4.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Mulai
Studi Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Perumusan Permasalahan dan Penetapan Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data Primer -Urutan Proses
-Waktui Proses Pengerjaan - Pemborosan
Pengumpulan Data Sekunder
-Data jenis dan jumlah produk -Jenis dan spesifikasi mesin dan peralatan
-Struktur organisasi, ruang lingkup bidang usaha -Waktu set up
Pengumpulan Data Pengolahan Data
Kesimpulan dan Saran Selesai
Identifikasi Kebutuhan Data Studi Literatur
Analisis Pemecahan Masalah
Gambar 4.3. Block Diagram Metodologi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data
Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Data jenis dan jumlah produk b.
Jam kerja dan jumlah tenaga kerja c.
Data bahan baku d.
Urutan Proses Sedangkan data primer yang didapat dalam penelitian ini antara lain:
a. Waktu Pengerjaan
b. Jenis-Jenis Pemborosan
c. Waktu Set Up
4.7.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: a.
Teknik kepustakaan, yakni membaca dan memahami buku-buku dan jurnal- jurnal yang berkaitan dengan penerapan metode Lean-Six Sigma.
b. Teknik dokumentasi, yakni memperoleh data perusahaan PT. Bina Karya
Logam Mandiri berupa dokumen-dokumen yang mendukung pengerjaan laporan dengan instrumen penelitian tabel pencatatan data.
c. Observasipengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan stopwatch
dan tabel pengumpulan data.
Universitas Sumatera Utara
d. Wawancara berupa tanya jawab dan diskusi kepada pihak perusahaan.
4.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Langkah-langkah umum pengolahan data secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Lean Six Sigma
Kelancaran Proses Produksi
Pengukuran Waktu Defenisi dan Pengukuran
Pemborosan
Produktivitas Operator dan Mesin
Gambar 4.4. Pengolahan Data Secara Umum
4.8.1. Pengukuran Waktu
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran waktu diuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuran waktu proses dengan menggunakan stopwatch.
2. Dilakukan uji keseragaman hasil pengukuran waktu proses tersebut dengan
melihat data yang berada di dalam batas kelas.
Universitas Sumatera Utara
3. Data hasil uji keseragaman waktu proses, selanjutnya dilakukan pengujian
kecukupan data untuk menentukan jumlah data pengamatan yang diambil.
= Data pengamatan ke-j j = 1,2,2,...,N
= Harga rata-rata N
=jumlah pengamatan pendahuluan N
= Jumlah pengamatan yang diperlukan 2.
Kemudian menentukan waktu terpilih Wt. 3.
Selanjutnya menentukan Waktu Normal dengan terlebih dahulu menghitung rating factor. Metode yang digunakan adalah westinghouse
Wn = Ws x Rf dimana Rf = 1 + Westinghouse factor Wn = Waktu Normal
Rf = rating factor 4.
Melakukan perhitungan Waktu Standar dengan terlebih dahulu menghitung Allowance.
Waktu Standard = Waktu Normal x
100 100
−���
Blok diagram perhitungan pengukuran waktu dapat dilihat pada Gambar 4.5. j
X
__
=
X
2 2
2
− =
∑ ∑
∑
X X
X N
s k
N
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5. Blok Diagram Pengukuran Waktu
Pengukuran Waktu Siklus
Uji Keseragaman Data
Uji Kecukupan Data Apakah Data
Seragam ?
Ya
Revisi Tabel Data Pengamatan
Tidak
σ 2
+ =
=
X BKA
σ 2
− =
=
X BKB
−
− =
∑ ∑
= =
1
2 1
1
N X
X
N i
j N
i j
σ
Penentuan Waktu Standar Penentuan Waktu Normal
Apakah Data Cukup
?
Ya Tidak
2 2
2
40
−
=
∑ ∑
∑
i i
i
x x
x n
N Penambahan Pengamatan
Universitas Sumatera Utara
4.8.2. Pendefenisian dan Pengukuran Waste
Langkah pertama yang dilakukan adalah memahami jenis waste dengan pengelompokan dan pendefenisian waste yang ada. Ada Sembilan jenis waste,
antara lain: -
Environmental, Health and Safety EHS, yakni jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip EHS. -
Defects, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau gagal produk barangjasa
- Overproduction, pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari
kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. -
Waiting, jenis pemborosan karena pekerjaan menunggu. -
Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, jenis pemborosan karena alokasi SDM tidak optimal.
- Transportation, jenis pemborosan karena transportasi berlebih sepanjang
value stream. -
Inventories, jenis pemborosan karena inventori berlebih. -
Motion, pemborosan yang terjadi karena pergerakan lebih banyak dari yang seharusnya sepanjang value stream.
- Excess processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah
proses yang lebih panjang dari yang seharusnya, atau adanya kegiatan operasi berganda.
Universitas Sumatera Utara
Setelah pendefenisian waste yang terdapat pada tinjauan pustaka, selanjutnya dilakukan pendefenisian pemborosan yang berkaitan dengan kinerja
operator dan mesin. Sehingga data yang dikumpulkan hanyalah pemborosan yang berkaitan dengan produktivitas operator dan mesin. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan metode checklist serta pengamatan langsung.
