commit to user 22
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pretasi belajar adalah faktor keefektifan pembelajaran Aiken,
1997:109. Keefektifan pembelajaran akan ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Apabila model pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi efektif sehingga
prestasi belajar peserta didik diharapkan optimal. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, di
antara faktor –faktor yang berpengaruh dalam menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar peserta didik adalah faktor minat belajar yang dimiliki peserta didik dan faktor model pembelajaran.
2. Pembelajaran Matematika
Hakikat pembelajaran adalah pengaturan kondisi eksternal untuk mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Fokus utama
setiap program pendidikan atau pembelajaran adalah untuk mendorong terjadinya proses belajar Gagne dan Driscoll, 1989: v 1. Oleh karenanya,
menyelenggarakan pembelajaran termasuk pembelajaran matematika harus mendasarkan diri pada paradigma belajar sesuai hakikat pembelajaran serta
maksud dari program pendidikan tersebut yakni mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Program pembelajaran matematika harus
mengarah pada penyelenggaraan pembelajaran yang efektif. Tolok ukur
commit to user 23
pembelajaran yang efektif adalah keberhasilannya dalam menciptakan suasana belajar pada diri peserta didik bukan semata-mata telah dilakukannya
kegiatan mengajar oleh guru. Biggs dalam Goldman 2002 menyatakan bahwa:
“Learning is a way of interacting with the world. As we learn, conception of phenomena change, and we see the world differently.
The acquisition of information in it self does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it
does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of informatio
n”. Pembelajaran adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika kita belajar, konsepsi kita tentang
suatu fenomena berubah, dan kita akan melihat dunia yang berbeda. Perolehan informasi tidak dengan sendirinya membawa perubahan,
tetapi dengan jalan kita menyusun informasi tersebut dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan dengannya. Jadi pendidikan adalah tentang
perubahan konsep, bukan hanya perolehan informasi.
Hakikat belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap akibat dari terjadinya interaksi
aktif dengan lingkungan Winkel, 1996:53. Oleh karenanya, guru sebagai penyelenggara proses pembelajaran harus mampu mengatur lingkungan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada diri peserta didik sebagai bukti bahwa para peserta didik sudah melakukan proses
belajar. Menurut Nana Sudjana dan Daeng Arifin 1987:20, agar dalam
proses pembelajaran tercipta perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil belajar, maka peran guru bukan semata-mata sebagai pengajar,
melainkan sebagai pembimbing belajar, atau pemimpin belajar atau fasilitator belajar. Dikatakan sebagai pembimbing belajar karena dalam proses tersebut
commit to user 24
guru memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka itu sendiri yang melakukan kegiatan belajar. Dikatakan sebagai pemimpin belajar karena guru
menentukan ke mana kegiatan belajar peserta didik akan diarahkan; dan dikatakan sebagai fasilitator belajar karena guru harus menyediakan fasilitas
setidak-tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber pendorong bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator
belajar bagi para peserta didik. Dalam hal ini guru harus melakukan pilihan pendekatan atau model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam proses belajar. Mata pelajaran matematika selama ini dianggap oleh sebagian
peserta didik sebagai mata pelajaran yang menakutkan, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Bahkan ada peserta didik
yang merasa bosan, tidak tertarik, bahkan tidak suka pada mata pelajaran ini. Hal ini biasanya disebabkan karena matematika diajarkan dengan strategi atau
model pembelajaran yang kurang tepat. Kekurangtepatan pemilihan model atau strategi pembelajaran
matematika bersumber dari masih kuatnya pengaruh paradigma lama dalam pembelajaran. Anita Lie 2002:2-6 menyatakan bahwa dalam dunia
pendidikan, paradigma lama pembelajaran bersumber pada teori tabula rasa John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti
kertas kosong yang bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya.
commit to user 25
Berdasarkan teori ini, paradigma lama pembelajaran adalah paradigma mengajar yang diibaratkan seperti mengisi kertas kosong dengan coretan-
coretan. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Paradigma lama yang tidak mendorong keaktifan peserta didik dalam belajar tidak dapat
dipertahankan lagi. Dalam proses pembelajaran, yang harus aktif adalah peserta didik
karena merekalah yang paling bertanggungjawab atas kegiatan pembelajaran dan yang akan menerima akibat langsung dari proses pembelajaran.
Paradigma baru pembelajaran adalah paradigma belajar. Dengan paradigma baru tersebut pendidik perlu menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan
beberapa pokok pikiran, yaitu: a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik;
guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta didik membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses
belajar untuk disimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
b. Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif melalui suatu proses belajar yang mereka lakukan sendiri bukan sesuatu yang dilakukan oleh
guru terhadap peserta didik. Peserta didik tidak menerima pengetahuan secara pasif dari guru. Peserta didik mengaktifkan struktur kognitif mereka
dan membangun struktur baru untuk mengakomodasikan masukan pengetahuan baru.
commit to user 26
c. Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses dari
pada hasil. Setiap peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang dapat ditingkatkan melalui usaha pembelajaran. Tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi sampai setinggi yang mampu diraih peserta didik.
d. Pendidikan merupakan interaksi pribadi di antara para peserta didik dan antara guru dengan peserta didik. Kegiatan pendidikan merupakan proses
sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, mereka membangun pengertian dan pengetahuan bersama.
Frans Susilo 1998:235 mengemukakan bahwa sesungguhnya matematika dapat diapresiasi secara baik oleh para peserta didik apabila
matematika dipelajari secara manusiawi. Cara yang dimaksudkan adalah dengan membangun sendiri pemahaman mereka akan unsur-unsur
matematika. Pemahaman harus dapat diperoleh bukan dengan cara menghafal rumus-rumus atau langkah-langkah yang diberikan guru, melainkan dibentuk
dengan membangun makna dari apa yang dipelajari, misalnya dengan memberikan interpretasi terhadap apa yang sedang dipelajari dengan
mempergunakan informasi baru yang mereka peroleh yang akan mereka gunakan untuk mengubah, melengkapi atau menyempurnakan pemahaman
yang telah tertanam sebelumnya. Hal ini akan dapat terwujud apabila para peserta didik diberi keleluasaan untuk melakukan eksperimen termasuk
kemungkinan berbuat salah agar mereka dapat belajar dari kesalahan tersebut.
commit to user 27
Proses pembelajaran seperti itu dikenal dengan proses belajar melalui tahap- tahap asimilasi dan akomodasi, dengan proses seperti itu pemahaman akan
terjadi secara mengakar dan para peserta didik akan belajar untuk menghargai dan mencintai matematika karena pada diri mereka akan tumbuh keyakinan
tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan matematika manakala diperlukan.
3. Model Pembelajaran