik dalam belajar
haruslah diperhatikan oleh guru dalam mengambil keputusan mengenai model tertentu yang hendak dipakai. Tidak ada model pembelajaran yang
paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah
perlunya guru mampu memilih model dengan tepat disesuaikan dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta
didik dan alat pelajaran yang tersedia. Untuk menentukan atau memilih model, hendaknya berangkat dari
perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan,
commit to user 31
kemudian model pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisiensi dan
keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik; dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
dituntut tingkat keterlibatan yang optimal. Jocye dan Weil 1992:16-18 mengemukakan bahwa tiap model
pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama
guru dengan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah
pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimiliki guru banyak dipengaruhi oleh
situasi, kondisi, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai. Penerapan model pembelajaran didasari kepada asumsi bahwa model
pembelajaran sebagai sarana membimbing peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran agar lebih produktif. Agar peserta didik lebih produktif
dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan gaya sendiri sehingga
pemilihan model mengajar juga harus mengikuti kebutuhan atau kondisi peserta didik.
Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan pembelajaran menjadi efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Dunne dan
Wragg 1996:12-14 mempunyai dua karakteristik. Pertama, pembelajaran
commit to user 32
efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta, keterampilan, nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang
diinginkan. Kedua, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalanya oleh mereka yang berkompeten memberikan penilaian seperti
guru-guru, pengawas, tutor, dan juga peserta didik. Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya keterampilan penggunaan model
pembelajaran secara konsisten pada tempat dan waktu yang berbeda. Senada dengan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
model pembelajaran cara yang diterapkan peserta didik dalam menguasai suatu materi pelajaran agar lebih mudah dengan efektif dan efisien.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran
yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya Erman Suherman, 2003:260. Terkait
dengan tujuan dan proses pembelajaran kooperatif, Ozkan 2010 menyatakan bahwa:
“The main aim of cooperative learning is to increase both their own and their friends learning to the top level. It should be organized in
such a way that every member in the group should know that the other members of the group cant learn before she does. Every member of
the group should help all the other members to learn. In order to carry out cooperative learning successfully, me group must have a purpose,
and all die students in the group should undertake responsibility to achieve the aim of the group and try to get the group reward. In this
approach, students should combine their own efforts with those of their friends in the group because the essence of Uns approach is either we
swim together or we sink together. No matter what hisher success level is, every student should believe that she does what she can to
commit to user 33
contribute to the success of the group. Every group member should be aware of concepts of commitment of aim and commitment of success.
In this method, the group members should be in face-to-face interaction. This interaction is obtained by helping each other, giving
feedback, relying on each om
er, discussing, encouraging, etc”. Artinya bahwa tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan pembelajaran dirinya siswa dan teman-temannya kepada
prestasi tertinggi.
Pembelajaran kooperatif
harus diorganisasikan dengan jalan setiap anggota kelompok harus
memahami bahwa anggota yang lain tidak dapat belajar sebelum dia siswa tersebut melakukan belajar. Setiap anggota kelompok harus
membantu anggota yang lain untuk belajar. Untuk membuat pembelajaran kooperatif berhasil, setiap kelompok harus mempunyai
tujuan, dan semua siswa dalam kelompok harus mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelompok dan mencoba untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Dalam pendekatan ini, siswa harus menggabungkan usahanya dengan teman-temannya yang lain
dalam kelompok, sebagaimana pepatah “berenang bersama atau tenggelam bersama”. Setiap siswa harus percaya bahwa dia dapat
memberikan kontribusi untuk kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok harus sadar dan berkomitmen terhadap tujuan dan
berkomitmen untuk sukses. Dalam metode ini, setiap anggota kelompok harus berinteraksi langsung. Interaksi ini dicapai dengan
saling membantu, memberi umpan balik, saling ketergantungan, diskusi, saling memberikan semangat dan lain-lain.
Menurut
Anita Lie 2002:28, model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama atau gotong royong. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Doymus
2007:1857-1860, menyatakan bahwa: “the results indicate that the instruction based on cooperative
learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test CAT and Phase Achievement Test
PAT scores compared to the test scores of the control group, which was taught with
traditionally designed chemistry instruction” ini berarti bahwa pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran
kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran tradisional.
commit to user 34
Tiga konsep utama pembelajaran kooperatif menurut Slavin 2010:10: 1
Penghargaan pada kelompok. Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil
melampaui nilai tertentu yang ditetapkan. 2
Tanggung jawab individu. Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua
anggota tim. Tanggungjawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap
anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.
3 Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses
Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan
memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota tim ada nilainya. Beberapa
keuntungan dalam
penggunaan pembelajaran
kooperatif, diantaranya: 1
Melatih perilaku positif dalam kelompok. 2
Meningkatkan relasi di antara siswa, saling membantu dan terbuka. 3
Meningkatkan motivasi siswa dan saling menghargai satu sama lain. 4
Mengembangkan kemampuan individu dan merupakan strategi untuk memecahkan konflik.
commit to user 35
5 Meningkatkan kemampuan untuk memberi opini, argumentasi dan
melatih mendengarkan pendapat orang lain, serta menerima pendapat. 6
Mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan pendapat. 7
Mendidik siswa bertanggung jawab. Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal adanya belajar
kelompok, tetapi ada perbedaan antara belajar kelompok kooperatif dengan belajar kelompok tradisional.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ballantine dan Larres 2007:126-137 menyatakan bahwa
“students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic skills”. Ini
menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif bermanfaat
untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa.