4.8.3. Pemecahan Masalah dan Peningkatan Performansi dengan Lean Six Sigma
Pengelompokan jenis pemborosan berdasarkan kategori, dan metode untuk eliminasi pemborosan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Klasifikasi Metode Eliminasi Pemborosan pada Lean
Kategori Pemborosan
Jenis Pemborosan
Pendekatan Reduksi
Pemborosan Metode
Peningkatan Kinerja
Fokus Peningkatan
Orang People
Process ing, Motion,
Waiting Manajemen
tempat kerja Workplace
management Penetapan
standar kerja, pengorganisasian
tempat kerja, Kaizen, 5S
Tata letak, pemasangan label, work instruction,
efesiensi, takt time, skill training, visual display
Kuantitas Quantity
Inventory, Moving
things, Making too
much Just In Time
Levelling, Kanban, Quick
Set Up , Preventive
Maintenance Work balance, WIP, lot
sizes, changeover analysis, preventive
maintenance analysis
Kualitas Quality
Fixing Defects Proofing, Autonomation
Detection, warning,
prediction, prevention,
Jidoka Fixture modification,
successive checks, limit switches, check sheets,
appropriate automated, asistance
Information Planning, Scheduling,
Execution Teknologi
Informasi berfokus
proses Plan,
Scheduling, Track,
Anticipate, Optimize
analsis antrian aliran bahan atau proses,
penjadwalan order berdasarkan elemen
proses, completion
Universitas Sumatera Utara
Lean Six Sigma merupakan salah satu aplikasi ilmu teknik untuk meningkatkan laju perusahaan, dimana kombinasinya dengan Six Sigma ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi dan di fokuskan pada persoalan lantai produksi. Lean Six Sigma merupakan penggabungan antara Lean dan Six Sigma dalam
upaya peningkatan kualitas di perusahaan. Adapun alasan yang mendasari adalah:
c. Lean berfokus pada minimasi pemborosan yang terjadi pada value stream,
namun tidak mampu memberi analisa dan kontrol secara statistik. d.
Six Sigma berfokus pada peningkatan kualitas namun kurang dalam upaya meningkatkan kecepatan proses secara dramatis ataupun mengurangi investasi.
4.8.4. Tahapan DMAIC pada Lean Six Sigma
Dalam mengerjakan suatu proyek yang berkaitan dengan Six Sigma atau berkaitan dengan perbaikan kualitas dikenal kerangka berpikir yang dinamakan
DMAIC Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Kerangka berpikir ini sangat penting agar permasalahan yang akan diselesaikan benar-benar akan
memberikan perbaikan yang menyeluruh kepada proses dan keuntungan perusahaan.
1. Tahap Define
Pada tahap ini dilakukan penggambaran proses produksi meliputi pemetaan diagram SIPOC, value stream mapping VSM, dan identifikasi masalah yang
dihadapi. Dalam diagram SIPOC menggambarkan informasi tentang supplier, input, process, output dan customer. Sedangkan pada VSM, menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
proses proses produksi secara menyeluruh perusahaan, dimana di dalamnya dapat dilihat apakah kegiatan yang dilakukan memberikan nilai tambah atau
tidak kepada pelanggan. 2.
Tahap Measure Pada tahap ini dilakukan perhitungan waktu silus, waktu normal dan waktu
baku, perhitungan metrik lean yang mencakup perhitungan manufacturing lead time, perhitungan process cycle effeciency, serta perhitungan process
lead time. Pada perhitungan waktu siklus dilakukan uji keseragaman data, uji kecukup
an data, dan perhitungan waktu normal dan waktu baku. Dalam perhitungan metrik lean, perhitungan manufacturing lead time digunakan untuk melihat
waktu yang dibutuhkan dari proses produksi awal sampai akhir berdasarkan lead time. Dalam perhitungan process cycle efficiency, ditujukan untuk
melihat perbandingan waktu antara kegiatan value added terhadap non-value added.
3. Tahap Analyze
Pada tahap analyze dilakukan perhitungan uji korelasi antar faktor-faktor independen terhadap faktor dependen, pembuatan diagram sebab akibat, dan
failure mode and effect analysis FMEA yang dijadikan sebagai alat untuk analisa hasil yang diperoleh pada tahap measure. Dalam pembuatan diagram
sebab akibat, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor produksi yang berpengaruh langsung terhadap pemborosan yang sudah ditetapkan.
Sedangkan dalam pembuatan diagram FMEA menjadi kesinambungan dari
Universitas Sumatera Utara
diagram sebab akibat, dimana setiap faktor pada diagram tersebut akan dianalisa lebih dalam lagi dengan FMEA.
4. Tahap Improve
Jenis pemborosan yang terjadi selama proses produksi pada tahap ini menggunakan metode 5S, yakni suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan tempat kerja, proses, dan produk dengan melibatkan operator yang bekerja selama proses produksi berlangsung.
Adapun 5S terdiri dari Seiri Sort, Seiton Stabilize, Seiso Shine, Seiketsu Standarize, Shitsuke Sustain.
5. Tahap Control
Untuk menjaga usulan perbaikan dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibuatkan suatu standar prosedur kerja yang mengatur operator, mesin dan
metode pada proses kerjanya. Berdasarkan hasil analisis yang nantinya telah dilakukan, maka usulan perbaikan yang dilakukan difokuskan dari sudut
pandang lean dan sudut pandang six sigma. Dari sudut pandang lean, dilakukan dengan melakukan estimasi peningkatan process cycle efficiency,
sedangkan dari sudut pandang six sigma mengacu pada peningkatan nilai sigma. Kedua sudut pandang ini tentu akan memberikan dampak pada
peningkatan produktivitas sumber daya produksi.
4.9. Evaluasi
Evaluasi melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan terhadap faktor pemborosan yang paling signifikan pada lantai produksi. Evaluasi ini dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dalam memberikan masukan yang sifatnya membangun kepada pihak perusahaan terhadap hasil perbaikan dan peningkatan produktivitas perusahaan.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian. Selain itu, peneliti memberikan saran yang
sifatnya membangun bagi perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas lantai produksi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk selanjutnya digunakan pada pengolahan data pada penelitian ini antara lain, yaitu data produktivitas perusahaan, data
waktu siklus tiap proses yang mencakup data waktu set-up, data penetapan rating factor dan Allowance operator, serta data atribut pemborosan yang terjadi selama
proses produksi.
