Pengelompokan Anak-anak Bermain Secara Ekonomi

86 untuk ebrbaur. Kenyamanan adalah kunci utama bagi anak-anak dalam memilih dan menemukan teman bermain, seperti ungkapan Yoga 16 tahun : “Enak aja kalau diajak berteman, ngobrol. Kalau udah nyaman berteman dengannya yaudah main sama.” Hal ini didukung dari orangtua mereka, mereka tidak didoktrin dengan stereotype terhadap sukubangsa atau agama lain, orangtua tidak melarang anak-anaknya untuk bergaul dan berteman dengan orang lain yang memiliki latarbelakang yang berebeda seperti ungkapan Yoga 16 tahun : “Mainnya sama siapa terserah, bapak dan mamak hanya larang bermain sama anak nakap seperti anak yang mencuri, merokok dan memakai narkoba. Anak sekarang kan udah nakal-nakal kak”

3.4.1. Pengelompokan Anak-anak Bermain Secara Ekonomi

Permainan tradisional akan terasa dan terlihat seru jika bermain dengan bersama teman-teman yang lain, semakin banyak jumlah anak yang bermain maka suasana permainan tradisional akan semakin seru. Pengelompokan dalam bermain sering terjadi diantara mereka sering terjadi, pengolompokan ini sering tidak disadari oleh mereka. Anak-anak yang bermain bersama berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan menengah keatas, dalam persepsi kita sering kita berpikir bahwa anak- anak akan bermain sesuai dengan golongan atau kategori ekonomi mereka. Persepsi ini tidak terjadi pada anak-anak yang bermain di Kelurahan Padang Bulan dan kelurahan Titi Rantai, mereka memilih teman tidak berdasarkan golongan ekonomi seperti ungkapan Anyea 12 tahun : Universitas Sumatera Utara 87 “Aku gak pernah milih-milih kawan kak, mau dia kaya atau miskin tetap kukawani kok, yang penting dia gak nakal dan enak diajak berkawan tapi aku seringnya main sama kak indah karna rumah kami sampingan dan sekolah kamipun sama”. Berdasarkan dari ungkapan Anyea bahwa anak-anak yang berasal dari berbagai kalangan ekonomi berbaur dalam satu arena permainan. Namun anak-anak yang berasal dari kalangan menengah atas dapat diketahui ciri-cirinya adapun ciri-ciri tersebut antara lain pertama kulit dan pakaian tampak bersih, kedua peralatan bermain lengkap, bagus, unik, bermerek seperti sepeda yang bermerek dan layang- layang dengan motif yang indah dan sulit, ketig beberapa diantara mereka ditemani oleh orangtua dalam bermain sehingga orangtua dapat bermain dengan anak-anak dan yang kelima bahwa mereka lebih memilih dan sering bermain di depan, di halaman rumah. Ekonomi tidak menjadi faktor penghalang bagi anak-anak untuk bermain bersama dalam permainan tradisional. Posisi lapangan begitu strategis, lapangan berada di tengah-tengah Kelurahan Titi Rantai dan Kelurahan Padang bUlan. Posisi lapangna ini berada diantara jalan Rebab, jalan Marakas, jalan Terompet, jalan Harmonika, jalan Terompet, jalan Harmonika dan jalan Gendang sehingga anak-anak yang bertempat tinggal di jalan tersebut biasanya memilih tempat bermain di lapangan ini bukan hanya itu anak-anak dari kelurahan dan kecamatan lainnya bermain dilapangan ini. Pengolompokan anak- anak bermain biasanya didasarkan pada tempat tinggal dan sekolah yang sama seperti yang diungkapkan oleh Anyea diatas, hal senada juga diuungkapkan oleh Wahyu 11 tahun : Universitas Sumatera Utara 88 “Kawan-kawan ku yang main disini banyak kak, tapi aku lebih sering main sama anak-anak Mandolin, Rebab, Marakas karena rumahku kan dekat jalan itu kak., jadi kami sering jumpa dan akhirnya mainnya sama- sama”. Tempat tinggal yang sama dan berdekatan menjadi salah satu hal penentu bagi mereka barmain. Pengelompokan bermain yang sering terjadi pada anak-anak di kelurahan Padang Bulan dan kelurahan Titi Rantai didasarkan pada tempat tinggal dan sekolah yang sama, latarbelakang dan background setiap anak tidak menjadi pembeda dan penentu mereka saat bermai permainan tradisional. Penggabungan dua kelompok atau lebih dalam satu arena permainan jarang terjadi, mereka lebih senang dan asik bermain dengan kelompoknya sendiri. Hal ini terjadi dari dalam keinginan para anggota mau bergabung atau tidak dengan kelompok lain, tetapi