Prestasi Belajar Peserta Didik

commit to user 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Peserta Didik

a. Teori Belajar Teori merupakan seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Secara khusus, teori memberikan dua kelebihan daripada sumber-sumber pengetahuan yang lain. Yang pertama bahwa teori dapat diuji. Eksperimen dapat dilakukan untuk menentukan apakah teori itu cocok pada kenyataannya. Yang kedua ialah, bahwa teori mengandung generalisasi tentang gejala-gejala dan dengan demikian dapat diterapkan pada beberapa keadaan Gredler, 1994:5. Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dimyati dan Mudjiono, 1999:295. Dalam belajar, individu menggunakan ranah- ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat belajar tersebut, maka kemampuan individu dalam ketiga ranah itu makin bertambah baik. Menurut konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, belajar merupakan perubahan dari tidak bisa menjadi bisa melakukan Mulyasa, 2003:53. Tujuan, sasaran dan penilaian semuanya terfokus pada kompetensi yang dimiliki peserta didik atau pekerjaan yang mampu 14 commit to user 15 dilakukannya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi belajar merupakan perilaku yang kompleks. Kompleksnya perilaku belajar tersebut menimbulkan berbagai teori belajar. Teori-teori belajar yang dikembangkan selama abad 20 dikelompokkan menjadi dua keluarga, yaitu keluarga perilaku behavioristics yang meliputi teori-teori stimulus-respons S - R conditioning, dan keluarga Gestalt –field yang meliputi teori-teori perilaku berpendapat, bahwa sudah cukup bagi peserta didik untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respons-respons yang benar. Tidak perlu dipersoalkan apakah yang terjadi dalam pikiran peserta didik sebelum dan sesudah respons terbentuk. Penganut teori-teori kognitif berkeyakinan, bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang tidak dapat diamati adalah sangat memungkinkan untuk dipelajari secara ilmiah, misalnya, pikiran-pikiran thoughts dari peserta didik. Pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah model konstruksivisme. Model konstruksivisme telah mendapatkan perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa akhir-akhir ini, walaupun sebenarnya model konstruksivisme tidak hanya cocok untuk pendidikan sains, tapi juga dapat berdaya guna dalam pendidikan ilmu sosial. Mulyasa, 2003:237. Seorang guru yang menganut teori perilaku berkeinginan untuk mengubah perilaku-perilaku peserta didiknya yang tampak secara signifikan. Sedangkan guru yang berorientasikan teori kognitif commit to user 16 berkeinginan untuk menolong para peserta didiknya mengubah pemahaman mereka tentang masalah-masalah dan situasi-situasi secara signifikan Ratna Wilis Dahar, 1989 : 21. Menurut Piaget 1977, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui tiga cara, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi Gredler, 1994:311. Asimilasi maksudnya, struktur kognitif baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada di modifikasi untuk menumpang dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman dan situasi baru. Ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi. Penerapan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita sebagai guru membuat rancangan pembelajaran RP dalam bentuk peserta didik melakukan kegiatan, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih, mendemonstrasikan, menciptakan ide baru dan sebagainya. Fokus pendekatan konstruksivisme bukan pada rasionalitas, tapi pada pemahaman. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Dalam konstruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Landasan filosofi konstruktivisme, menurut Depdiknas 2003, adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar commit to user 17 menghapal, peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan dikonstruksi dibangun dalam pikiran dari hasil interpretasi atas suatu peristiwa, sehingga pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut Mulyasa, 2003:238. Jadi esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Peserta didik perlu untuk dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka karena interpretasi mereka sendiri. Strategi pokok dari model pembelajaran konstruktivisme adalah meaningful learning pembelajaran bermakna. Hanya meaningful learning yang sesungguhnya pembelajaran, kata Ausubel Mulyasa, 2003:237. Dalam meaningful learning, peserta didik digalakkan untuk aktif. Setiap unsur materi pelajaran harus diolah dan diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal make senses bagi diri peserta didik. Dengan pendekatan pembelajaran yang seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Strategi seperti ini memerlukan pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka mencapai pengertian yang sama atas materi pelajaran. commit to user 18 Dalam pendekatan kontruktivisme, pembelajaran melibatkan negosiasi pertukaran pikiran dan interpretasi proses berpikir yang singkat dan cepat yang terjadi dalam otak kita. Wacana penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara peserta didik dengan guru, atau antara sesama peserta didik. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif kerjasama adalah sangat ideal Mulyasa, 2003:239. Dalam pendekatan konstruktivisme harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan peserta didik, dan antara sesama peserta didik. Untuk itu guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian sehingga peserta didik mempunyai minat yang tinggi untuk belajar. Minat ini akan tercipta jika guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan peserta didik. Dengan demikian guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran tidak membosankan peserta didik. b. Prestasi Belajar Matematika Menurut Pargiyo 2000:57, prestasi belajar mempunyai komponen-komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian prestasi, komponen-komponen tersebut adalah: 1 Siswa Faktor dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah bakat, minat, kemampuan, dan motivasi untuk belajar. commit to user 19 2 Kurikulum Kurikulum mencakup: landasan program dan pengembangan, GBPP, dan pedoman GBPP berisi materi atau bahan kajian yang telah disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. 3 Guru Guru bertugas membimbing dan mengarhakan cara belajar siswa agar mencapai hasil optimal. 4 Metode Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. 5 Sarana-prasarana Yang dimaksud sarana-prasarana antara lain buku pelajaran, alat pelajaran, alat praktek, ruang belajar, laboratorium, dan perpustakaan. 6 Lingkungan Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan juga lingkungan alam merupakan sumber belajar. Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran matematika. commit to user 20 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula. Dalam pembelajaran yang berkualitas terjadi proses belajar yang efektif pada diri peserta didik. Seorang peserta didik yang belajar secara efektif akan memiliki prestasi belajar yang baik. Jadi prestasi belajar seseorang sangat tergantung pada tingkat keefektifan proses belajar yang telah berlangsung pada dirinya. Mulyasa 2003:53 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran harus diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Dick Carey 1990:85 menyatakan bahwa pengetahuan yang telah dikuasai seseorang sebelum proses pembelajaran berlangsung disebut kemampuan awal atau entry behavior. Banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam mencapai prestasi belajar, antara lain faktor dari dalam diri peserta didik faktor internal dan faktor dari luar faktor eksternal. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 1991:130-131 menjelaskan tentang faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sebagai berikut : commit to user 21 1 Faktor dari dalam diri peserta didik faktor internal a Faktor jasmani fisiologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri dari : 1 Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan factor kecakapan. 2 Faktor non intelektif, yaitu unsur – unsure kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. c Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2 Faktor dari luar diri peserta didik faktor eksternal a Faktor sosial, terdiri dari : 1 Lingkungan keluarga. 2 Lingkungan sekolah. 3 Lingkungan masyarakat. 4 Lingkungan kelompok. b Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. c Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. d Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. commit to user 22 Faktor lain yang berpengaruh terhadap pretasi belajar adalah faktor keefektifan pembelajaran Aiken, 1997:109. Keefektifan pembelajaran akan ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Apabila model pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi efektif sehingga prestasi belajar peserta didik diharapkan optimal. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, di antara faktor –faktor yang berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik adalah faktor minat belajar yang dimiliki peserta didik dan faktor model pembelajaran.

2. Pembelajaran Matematika

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS AND DIVISION (STAD) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Tems and Division (STAD) dan Think Pair S

0 2 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Tems and Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) terhada

0 2 17

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENTS DIVISION) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA.

0 2 22

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMPMUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR.

0 6 23

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR DITINJAU DARI PERHATIAN ORANG TUA

0 3 127

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 1 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Ku

0 2 15

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 0 15

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP

0 0 10