5.1.1. Produk Orderan
Sebagaimana sebelumnya pada BAB II telah disebutkan bahwa perusahaan ini bergerak di bidang peleburan dan perbengkelan, dimana
perusahaan menjalankan proses produksi dengan adanya orderan dari konsumen. Beberapa produk yang pernah diproduksi oleh perusahaan ini antara lain ring,
sprocket8T,10T, 12T, kaki pompa, gear, mainshaft atau garbox, dan lain-lain. Pembuatan produk-produk ini sesuai dengan datangnya orderan. Oleh sebab itu,
yang menjadi objek penelitian adalah sprocketbelah dan garbox, dengan alasan pada saat waktu penelitian ini berlangsung, jenis produk yang sedang diproduksi
yaitu sprocketbelah dan garbox dan beberapa produk lainnya. Adapun jumlah permintaan kedua produk tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Jumlah Permintaan Produk Sprocketdan Garbox pada Desember 2013
No Produk
Jumlah Permintaan 1
SprocketBelah 250
2 Garbox
50 Sumber: PT. Bina Karya Logam Mandiri
5.1.2. Data Aliran Proses
Berikut ini adalah langkah-langkah proses yang dilewati bahan baku menjadi produk yang dihasilkan PT. BKLM yakni Sprocketbelah dan Garbox.
Diagram aliran proses pembuatan Sprocketbelah dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
Gambar 5.1. Diagram Aliran Proses Produksi Sprocket Belah
Universitas Sumatera Utara
Aliran proses produksi sprocketbelah pada Gambar 5.1 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bahan baku yang telah diterima dari supplier diterima dan disimpan di
penyimpanan sementara bahan baku berupa besi bekas dan serbuk besi. 2.
Order yang telah diterima oleh perusahaan kemudian diproses untuk memenuhi orderan konsumen.
3. Bahan baku berupa besi bekas dan serbuk besi diangkut ke bagian pelaburan
dengan hoist crane kemudian hasil leburan dimasukkan ke dalam cetakan sprocket yang telah disiapkan. Setelah beberapa menit, cetakan dibongkar dan
sprocket jadi dibersihkan dengan mesin pembersih. 4.
Sprocket yang telah bersih dibawa ke bagian perbengkelan tepatnya pada mesin bubut duduk WIP I
5. Sprocket hasil peleburan tersebut dibubut pada bagian atasnya terlebih dahulu
dengan mesin bubut duduk sesuai ketebalan yang telah ditentukan. 6.
Kemudian dibubut kembali bagian bawahnya dengan mesin yang sama. 7.
Pemindahan sprocket yang telah jadi ke mesin potong mesin potong as. 8.
Sprocket tersebut dibelah dengan dua menjadi dua bagian yang sama dengan mesin potong.
9. Sisi sprocket yang telah dipotong pertama, dipotong pada bagian ujung
sejauh 5 cm. 10.
Selanjutnya belahan sprocket lainnya dipotong 5 cm pada salah satu sisinya. 11.
Pemindahan sprocket yang telah dibelah ke mesin milling WIP II.
Universitas Sumatera Utara
12. Masing-masing sisi sprocket yang telah dibelah diberi irisan pada bagian
tengah pemotongan sudut tepi dengan mesin milling. 13.
Selanjutnya, masing-masing sisi tiap belahan sprocket diulir dengan mesin milling.
14. Kemudian masing-masing belahan disatukan dengan mur sesuai ukuran uliran
yang dibuat sebelumnya. 15.
Produk sprocket belah yang telah selesai disimpan di penumpukan produk sementara.
Diagram aliran proses pembuatan Garbox atau Mainshaft dapat dilihat pada Gambar 5.1 di bawah ini.
Gambar 5.2. Diagram Aliran Proses Produksi Garbox
Universitas Sumatera Utara
Aliran proses produksi garbox mainshaft pada Gambar 5.2 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bahan baku berupa besi stainless bulat yang telah diterima dari supplier
disimpan dibagian penumpukan bahan baku besi bulat didaerah perbengkelan. 2.
Penerimaan order dari konsumen diproses untuk segera dilakukan pembuatan produk orderan.
3. Bahan baku besi bulat stainless diangkut ke mesin potong dengan Crane
Hoist. 4.
Besi stainless tersebut dipotong sesuai ukuran panjang garbox atau mainshaft yang dipesan konsumen.
5. Pemindahan besi yang telah dipotong ke mesin bubut untuk proses
selanjutnya. 6.
Pembubutan besi stainless dengan diameter 11 cm sepanjang 18 cm dari pangkal besi tersebut Pembubutan I.
7. Pembubutan besi stainless dengan diameter 13 cm sepanjang 16 cm dari
ujung pembubutan sebelumnya Pembubutan II. 8.
Pembubutan besi stainless dengan diameter 11 cm sepanjang 22,5 cm dari ujung pembubutan sebelumnya Pembubutan III.
9. Pembubutan besi stainless dengan diameter 9,95 cm sepanjang 68,5 cm dari
ujung pembubutan sebelumnya Pembubutan IV. 10.
Pembuatan ulir pada bagian as besi yang telah dibubut dengan Set Up yang telah dilakukan sebelumnya.
11. Pengemasan garbox mainshaft dengan koran bekas pengepakan I.
Universitas Sumatera Utara
12. Selanjutnya dikemas dengan plastik tipis putih pengepakan II.
13. Disimpan produk garbox mainshaft yang telah dikemas di penyimpanan
produk sementara.