dua kelompok ini sering bermain di lapangan ini maka biasanya membaur menjadi satu permainan, seperti yang perkataan Yoga 16 tahun : “Gak kenal kak, kalau sering jumpa main disini mungkin kami mau gabung main sama, ini jarang jumpa cemana mau main gabung”. Dari perkataan yang diungkapkan oleh Yoga dapat diketahui bahwa anak-anak yang belum saling mengenal sebelumnya jika sering ditemukan bermain dalam satu arena permainan, maka hubungan pertemanan akan terjalin. Selain faktor sering bertemu dalam satu arena permaian, faktor lain yang menjadi alasan penggabungan dua kelompoklebih adalah tergantung mood kedua kelompok, apakah akan bergabung bermain atau tidak. Seperti yang diungkapkan oleh Fikri 12 tahun : “Kalau mau gabung yah gabung kak, kalau gak mau gabung yaudah gak usah gabung”. Universitas Sumatera Utara 89 Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai delapan anak, di dalam kelompok tersebut pasti memiliki satu orang anak yang berpengaruh dalam kelompok tersebut, dalam pengertian anak tersebut menjadi ketua bagi teman-teman lainnya yang tergabung dalam satu kelompok. Anak ini bisa menjadi ketua di dalam kelompoknya karena usia anak yang lebih tua dibanding dengan usia teman-temannya dan anak ini memiliki bakat dan kemampuan yang lebih dalam bermain dibanding teman- temannya, seperti memiliki kepiawaian dalam bermain bola, memanjat kelapa, memenangkan perlawanan layang-layang diudara dsb. Gambar 9 : Sekelompok anak Sumber : Dokumentasi Penulis Pada gambar 9 diatas terlihat sekelompok anak yang terdiri dari empat orang, anak-anak ini bertempat di jalan Bunga Kenanga. Ketua dari kelompok ini adalah anak yang memakai baju warna biru dan memakai topi yang bernama Yoga usia 16 tahun, anak yang memakai baju cokelat disamping Yoga bernama Abdi usia 12 tahun, anak yang memakai baju hitam dalam posisi berdiri bernama Fahmi usia 14 tahun Universitas Sumatera Utara 90 dan anak terakhir bernama Sally usia 14 tahun. Diantara keempat anak ini yang memiliki usia paling tua adalah Yoga ketua kelompok yang berumur 16 tahun. Diantara ke empat anak ini yang memiliki pengaruh didalamnya adalah Yoga. Ke empat anak ini memiliki keahlian yang berbeda-beda seperti Yoga memiliki keahlian bermain bola dan membuka kelapa dengan membuka mulut dan Sally memiliki keahlian dalam memanjat pohon kelapa. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda- beda dan tingkat kelas juga berbeda-beda, Yoga duduk dibangku tiga SMP, Fahmi duduk dibangku dua SMP, Abdi duduk dibangku enam SD dan Sally duduk dibangku dua SMP. Pengaruh Yoga dalam kelompok ini terlihat pada kondisi-kondisi tertentu seperti mengakhiri dan mengganti permainan, jika Yoga mengakhiri permaina dan ingin pulang maka teman-teman lainnya mengikutinya dan apabila Yoga ingin mengganti permainan dari permainan sepak bola kepermainan memanjat pohon kelapa. Walaupun Yoga adalah anak memiliki pengaruh diantara teman-temannya, tetapi dia menganggap dirinya sama dengan yang lainnya, dan Yoga tidak memperlakukan teman-temannya sebagai budak atau bahan suruan, sifat pertemanan mereka adalah demokratis bukan otoriter. Universitas Sumatera Utara 91 Gambar 10 : Kondisi Permainan anak-anak Simbol Keterangan Anak-anak Sepeda Pohon Kelapa Arena main bola Arena main layangan Kelompok A Kelompok B Kelompok C K Universitas Sumatera Utara 92 BAB IV JENIS PERMAINAN TRADISIONAL DI PERKOTAAN Seperti yang telah diketahui bahwa permainan tradisional diperkotaan sulit ditemukan selain itu jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan permainan tradisional di pedesaan, untuk satu jenis permainan tradisional paling lama musim sebulan, tetapi berbeda dengan permainan sepak bola. Permainan sepak bola dan sepeda selalu dimainkan oleh anak-anak di lapangan anak-anak tidak bisa memperkirakan jenis permainan yang akan musim selanjutnya, mereka hanya mengikuti situasi dan kondisi di arena permainan Adaupun permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak diperkotaan khususnya di Kecamatan Medan Baru adalah sebagai berikut :

4.1 Permainan Sepak Bola