96
4.2 Permainan Layang-layang
Permainan layang-layang adalah salah satu jenis permainan tradisional yang memiliki usia yang sudah cukup lama. Permainan tradisional layang-layang hampir
ditemukan di beberapa kota Medan. Permainan tradisonal layang-layang bukan hanya dimainkan oleh anak-anak tetapi anak remaja, anak dewasa juga memainkan
permainan tradisional ini. Berdasarkan Kongres Internasional Ilmu-ilmu Antropologi dan Ethnologi mengenai kategori permainan, bahwa permainan layang-layang
termasuk sebagai kategori permainan yang kedua yaitu Les jeux de force et d’adresse permainan kekuatan dan ketangkasan dan berdasarkan klasifikasi yang
dikemukakan oleh Robert dkk bahwa permainan layang-layang ini termasuk dua kategori prmainan untuk bermain play dan permainan untuk bertanding game,
anak-anak yang bermain layang-layang tidak bisa bermain layang-layang hanya sebatas untuk bermain namun mereka akan beralih dengan permainan layang-layang
untuk bertanding dan ada anak jika bermain layang-layang tidak melagakan layang- layang di udara maka anak tersebut tidak merasakan ia bermain, anak tersebut
bernama James 12 tahun. Permainan tradisional layang-layang, menggunakan peralatan yang cukup
sederhana antara lain layang-layang, benang. Benang yang disediakan diikat dengan layang-layang, layang-layang akan terbang ke atas udara dengan mengandalkan
kekuatan atau tekanan angin. Penempelan benang dengan layang-layang, dilakukan tidak boleh sembarangan dan harus semimbang karena pengikatan benang terhadap
layangan berguna untuk keseimbangan layang-layang ketika berada di udara. Jika
Universitas Sumatera Utara
97 pengukuran benang dengan layang-layang seimbang, maka angin dapat menaikkan
layangan ke udara. Pengikatan benang pada layang-layang sering disebut anak-anak dengan istilah teraju.
Gambar 12 : Penempelan benang pada layang-layang
Pada gambar 12 tampak seorang anak laki-laki sedang mengukur benang dan menempelkan benang pada layang-layang.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Pengetahuan akan pembuatan teraju layang-layang pada anak tidak datang begitu saja, mereka harus mempelajarinya terlebih dahulu karena pembuatan teraju
dikategorikan adalah pekerjaan sulit di dalam permainan tradisional layang-layang- layang. Anak-anak harus bisa memasang teraju layang-layang dengan benar, jika
pemasangan teraju layang-layang tidak benar maka layang-layang sampai kapanpun tidak akan bisa terbang atau naik ke udara sekalipun tekanan angin besarkencang.
Setiap anak-anak yang diajak penulis mengobrol mengenai pengetahuan akan pembuatan teraju layang-layang, pendapat mereka satu sama lain berbeda-beda.
Wahyu 11 tahun berkata : “Ini ku tahu coba-coba sendirilah kak, liat-liat kawan cemana caranya,
pas aku liat dan aku tahu, langsung aku coba buat. Aku cobanya berkali-
Universitas Sumatera Utara
98 kali, makanya yang hari itu banyak layanganku rusak dan gak bisa
terbang”.
Berbeda dengan Zadiken, ketika penulis bertanya mengenai hal tersebut maka Zadiken 12 tahun berkomentar :
“Teraju kupelajari dari almarhum ayah, setiap ada permainan yang gak ku tahu, almarhum ayah selalu mengajari termasuk membuat ini,
makanya kalau musim layangan aku gak pernah beli layangan, aku selalu buatnya dengan ayah, tapi karna ayah sudah gak ada, aku aja sendiri
yang buatnya”
Gambar 13 : Layang-layang
Pada gambar 13 tampak layang-layang yang berasal dari hasil karya tangan Zadiken
Sumber : Dokumentasi Penulis
Berdasarkan proses wawancara yang dilakukan penulis mengenai pengetahuan anak-anak mengenai pembuatan benang teraju, maka anak-anak memperoleh
pengetahuan tersebut dari : -
Teman Bermain. Anak-anak melihatnya dan mempelajarinya dari teman sepermainan, ketika anak mulai memahami secara pandangan maka ia mulai
mempraktekkannya secara langsung. Dengan mempraktekkan pengetahuan yang diperolehnya maka anak akan lebih mengerti dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh.