5.1.3. Data Mesin yang Digunakan
Terdapat beberapa mesin di lantai produksi terutama di bagian perbengkelan, namun tidak semuanya terlibat dalam proses produksi sprocket
belah ataupun garbox. Data mesin beserta operator masing-masing dapat dilihat pada Tabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2. Data Mesin dan Operator pada Proses Produksi Sprocket Belah dan Garbox
No Nama Mesin
Jumlah Unit Jumlah Operator
1 Mesin Bubut Duduk
1 1
2 Mesin Potong As
2 1
3 Mesin Drilling
1 1
4 Mesin Bubut Biasa
2 1
Sumber: PT. Bina Karya Logam Mandiri
5.1.4. Penilaian Rating Factor dan Allowance Operator 5.1.4.1. Rating Factor pada Operator Pembuatan Sprocket Belah
Terdapat beberapa operator yang terlibat dalam pembuatan sprocketbelah. Rating factor yang ditetapkan kepada operator masing-masing
tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Rating Factor pada Proses Pembuatan Sprocket Belah
No Jenis Proses MesinPeralatan
Faktor Rating
Kelas Skor
Total Skor
1 Persiapan dan
pengangkutan Crane Hoist
Keterampilan Good C2
+0.03 +0.05
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 2
Pembubutan bagian atas
Mesin Bubut Duduk
Keterampilan Good C2
+0.03 +0.05
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 3
Pemeriksaan hasil bubutan
dan logam dibalikkan
Crane Hoist Keterampilan
Good C2 +0.03
+0.05 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
4 Pembubutan
bagian bawah Mesin Bubut
Duduk Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
5 Pengankutan
dan Set Up awal
Crane Hoist Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
6 Pembelahan
Sprocket Mesin Potong
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 7
Pemotongan sisi pertama
sejauh 5 cm Mesin Potong
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00
8 Set Up dan
Pengangkutan ke
penumpukan sementara
- Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
9 Pemotongan
sisi kedua sejauh 5 cm
dari tepi Mesin Potong
Keterampilan Good C2
+0.03 +0.05
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Rating Factor pada Proses Pembuatan Sprocket Belah Lanjutan
No Jenis Proses MesinPeralatan
Faktor Rating
Kelas Skor
Total Skor
10 Set Up dan
Pengangkutan ke
penumpukan sementara
- Keterampilan
Good C2 +0.03
+0.05 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
11 Pengangkutan
dari area kerja ke mesin
Crane Hoist Keterampilan
Good C2 +0.03
+0.05 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
12 Pemotongan
sudut tepi Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.06
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Good C +0.02
Konsistensi Average D
0.00 13
Pembuatan ulir pada bagian
tengah Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.06
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Good C +0.02
Konsistensi Average D
0.00 14
Pengaitan kedua belahan
Sprocket dengan mur
- Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
15 Pengangkutan
ke penumpukan
sementara Crane Hoist
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00
5.1.4.2. Allowance pada Operator Pembuatan Sprocket Belah
Setiap operator yang bekerja tentu harus memilki kelonggaran atau Allowance selama bekerja. Allowance operator pembuatan sprocket belah
ditetapkan berdasarkan beberapa faktor yang telah ditetapkan. Allowance yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Allowance pada Operator Pembuatan Sprocket Belah
No Jenis Proses Faktor Allowance
Allowance Total
1 Persiapan dan
pengangkutan Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: cukup bising
1
2 Pembubutan
bagian atas Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: cukup bising
1
3 Pemeriksaan
hasil bubutan dan logam
dibalikkan Kebutuhan Pribadi: Pria
1
14 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
5 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: bising
1
4 Pembubutan
bagian bawah Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
6 Keadaan Temperatur: normal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Allowance pada Operator Pembuatan Sprocket Belah Lanjutan
No Jenis Proses Faktor Allowance
Allowance Total Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: bising 1
5 Pengankutan
dan Set Up awal
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
13 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
5 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: rendah bising
6 Pembelahan
Sprocket Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: cukup 1
Keadaan Lingkungan: rendah bising
7 Pemotongan
sisi pertama sejauh 5 cm
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: cukup 1
Keadaan Lingkungan: rendah bising
8 Set Up dan
Pengangkutan ke
penumpukan sementara
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
13 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Allowance pada Operator Pembuatan Sprocket Belah Lanjutan
No Jenis Proses Faktor Allowance
Allowance Total Kelelahan Mata: pandangan terputus-
putus 5
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: bising
9 Pemotongan
sisi kedua sejauh 5 cm
dari tepi Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: cukup bising
1
10 Set Up dan
Pengangkutan ke
penumpukan sementara
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
14 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
5 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: cukup bising
1
11 Pengangkutan
dari area kerja ke
mesin Kebutuhan Pribadi: Pria
1
14 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
5 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: bising
1 12
Pemotongan sudut tepi
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Allowance pada Operator Pembuatan Sprocket Belah Lanjutan
No Jenis Proses Faktor Allowance
Allowance Total Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: bising
1
13 Pembuatan
ulir pada bagian tengah