Dyson dan Rubin dalam Constantinou, 2010 menyatakan bahwa:
“pointed out that cooperative learning has many benefits. It can help students to improve motor skills, develop social skills, work
together as a team, take control of their learning process, give and receive feedback, and become responsible individuals
”. artinya adalah bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
beberapa manfaat. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa
untuk: mengembangkan
kemampuan motorik,
mengembangkan kemampuan sosial, bekerja sama sebagai satu tim, mengawasi proses pembelajaran mereka sendiri, memberi
dan menerima umpan balik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif menurut Martinis Yamin dan Bansu Ansari 2008 : 79 adalah :
commit to user 36
1 Mengajarkan peserta didik menjadi percaya pada guru dan lebih
percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari peserta didik lain.
2 Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkan dengan ide temannya. 3
Membantu peserta didik menghormati peserta didik yang lebih pintar dan peserta didik yang lebih lemah mau menerima perbedaan ini.
4 Merupakan strategi efektif bagi peserta didik untuk mencapai hasil
akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan antarpersonal positif antar peserta didik, meningkatkan
keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah. 5
Banyak menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban tersebut.
6 Merupakan strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan
orang lain seperti pemecahan masalah. 7
Mendorong peserta didik yang lemah untuk tetap berbuat dan membantu peserta didik yang pintar mengidentifikasikan celah-celah
dalam pemahamannya. 8
Membantu memotivasi peserta didik dan memdorong pemikirannya. 9
Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
10 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan diskusi. 11
Memudahkan peserta didik melakukan interaksi sosial. 12
Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.
commit to user 37
13 Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain STAD Student Team
Achievement Division dan Jigsaw. Hakekat belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Student Team Achievement Division yaitu : menitik beratkan pada pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama,
sedangkan Jigsaw selain menitik beratkan pada kebersamaan juga pada keterampilan antarpersonal dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan tipe pembelajaran kooperatif STAD, menekankan pada struktur tutorial teman sebaya. Semua peserta didik dalam kelompok
saling membantu. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan penekanan pada peran masing-masing peserta didik dalam kelompoknya
kelompok asal dan saling bertukar pengetahuan. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw antar peserta didik dalam kelompok memiliki
ketergantungan yang sangat besar, karena masing-masing peserta didik dalam kelompok mendapatkan bagian tugas yang berlainan antara peserta
didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD Student Team Achievement Division, merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin 2008 di
Universitas John Hopkins, AS. STAD terbentuk dari empat fase, yaitu :
commit to user 38
1 Presentasi Kelas.
Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dengan menggunakan buku
siswa, buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran untuk model
pembelajaran kooperatif STAD yang berbeda ketika guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran tradisional yaitu dengan membuat
Lembar Kerja Siswa LKS untuk masing-masing sub kompetensi dasar.
2 Kelompok belajar
Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4
–5 orang peserta didik. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman
gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik peserta didik dalam keanggotaan kelompok. Dalam hal kemampuan
akademik, tiap kelompok terdiri dari satu peserta didik berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu atau dua orang
berkemampuan rendah. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah peserta didik belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan
anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu. Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok
bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan
commit to user 39
mengoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.
Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif STAD. Keberhasilan
pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan
semangat, dukungan, perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar.
3 Evaluasi belajar
Setelah satu pokok bahasan guru mempresentasikan materi pelajaran, maka kemudian dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk
mengukur pengetahuan yang diperoleh selama KBM. 4
Skornilai peningkatan perorangan Pemberian evaluasi secara individu mempunyai tujuan untuk
membandingkan skor nilai yang diperoleh pada tes dengan skor dasar awal yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugiyanto 2007 : 14 :
1 Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 4 –5 orang peserta didik. Tiap kelompok memiliki
anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuan akademik tinggi, sedang, rendah.
commit to user 40
2 Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
3 Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau tiap dua minggu
guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4 Tiap peserta didik dan tiap kelompok dievaliasi dan diberi skor atas
penguasaanya terhadap bahan ajar dan kepada peserta didik secara individu atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh
skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu
criteria atau standar tertentu. Dengan
mengadopsi model
pembelajaran STAD
untuk mengajarkan suatu mata pelajaran pada siswa, maka tahapan pembelajaran
STAD pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1
Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran STAD Student Team Achievement Division
dengan berbantu Media Powerpoint, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama
antar siswa dalam suatu kelompok. 2
Guru menjelaskan materi secara singkat dengan menggunakan Media Powerpoint dan Guru mendesain materi pembelajaran untuk model
commit to user 41
pembelajaran kooperatif STAD yaitu dengan membuat Lembar Kerja Siswa LKS untuk masing-masing sub kompetensi dasar.