Universitas Sumatera Utara
99 -
Keluarga. Anak-anak mendapat pengajaran mengenai pembuatan benang teraju dari orangtua, kakak, abang.
Jika terdapat anak-anak yang tidak bisa memasang tali teraju maka anak tersebut meminta bantuan dengan teman yang bisa memasang tali teraju atau jika
anak yang lain melihat ada anak yang tidak bisa memasang tali teraju maka anak yang tahu tersebut secara sukarela memasangkan tali terajunya. Jika terdapat anak
yang tidak bisa menaikkan layang-layang ke udara maka anak yang lainnya biasanya membantu. Dan anak yang bisa menaikkan layang-layang ke udara yang lebih tinggi
maka anak tersebut dikagumi oleh anak lainnya dan anak tersebut akan mendapatkan rasa puas, seperti yang diungkapkan oleh Wahyu 11 tahun :
“Puas perasaan kak, apalagi kalau duduk sambil melihat-lihat layangan diatas sepertinya awak ikut terbang dan merasakan angin
diatas”
Komentar Wahyu membuktikan bahwasanya teori Sutton Smith itu benar, Smith percaya bahwa transformasi simbolis yang muncul dalam kegiatan bermain khayal,
pada permainan layang-layang Wahyu menghayalkan dirinya sebagai layang-layang yang terbang di udara.
Di dalam permainan layang-layang, bukan hanya sebatas menaikkan layang- layang ke atas udara, tidak puas bagi anak-anak jika layang-layang yang
dinaikkannya tidak dilagakan dengan layang-layang temannya di atas udara. Jika benang layang-layang terputus pada saat dilagakan maka pemilik layang-layang
tersebut dinyatakan kalah dan jika anak yang memutuskan benang layang-layang lawan pintar atau ahli dalam menurunkan layang-layang lawan maka menjadi milik
Universitas Sumatera Utara
100 anak yang menang tersebut, namun jika anak tersebut tidak ahlitidak pintar dalam
menurunkan layang-layang tersebut maka layang-layang tersebut terbang begitu saja di udara. Namun terdapat anak-anak yang tidak berani melagakan layang-layang yang
dimilikinya, keadaan ini terjadi karena ada anak yang takut kalah atau takut layang- layang rusak, seperti yang diungkapkan oleh Senior 7 tahun :
“Aku gak suka melagakan layangan, rugi nanti kak. Kalau kalah, awak harus beli layangan baru lagi, jadi boroslah kak. Apalagi kalau kalah
hari ini, gak adalah layangan yang dipake untuk besok dan kumpulkan uang lagi lah kak”.
Jika layang-layang rusak atau dimenangkan oleh pihak lawan, maka benangnya masih bisa digunakan dengan layang-layang baru. Tetapi terdapat anak-anak yang
tidak merasa puas jika tidak melagakan layang-layang yang dimilikinya. Seperti komentar James 12 tahun :
“Gak main layangan rasanya kalau gak melagakan layangan, gak puas aja rasanya, dan kalo kalah dibeli lagi”.
Layang-layang yang sudah naik ke udara, apabila anak-anak dilapangan ingin melagakannya maka harus ada kesepakatan terlebih dahulu apabila tidak ada
kesepakatan untuk melagakan layang-layang di udara maka layang-layang yang rusak atau hilang di udara akan diminta pertanggungjawaban oleh yang melagakan tersebut.