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: bisinf
1
14 Pengaitan
kedua belahan
sprocket dengan mur
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang hampir terus menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: cukup 1
Keadaan Lingkungan: rendah bising
15 Pengangkutan
ke penumpukan
sementara Kebutuhan Pribadi: Pria
1
14 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan terputus- putus
5 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: cukup 1
Keadaan Lingkungan: rendah bising
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.3. Rating Factor pada Operator Pembuatan Garbox
Terdapat beberapa operator yang terlibat dalam pembuatan Garbox. Berikut adalah rating factor yang ditetapkan kepada operator masing-masing
tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Rating Factor pada Operator Pembuatan Garbox
No Jenis Proses
MesinPeralatan Faktor
Rating Kelas
Skor Total
Skor 1
Persiapan dan pengangkutan
- Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.06 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
2 Pemotongan
bahan Mesin Potong
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.06
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Good C +0.02
Konsistensi Average D
0.00 3
Pemeriksaan dan
pengangkutan -
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 4
Pembubutan I Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 5
Pembubutan II
Mesin Bubut Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
6 Pembubutan
III Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 7
Pembubutan IV
Mesin Bubut Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Rating Factor pada Operator Pembuatan Garbox Lanjutan
No Jenis Proses
MesinPeralatan Faktor
Rating Kelas
Skor Total
Skor 8
Pengangkutan Mesin Potong
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 9
Penguliran bagian as
Mesin Bubut Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
10 Pengemasan I Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00 11
Pengemasan II
Mesin Bubut Keterampilan
Good C2 +0.02
+0.04 Usaha
Good C2 +0.02
Kondisi Kerja Average D
0.00 Konsistensi
Average D 0.00
12 Pengangkutan
ke penumpukan
sementara Mesin Bubut
Keterampilan Good C2
+0.02 +0.04
Usaha Good C2
+0.02 Kondisi Kerja
Average D 0.00
Konsistensi Average D
0.00
5.1.4.4. Allowance pada Operator Pembuatan Garbox
Setiap operator yang bekerja tentu harus memilki kelonggaran atau Allowance selama bekerja. Allowance ditetapkan berdasarkan beberapa faktor
yang telah ditetapkan. Allowance yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Allowance pada Operator Pembuatan Garbox
No Jenis Proses
Faktor Allowance Allowance Total
1 Persiapan dan
pengangkutan Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang terputus-putus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: bising
1
2 Pemotongan
bahan Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: rendah bising
3 Pemeriksaan
dan pengangkutan
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: rendah bising
4 Pembubutan I
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
16 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: cukup
1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Allowance pada Operator Pembuatan Garbox Lanjutan
No Jenis Proses
Faktor Allowance Allowance Total
Keadaan Lingkungan: rendah bising
5 Pembubutan
II Kebutuhan Pribadi: Pria
1
16 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: cukup
1 Keadaan Lingkungan: rendah bising
6 Pembubutan
III Kebutuhan Pribadi: Pria
1
16 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: cukup
1 Keadaan Lingkungan: rendah bising
7 Pembubutan
IV Kebutuhan Pribadi: Pria
1
16 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: cukup
1 Keadaan Lingkungan: rendah bising
8 Pengangkutan
Kebutuhan Pribadi: Pria 1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: normal
Kelelahan Mata: pandangan yang terputus-putus
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Allowance pada Operator Pembuatan Garbox Lanjutan
No Jenis Proses
Faktor Allowance Allowance Total
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: bising 1
9 Penguliran
bagian as Kebutuhan Pribadi: Pria
1
16 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: cukup
1 Keadaan Lingkungan: rendah bising
10 Pengemasan I Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: rendah bising
11 Pengemasan
II Kebutuhan Pribadi: Pria
1
15 Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan
6 Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki
1 Gerakan Kerja: agak terbatas
1 Kelelahan Mata: pandangan yang terus-
menerus 6
Keadaan Temperatur: normal Keadaan Atmosfer: baik
Keadaan Lingkungan: rendah bising
12 Pengangkutan
ke penumpukan
sementara Kebutuhan Pribadi: Pria
1 15
Tenaga yang dikeluarkan: sangat ringan 6
Sikap Kerja: berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan Kerja: agak terbatas 1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Allowance pada Operator Pembuatan Garbox Lanjutan
No Jenis Proses
Faktor Allowance Allowance Total
Kelelahan Mata: pandangan yang terus- menerus
6 Keadaan Temperatur: normal
Keadaan Atmosfer: baik Keadaan Lingkungan: rendah bising
5.1.5. Waktu Proses Produksi
Pengukuran data waktu proses dilakukan dengan metode stopwatch time study dengan pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali. Data waktu yang diukur
adalah data waktu siklus operator selama bekerja menyelesaikan satu siklus pekerjaan dalam masing-masing mesin yang digunakan. Data waktu siklus hasil
pengukuran pada proses produksi sprocket belah dapat dilihat pada Tabel 5.7. Data waktu siklus hasil pengukuran pada proses produksi garbox dapat dilihat
pada Tabel 5.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Waktu Siklus Proses Produksi Sprocket Belah
No Uraian Proses