3 Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5
siswa dengan tingkat kepandaian yang heterogen . 4
Guru memberikan tugas kelompok dengan bahan yang telah disiapkan yaitu LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS, melalui kerja
kelompok, siswa mengisi LKS. 5
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
6 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw merupakan
tipe pembelajaran
kooperatif yang
dikembangkan pertama kali oleh Aronson tahun 1971. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, setiap peserta didik menjadi anggota
kelompok asal home group dan juga sebagai kelompok ahli expert group. Peserta didik dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap
penguasaan materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan berkewajiban mengajarkan kepada peserta didik lain dalam kelompoknya Arend, 1997.
Seperti pada tipe pembelajaran kooperatif STAD, pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw peserta didik dalam satu kelas dibagi ke
dalam kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang peserta
commit to user 42
didik. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw setiap peserta didik dalam satu kelompok asal akan menerima LKS yang berbeda. Setiap peserta
didik bertanggung jawab terhadap penguasaan LKS yang menjadi bagian tugasnya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya
model pembelajaran STAD Student Team Achievement Division dengan berbantu Media Powerpoint, sebagai suatu variasi model
pembelajaran. 2
Guru menjelaskan materi secara singkat dengan menggunakan Media Powerpoint dan Guru mendesain materi pembelajaran untuk
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menyajikan Lembar Kerja Siswa LKS.
3 Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 4 –5 orang peserta didik dengan karakteristik
heterogen dan disebut kelompok asal. 4
Setiap peserta didik pada kelompok asal memperoleh LKS yang berbeda.
5 Peserta didik yang memperoleh LKS yang sama berkumpul
membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan LKS dan kemudian menjadi ahli pada tugasnya. Tunjuklah seorang pemimpin diskusi
pencatat, pembeca materi dan pengoreksi.
commit to user 43
6 Masing-masing peserta didik dari kelompok ahli kembali ke
kelompok asal untuk menjelaskan LKS yang menjadi tugasnya ke anggota kelompoknya secara bergantian dan berbagi informasi.
Tekankan pada masing-masing peserta didik bahwa setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab pada kelompok asal dan menjadi
tutor yang baik sebagaimana halnya dia menjadi pendengar yang baik. Para peserta didik harus dapat meyakinkan bahwa mereka telah
memahami seluruh pokok bahasan dan siap untuk mengikuti tes perseorangan.
7 Pada akhir pelajaran, para peserta didik diberikan tes perseorangan
yang mencakup semua kompetensi dasar yang telah dipelajari dan diberi skor seperti pada tipe STAD.
Pada pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya akan terjadi proses yang kurang lancar. Hal ini terjadi karena
beberapa masalah yang muncul selama KBM, antara lain : 1
Peserta didik yang pandai akan mendominasi pembicaraan, sebaliknya peserta didik yang kurang pandai akan kesulitan memberikan
presentasi 2
Peserta didik yang pandai akan merasa bosan dengan anggota kelompok yang lamban.
Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan jalan keluar diantaranya :
commit to user 44
1 Anggota kelompok hendaknya terdiri dari peserta didik yang
berkemampuan akademiknya beragam yaitu dari tingkat akademik tinggi sampai rendah.
2 Tidak menganut keanggotaan permanen, artinya peserta didik dapat
bergantian kelompok dalam kurun waktu tertentu. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1
Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan berbantu Media
Powerpoint, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama.
2 Guru menerangkan materi yang akan digunakan dengan berbantu
Media Powerpoint. 3
Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa tertentu untuk dikerjakan.
4 Ketua kelompok membagi tugas guru untuk dikerjakan oleh masing-
masing anggota kelompok misalnya, setiap siswa dalam kelompok mendapat 1 soal yang berbeda.
5 Dari beberapa kelompok yang telah terbentuk, anggota kelompok
yang mendapat soal yang sama bertemu untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar cara menyelesaikan soal tersebut.
commit to user 45
Diagram 1. Penempatan siswa pada pembelajaran Jigsaw
6 Kemudian siswa itu kembali ke kelompok asalnya dan bergantian
menjelaskan hasil penyelesaian soal kepada anggota dalam kelompok asal.
Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut.
Keterangan : adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 1
O adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 2 adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 3
adalah siswa yang bertugas menyelesaikan soal nomor 4 Perbedaan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
untuk lebih jelasnya tersebut sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
No STAD JIGSAW
1. Guru menyajikan materi
Guru membagi satuan Informasi
Kelompok asal
O
O O O O
O O
O
Kelompok ahli
commit to user 46
2 Peserta
didik tidak
bertanggung jawab
terhadap kelompok Setiap peserta didik bertanggung
jawab terhadap
materi yang
ditugaskan oleh guru. 3
Pemahaman materi secara berkelompok
Setiap peserta didik harus mampu menerangkan kepada peserta didik
lainnya. 4
Membedakan peserta didik dalam hal kemampuan.
Tidak membedakan
dalam hal
kemampuan peserta didik. 5
Keberhasilan tidak
terganggu pada peserta didik yang lain.
Keberhasilan tergantung
dengan peserta didik lainnya.
4. Media Powerpoint