Kadangkala jika yang melagakan tidak mau ganti rugi maka sering terjadi adu mulut diantara mereka tetapi esok harinya mereka tetap berteman lagi. Pada saat musim
layang-layang, layang-layang yang ada di udara bukan hanya layang-layang anak yang berada di lapangan sepak bola tetapi layang-layang yang berada di kampung
Universitas Sumatera Utara
101 sebelah. Sehingga anak-anak tidak bisa menandai pemilik setiap layang-layang yang
berada di udara. Layang-layang yang akan dilagakan dengan kampung sebelah, tidak didahului
kesepakatan diantara pemilik layang-layang kespakatan berlangsung ketika layang- layang berada di udara, jika layang-layang anak di lapangan sepak bola mendekatkan
layang-layangnya dengan layang-layang anak kampung sebelah dan layang-layang anak kampung sebelah mendekatkannya lagi maka disitulah terjadi kesepakatan untuk
melagakan layang-layang. Di udara bisa dilihat layang-layang yang akan dilagakan atau yang tidak akan dilagakan oleh pemiliknya. Layang-layang yang tidak akan
dilagakan oleh pemiliknya jika layang-layang lawan menghindar jauh atau lebih memilih untuk menurunkannya dari udara.
Anak-anak yang berada di lapangan sepak bola jika menang dalam perlawanan layang-layang memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda-beda. Wahyu 11
tahun berkata : “Jika layangan yang kalah bentuknya bagus dan cantik sekitar harga Rp
10.000,00 keatas biasanya gak kuterbangkan kak, kan sayang yang bagus dibuang-buang, bisa aku jual ke orang atau kupake sendiri dan uangnya
bisa aku beli makan-minum atau beli benang yang kuattebal”.
Berbeda dengan Zadiken, Zadiken tidak melihat apakah layang-layang
dimenangkannya bagus atau tidak, setiap Zadiken menang dalam perlawanan layang- layang maka dia selalu menurunkannya. Seperti ungkapan Zadiken 12 tahun:
“Mau layangan jelek atau cantuk, mahal atau murah tetap saja kuturunkan. Karena bisa kujual dengan kawan-kawan disini dengan
harga murah, lumayan bisa nambah uang jajan.”
Universitas Sumatera Utara
102 Jika Zadiken melihat layang-layang yang dimenangkannya di udara tidak layak untuk
dijual atau tidak layak untuk diterbangkan lagi, maka dia bisa memanfaatkan rangka layang-layang dan membuat layang-layang baru. Seperti yang dikatakan :
“Kalau plastik layangan sudah sobek, maka rangka layangannya bisa kupake buat layangan baru, tinggal beli plastiknya aja, tapi kalau
bambunya udah patah, ya dibuang aja lah kak”.
Dari kondisi seperti ini penulis bisa melihat, selain menikmati permainan tradisional layang-layang mereka bisa menghasilkan uang dengan hanya
mengandalkan modal jasa yaitu kepiawaiankeahlian untuk memenangkan perlawanan layang-layang lawan di atas udara. Kemenangan yang diperoleh dalam
perlawanan layang-layang diudara tidak datang begitu saja, ada dua hal yakni : pertama keahlian pemain dalam menggerakkan layangan di atas udara serta kualitas
benang yang digunakan, seperti perkataan Zadiken 12 tahun : “Untuk memenangkan laga layangan, haus pintar mengendalikan benang
lyangan dan benang layangan juga harus kuat, benang yang kuat seperti benang kaca, harganya juga mahal tapi lupa aku berapa harganya, kalau
benang yang kupake kuat, biasanya kulagakan layanganku tapi kalo gak kuat aku naikkan ajalah, nanti aku rugi”.