Waktu Tahapan Proses Tahapan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Persiapan bahan baku untuk
membuat SprocketBelah menentukan bahan yang akan di
proses
1 0,50
0,50 0,50
0,50 0,50
0,50 0,50
0,50 0,50
0,50 2
Diangkut ke bagian pembubutan diangkut dengan hoist yg letaknya
tidak tetap 5,25
5,15 5,34
5,4 5,22
5,35 5,36
5,14 5,2
5,31 3
Bahan diukur sesuai spesifikasinya 2
1,46 1,4
1,34 1,38
1,32 1,29
1,34 1,29
1,38 1,25
4 Mesin di- Set Up Set Up pertama
3,22 3,2
3,34 3,25
3,4 3,37
3,21 3,23
3,35 3,38
5 Dibubut dengan mesin bubut duduk
pembubutan bagian atas 34,50 33,21 36,45 37,33 40,15 37,05 38,22 34,25 34,33 35,67
6 Diperiksa hasil bubutan secara
visual diukur dengan jangka sorong
3 0,15
0,15 0,15
0,15 0,15
0,15 0,15
0,15 0,15
0,15 7
Bagian bawah dibalikkan untuk dibubut
3,20 4,2
3,8 4,25
4,35 3,43
3,87 3,76
3,9 4,12
8 Mesin di- Set Up Set Up kedua
4 2,52
3,08 2,45
3,02 2,65
3,12 2,75
2,54 2,48
3,08 9
Dibubut dengan mesin bubut duduk kembali
33,30 34,67 35,33 36,25 38,24 35,05 39,15 38,33 35,45 35,21 10 Diletakkan hasil bubutan ke lantai
2,13 2,02
2,33 2,45
2,38 2,54
2,18 2,24
2,36 2,12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Waktu Siklus Proses Produksi Sprocket Belah Lanjutan
No Uraian Proses
Waktu Tahapan Proses Tahapan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Diangkut ke daerah kerja bagian pemotongan as
5 5,25
6,15 5,78
6,39 6,21
5,56 5,75
5,21 5,78
5,55 12 Set Up awal mesin pemotongan as
pelepasan fixture 1,10
1,12 1,09
1,15 1,16
1,06 1,19
1,12 1,14
1,15 13 Diangkut bahan yang akan dipotong
ke mesin potong as 6
0,73 0,8
0,82 0,75
0,72 0,84
0,78 0,74
0,81 0,77
14 Dipasang fixture kembali dan di set- up mesin sesuai ukuran potongan
pada sprocket 0,20
0,15 0,22
0,19 0,16
0,15 0,19
0,14 0,21
0,2 15 Dibelah sprocketmenjadi dua bagian
yang sama 8,54
8,75 8,95
9,33 8,63
8,9 9,56
10,12 9,55
8,58 16 Dilepaskan fixture pada mesin dan
di Set Up untuk pemotongan sprocket
7 0,43
0,24 0,35
0,28 0,38
0,44 0,46
0,41 0,25
0,33 17 Dipotong sisi pertama sepanjang 5
cm dari bagian ujung sprocket 9,10
8,89 8,97
10,12 10,05 8,92
9,45 9,78
9,34 9,25
18 Dilepaskan fixture 8
0,15 0,12
0,16 0,14
0,15 0,15
0,18 0,12
0,15 0,17
19 Diangkut sisi pertama yang telah dipotong ke bagian penumpukan
secara manual ke penumpukan sementara
0,50 0,65
0,54 0,78
0,82 0,52
0,62 0,74
0,56 0,52
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Waktu Siklus Proses Produksi Sprocket Belah Lanjutan
No Uraian Proses
Waktu Tahapan Proses Tahapan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
20 Di set-up mesin untuk pemotongan belahan kedua dengan fixture
9 1,25
1,54 1,33
1,29 1,72
1,35 1,56
1,67 1,49
1,54 21 Dipotong sisi kedua sepanjang 5 cm
dari bagian ujung sprocket 8,37
8,52 8,78
9,24 8,65
8,84 9,15
9,21 8,76
8,44 22 Dilepaskan fixture
10 0,10
0,12 0,12
0,15 0,14
0,12 0,16
0,13 0,17
0,12 23 Diangkut hasil potongan kedua ke
daerah penumpukan sementara dengan manual
0,50 0,38
0,44 0,64
0,54 0,58
0,65 0,62
0,55 0,55
24 Diangkut hasil sprocketyang telah dipotong ke daerah kerja mesin
bubut konvensional dengan hoist 11
11,10 10,58 10,78 10,65 11,12 11,08 10,82 10,77 10,92 10,74 25 Diangkut sprocketbelah dari daerah
penumpukan ke mesin bubut konvensional secara manual
2,15 2,12
2,35 2,45
2,33 2,16
2,28 2,18
2,24 2,26
26 Di set-up mesin untuk pemotongan sudut tepi
12 1,50
1,45 1,56
1,44 1,48
1,5 1,52
1,48 1,44
1,52 27 Dipotong sudut tepi
12,24 12,12 11,93 11,87 11,95 12,21 12,15 11,79 11,91 11,95 28 Dilepaskan fixture dan di set mesin
untuk pembuatan ulir pada sprocketbelah
13 1,35
1,15 1,38
1,27 1,4
1,42 1,25
1,36 1,22
1,24 29 Di ulir pada bagian tengah pada
ujung sprocket 5,20
4,98 5,32
5,38 5,42
5,18 5,12
5,34 5,24
5,22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Waktu Siklus Proses Produksi Sprocket Belah Lanjutan
No Uraian Proses
Waktu Tahapan Proses Tahapan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
30 Dilepaskan fixture dan diletakkan sprocketbelah di lantai kerja mesin
bubut 14
3,25 3,14
3,38 3,42
3,38 3,33
3,18 3,15
3,54 3,22
31 Dipasang mur untuk mengkaitkan kedua sisi sprocketbelah tersebut
15,38 14,78 14,98 14,85 15,12 15,22 14,89 14,97 14,86 15,25 32 Diangkut ke bagian penumpukan
sementara 15
2,45 2,33
2,44 2,35
2,38 2,45
2,29 2,41
2,36 2,32
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Waktu Siklus Proses Produksi Garbox
No Uraian Proses Produksi
Tahapan Proses
Waktu Tahapan Proses Menit 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 1
Persiapan bahan baku besi untuk membuat Garbox
1 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 2
Diangkut ke bagian pemotongan 5.25
5.31 5.2
5.14 5.36
5.35 5.22
5.4 5.34
5.15 3
Diukur besi sesuai ukuran dan diatur fixture penahan besi saat
pemotongan 2
4.35 3.72
3.97 3.93
4.22 4.38
4.1 4.26
3.81 4.21
4 Dipotong menggunakan mesin
potong 34.39 32.56 31.89 34.45 34.77 33.34 34.11 35.52 34.66
33.9 5
Dilepaskan fixture dan diangkut bahan ke penumpukan sementara
3 3.34
3.56 3.49
3.67 3.28
3.39 3.42
3.66 3.45
3.37 6
Diperiksa hasil pemotongan secara visual
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
7 Diangkut ke bagian pembubutan
4 3.45
3.55 3.63
3.52 3.48
3.38 3.59
3.33 3.6
3.47 8
Di set-up mesin untuk diameter besi 11 cm dan sepanjang 18 cm
3.35 3.28
3.22 3.18
3.32 3.21
3.33 3.37
3.25 3.28
9 Besi dibubut sepanjang 18 cm
dari pangkal dengan diameter 11 cm
35.38 36.45 37.12 37.71 37.43 35.11 34.89 35.78 36.31 35.22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Waktu Siklus Proses Produksi Garbox Lanjutan
No Uraian Proses Produksi
Tahapan Proses
Waktu Tahapan Proses Menit 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 10 Di set-up mesin untuk diameter
besi 13 cm dan sepanjang 16 cm 5
4.00 3.78
3.49 3.91
4.05 4.12
3.79 3.85
3.88 3.67
11 Besi dibubut sepanjang 16 cm dari bagian yang sudah dibubut
sebelumnya dengan diameter 13 cm
38.45 39.33 40.23 41.13 41.56 39.87 38.66 39.34 38.85 40.12 12 Di set-up mesin untuk diameter
besi 11 cm dan sepanjang 22,5 cm
6 5.11
5.12 5.65
5.35 5.32
5.78 5.34
5.77 5.54
5.62 13 Besi dibubut sepanjang 22,5 cm
dari bagian yang sudah dibubut sebelumnya dengan diameter 11
cm 50.12 50.89 52.11 53.46 50.44 54.13 53.51 52.61 53.43 51.78
14 Di set-up mesin untuk diameter besi 9,95 cm dan sepanjang 68,5
cm
7 5.55
5.22 5.43
5.23 5.67
6.02 5.77
5.32 5.21
5.66 15 Besi dibubut sepanjang 68,5 cm
dari bagian yang sudah dibubut sebelumnya dengan diameter 9,95
cm 61.07 64.44 63.78 65.33 61.88 62.78 64.12 63.66 62.43 61.55
16 Diperiksa hasil pembubutan secara visual
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
1.00 1.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Waktu Siklus Proses Produksi Garbox Lanjutan
No Uraian Proses Produksi
Tahapan Proses
Waktu Tahapan Proses Menit 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 17 Diangkut ke bagian penumpukan
sementara 8
2.12 1.98
2.23 2.44
2.34 2.54
2.37 2.26
2.37 2.31
18 Diangkut kembali ke mesin bubut untuk pembuatan ulir pada as
bahan 2.05
1.76 2.43
2.13 2.39
2.41 2.02
2.19 2.11
2.06 19 Di set-up mesin untuk pembuatan
ulir dengan diameter 2,25 cm 9
3.15 2.95
3.23 3.12
3.38 3.34
3.25 3.38
3.1 3.21
20 Di bubut pada bagian as besi untuk ulir pada garbox
7.08 7.45
7.62 7.23
7.11 7.34
7.38 7.12
7.22 7.29
21 Dilepas fixture dan diangkut ke penumpukan sementara
4.27 3.98
4.35 4.23
4.12 4.38
4.44 4.12
4.05 4.17
22 Dibungkus dengan kertas koran bekas seluruh badan garbox
10 15.14 15.76 16.44 16.78 14.67 15.24 14.78 15.06 15.33 14.69
23 Dibungkus dengan plastik tipis sebagai pembungkus kedua
11 20.55 22.45 24.14 23.56 22.59 21.06 20.75 20.43 21.44 21.12
24 Diangkut ke penumpukan sementara dan disimpan
12 5.02
4.66 4.88
4.7 4.76
4.9 4.58
4.82 4.72
4.64
Universitas Sumatera Utara
5.1.6. Data Atribut Kecacatan Produk
Pengumpulan data atribut kecacatan dalam penelitian ini yaitu jumlah kecacatan yang terjadi setiap hari pada proses produksi produk-produk tersebut.
Data kecacatan diperoleh dengan pengamatan langsung terhadap produk yang dihasilkan. Data atribut kecacatan pada produk sprocket belah yang telah
dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut. Sedangkan data atribut kecacatan pada produk gsarbox yang telah dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel
5.10 berikut.
5.1.7. Proses Menunggu pada Kegiatan Produksi
Proses menunggu pada lantai pabrik terlihat ketika terdapatnya satu operator yang menunggu output dari mesin lain untuk selanjutnya diproses pada
mesinnya. Pada proses produksi sprocket dan garbox, proses menunggu terjadi pada mesin potong as, yang menunggu bahan dari mesin bubut duduk., serta
mesin bubut biasa yang menunggu bahan dipotong dari mesin potong as. Namun, karena PT. BKLM ini bersifat job shop, yang artinya produk yang dihasilkan
beragam, sehingga proses menunggu dapat dihindari dengan memproses produk lainnya menunggu bahan sprocket atau garbox tersebut dapat diproses dengan
mesin yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, faktor proses menunggu tidak terlalu berpengaruh terhadap efesiensi lini produksi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Data Atribut Kecacatan Produk Sprocket Belah
No Tanggal
Total Produksi
Jenis Kecacatan Total
Cacat Persentase
Kecacatan Bergores
Berlobang Sompel 1
16122013 3
1 1
33.3333 2
17122013 2
3 18122013
2 1
1 50
4 19122013
3 5
20122013 2
6 21122013
3 7
22122013 2
1 1
50 8
23122013 2
9 24122013
3 10 27122013
3 1
1 33.3333
11 28122013 2
12 29122013 2
13 312014
4 14
412014 2
1 1
50 15
512014 2
16 612014
3 17
712014 3
18 812014
2 1
1 50
19 912014
2 20
1012014 2
21 1112014
3 1
1 33.3333
22 1212014
2 23
1312014 2
1 1
50 24
1512014 3
25 1612014
2 1
1 50
Total Produksi 61
- -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Data Atribut Kecacatan Produk Garbox
No Tanggal
Total Produksi
Jenis Kecacatan Total
Cacat Persentase
Kecacatan Bergores Berlobang
Sompel 1
16122013 2
2 17122013
1 1
100 3
18122013 2
4 19122013
1 5
20122013 2
6 21122013
1 7
22122013 2
1 1
50 8
23122013 1
9 24122013
2 10 27122013
1 11 28122013
2 12 29122013
1 13
312014 1
14 412014
2 15
512014 1
16 612014
2 17
712014 1
18 812014
2 1
1 50
19 912014
1 20
1012014 2
21 1112014
1 1
1 100
22 1212014
2 23
1312014 1
1 1
100 24
1512014 2
25 1612014
1 1
Total Produksi 37
- -
- -
-
5.1.8. Data Inventori Produk pada Proses Produksi
Terdapat beberapa produk yang disimpan di penyimpanan sementara produk yang telah jadi. Produk-produk tersebut terdapat beberapa macam jenis,
dengan kondisi yang beragam pula. Data inventori produk tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Data Inventori Produk
No Nama Produk
Jumlah Inventori Lama Penyimpanan
1 Roda Roli
30 unit 76 hari
2 Mur
54 unit 24 hari
3 Sprocket Bulat 12T
4 unit 65 hari
4 Sprocket Bulat 10T
5 unit 70 hari
5 Sprocket Bulat 8T
18 unit 13 hari
6 Kopling
2 unit 8 hari
7 Roda Gigi
21 unit 5 hari
8 Kopling kecil
35 unit 8 hari
9 Ring
40 unit 6 hari
10 Plat Cutter
30 unit 12 hari
Sumber: PT. Bina Karya Logam Mandiri
5.1.9. Data Atribut Motion Gerakan Berlebihan
Motion merupakan salah satu non value added activity yang diteliti, dimana gerakan-gerakan yang tidak perlu selama proses produksi diamati dan
dituliskan dalam bentuk checklist. Pada checklist ini, setiap proses produksi yang diamati, apabila terdapat kegiatan NVA, maka akan masuk ke dalam checklist
yang telah disediakan sebelumnya. Adapun kegiatan NVA yang telah ditentukan yaitu Mencari partalat, Meraih material, Memeriksa, Menumpuk, Operator
berpindah. Namun, beberapa elemen dari faktor ini sudah termasuk ke dalam kegiatan pemborosan seperti transportasi dan proses berlebih, sehingga pada
faktor ini hanya diteliti kegiatan mencari part alat dan meraih material.