Jika pernulis perhatikan, Zadiken merupakan anak-anak di lapangan sepak bola yang disenangi banyak teman-temannya, karena kepiawaiannya memenangkan
perlawanan layang-layang di udara begitu bagus, dapat dikatakan jika dia melakukan perlawanan layang-layang di udara, dia jarang mengalami kekalahan. Selain
kepiawaiannya bermain, Zadiken juga memiliki keahlian dalam membuat layang- layang dengan indah serta memasang tali teraju yang bagus dan seimbang sehingga
tidak jarang teman-temannya meminta tolong kepadanya untuk memasangkan tali
Universitas Sumatera Utara
103 teraju, untuk memasangkan tali teraju Zadiken tidak pernah meminta imbalanupah,
Zadiken melakukannya dengan ikhlas dan senang hati. Benang kaca jarang dijual di kedai-kedai biasanya anak mendapatkan dan
membeli benang kaca dari pasar. Tidak semua anak-anak di lapangan memiliki benang kaca, benang kaca biasanya dimiliki oleh anak-anak yang memiliki
kepiawaian dalam melagakan layang-layang. Anak-anak biasanya menggunakan benang-benang biasa dengan harga sekitar Rp 3.000,00 dan menggunakan layang-
layang biasa dengan harga sekitar Rp 1.000,00. Jika anak ingin memiliki dan mendapatkan layang-layang yang bagus dan motifnya indah maka anak-anak harus
membelinya dipinggir jalan raya, karena kedai-kedai sekitar jarang menyediakan layang-layang yang bercorak indah.
Selama musim layang-layang berlangsung, penulis memperhatikan begitu banyak motif dan jenis layang-layang yang terbang di udara, baik itu layang-layang
anak-anak di lapangan atau layang-layang dari kampung sebelah. Bahkan sering penulis melihat layang-layang tidak dikendalikan oleh pemiliknya lagi layang-layang
lepas dari talinya untuk menyebutkan keadaan ini maka anak-anak menggunakan istilah leyong. Layang-layang yang leyong bukan menjadi hal yang aneh bagi anak-
anak, mereka menganggap biasa. Jika mereka tertarik untuk menangkap layang- layang yang leyong maka mereka berusaha mengkaitkan benang layang-layangnya di
udara dengan layang-layang yang leyong. Namun biasanya layang-layangyang leyong dibiarkan saja karena tidak mudah menangkap atau mengkaitkan layang-layang yang
leyong.
Universitas Sumatera Utara
104 Dalam permainan tradisional layang-layang, benang dan layang-layang
diperoleh dengan cara membeli dari pasarkedai atau dengan membuatnya sendiri dirumah. Harga layang-layang beragam dan anak-anak di Kecamatan Medan Baru
biasanya menggunakan layang-layang yang dibandrol harga Rp 500,00 – Rp 100,00. Harga benang juga bervariasi tergantung kualitas benang yang akan digunakan dan
biasanya mereka menggunakan benang seharga Rp 2.000,00 – Rp 5.000,00. Anak- anak mendapatkan uang untuk membeli benang dan layang-layang dari keluarga atau
mereka mengumpulkan uang jajan Anak-anak yang mengumpulkan uang jajan untuk membeli layang-layang, biasanya mengontrol pengeluarankonsumsi disekolah.
Biasanya anak-anak kecil seperti anak Sekolah Dasar kurang bisa atau kurang ahli dalam menaikkan layangan ke udara meminta bantuan dengan abang atau teman lain,
tidak jarang anak kecil tersebut menerima tolakan dari abangteman lain karena abangteman tersebut lebih sibuk atau fokus untuk menikmati layang-layang yang
sudah naik ke udara. Lamanya layang-layang yang dinaikkan ke udara tidak pernah lebih dari satu
jam hanya sekitar 10-30 menit, kondisi ini terjadi disebabkan oleh sebab yang diungkapkan oleh Wahyu 11 tahun :
“Capeklah leher kak, lihat-lihatnya terus keatas kecuali kalau berlaga mau sampe satu jam, itupun jarang sampai satu jam dan bosan juga kalau
hanya lihat layangan kita di udara. Maunya banyak layangan yang terbang di udara”.
Anak-anak yang menaikkan layang-layang yang dimiliknya ke udara, maka layang-layang tersebut harus diperhatikan karena layang-layang tersebut bisa saja
Universitas Sumatera Utara
105 leyong atau dilagakan oleh pemilik layang-layang lainnya. Banyaknya layang-layang
yang terbang di udara, menambah ketertarikan dan semangat anak lain untuk menaikkan layang-layang yang dimilikinya keatas udara. Penulis pernah melihat anak
di lapangan bola datang membawa layang-layang tetapi tidak menaikkan layang- layangnya di udara, hal ini terjadi karena kekosongan layang-layang yang terbang di
udara sehingga mengurungkan niat anak tersebut untuk menaikkan layang-layang yang dimilikinya. Sehingga dia meletakkan layang-layangnya di dikursi lapangan dan
memutuskan untuk ikut bermain sepak bola. Penulis berpikir bahwa lingkungan permainan anak-anak sangat mempengaruhi jenis permainan yang akan digunakan
anak awalnya dari rumah anak berencana akan bermain layang-layang di lapangan tetapi karena di lapangan tidak ditemukan anak bermain layang-layang tetapi bermain
sepak bola maka rencana anak tersebut tidak terealisasi dan larutikut bermain layang- layang.
Ketika hujan turun, anak-anak tidak bermain layang-layang karena jika hujan turun maka layang-layang sulit naik ke udara, air hujan akan menyebabkan layang-
layang anak-anak menjadi rusaksobek. Jika angin bertiup tidak kencang, anak-anak biasanya sulit menaikkan layang-layang ke udara, hanya anak-anak yang
berpengalaman yang bisa menaikkan layang-layang ke udara jika angin bertiup tidak kencang. Jika angin bertiup sangat kencang sekali, anak-anak dengan mudah
menaikkan layang-layang yang dimiliknya ke udara, namun mereka menghindari jika layang-layang leyong. Angin yang bertiup sangat kencang berpotensi menyebabkan
benang yang digunakan menjadi lebih mudah putus. Sehingga anak-anak dalam
Universitas Sumatera Utara
106 permainan tradisional layang-layang lebih menyukai dan memilih angin bertiup
dengan sepoi-sepoi. Selama musim permainan tradisional layang-layang berlangsung, banyak jenis
dan motif layang-layang yang ditemukan terbang di udara. Anak-anak bisa memperkirakan kisaran harga layang-layang yang terbang di udara, seperti yang
diungkapkan Zadiken 12 tahun : “Layangan mahal atau enggak, dilihat dari motifnya atau besarnya.
Kalau motif layangan cantik dan ukurannya besar maka layangan itu layangan mahal”.
Layang-layang dengan ukuran yang besar dan motif yang indahrumit, menjadi pusat perhatian para pemain layang-layang. Bahkan layang-layang sejenis ini menjadi
korban bagi para pemain layang-layang. Jika anak-anak di lapangan sepak bola menemukan layang-layang yang sejenis itu, maka mereka berlomba-lomba
melagakan layangan mereka untuk mendapatkan layang-layang yang indah tersebut. Selain harganya yang mahal jika dijual kembali, layang-layang ini jika dimiliki oleh
anak maka anak tersebut mendapat pujian dari teman lainnya. Seorang anak yang yang berhasil mendapatkan layang-layang yang indah
tersebut maka anak-anak lainnya berlomba-lomba menawarkan harga layang-layang tersebut. Walaupun layang-layang tersebut belum sampai di daratan dan masih
berusaha diturunkan dari udara, anak-anak sudah memberikan sejumlah tawaran harga. Keadaan ini menunjukkan, begitu antusiasnya anak-anak hendak memiliki
layang-layang bagus. Tawaran yang lebih tinggilah yang menjadi harga dari layang- layang yang didapatkan saat berlaga di udara.
Universitas Sumatera Utara
107 Jika hari sudah sore dan matahari mulai tidak menyinari lapangan sepak bola,
maka anak-anak memilih untuk tidak bermain lagi dan permainan akan dilanjutkan esok hari. Permainan tradisional layang-layang, sangat membutuhkan penerangan
dari matahari. Jika matahari tidak tampak maka anak-anak tidak bisa melihat posisi layang-layang di udara, oleh karena itu tidak pernah ditemukan permainaan layang-
layang dilakukan pada malam hari.
4.3 Permainan Memanjat Pohon Kelapa