5.1.9.1. Data Atribut Motion Proses Produksi Sprocket Belah
Hasil pengamatan NVA selama proses produksi sprocket belah dalam bentuk checklist dapat diamati pada Tabel 5.12 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Data Motion pada Produksi Sprocket Belah
No Tahapan
Kegiatan Jumlah
NVA Mencari
PartAlat Meraih
Material 1
I -
✓ 1
2 ✓
✓ 2
3 II
- -
4 ✓
- 1
5 -
✓ 1
6 III
✓ -
1 7
✓ ✓
2 8
IV ✓
- 1
9 -
✓ 1
10 ✓
✓ 2
11 V
✓ ✓
2 12
✓ -
1 13
VI ✓
✓ 2
14 ✓
- 1
15 -
- 16
VII ✓
✓ 2
17 -
- 18
VIII ✓
- 1
19 -
✓ 1
20 IX
✓ ✓
2 21
- -
22 X
✓ -
1 23
✓ ✓
2 24
XI ✓
✓ 2
25 -
✓ 1
26 XII
✓ -
1 27
- -
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Data Motion pada Produksi Sprocket Belah
No Tahapan
Kegiatan Jumlah
NVA Mencari
PartAlat Meraih
Material 28
XIII ✓
✓ 2
29 -
- 30
XIV ✓
✓ 2
31 ✓
✓ 2
32 XV
✓ ✓
2 Jumlah
Non Value Added Activity 39
5.1.9.2. Data Atribut Motion Proses Produksi Garbox
Hasil pengamatan NVA selama proses produksi garbox dalam bentuk checklist dapat diamati pada Tabel 5.13 berikut.
5.1.10. Data Atribut Transportasi pada Proses Produksi
Transportasi juga merupakan salah satu Non Value Added Activity NVA yang diteliti selama proses produksi produk. Transportasi yang diteliti yakni
perpindahan yang terjadi pada material dan operator sehingga menimbulkan waktu penanganan material bertambah. Data atribut transportasi ini dituliskan
dalam bentuk checklist.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Data Motion pada Produksi Garbox
No Tahapan
Kegiatan Jumlah
NVA Mencari
PartAlat Meraih
Material 1
I -
✓ 1
2 ✓
✓ 2
3 II
✓ ✓
2 4
- -
5 III
✓ ✓
2 6
- -
7 IV
✓ ✓
2 8
✓ ✓
2 9
- -
10 V
✓ ✓
2 11
- -
12 VI
✓ ✓
2 13
- -
14 VII
✓ ✓
2 15
- -
16 -
- 17
VIII ✓
✓ 2
18 ✓
✓ 2
19 IX
✓ ✓
2 20
- -
21 ✓
✓ 2
22 X
✓ ✓
2 23
XI ✓
✓ 2
24 XII
✓ ✓
2 Jumlah Non Value Added Activity
31
Universitas Sumatera Utara
5.1.10.1. Data Atribut Transportasi Produksi Sprocket Belah
Transportasi yang terjadi pada material ataupun operator selama proses produksi sprocket belah dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14. Data Motion pada Produksi Sprocket Belah
No Tahapan
Jenis Transportasi Keterangan
Perpindahan Material
Perpindahan Operator 1
1 -
✓ 2
✓ ✓
3 2
- -
4 -
✓ 5
- -
6 3
- ✓
7 -
✓ 8
4 -
✓ 9
- -
10 ✓
✓ 11
5 ✓
✓ 12
- ✓
13 6
✓ ✓
14 -
✓ 15
- -
16 7
- ✓
17 -
- 18
8 -
✓ 19
✓ ✓
20 9
- ✓
21 ✓
- 22
10 -
✓ 23
✓ ✓
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.14. Data Motion pada Produksi Sprocket Belah Lanjutan
No Tahapan
Jenis Transportasi Keterangan
Perpindahan Material
Perpindahan Operator
24 11
✓ ✓
25 ✓
✓ 26
12 -
✓ 27
- -
28 29
13 -
- ✓
- 30
14 ✓
✓ 31
- ✓
32 15
✓ ✓
Jumlah Total 8
30 : Operator mengambil alat hoist crane dan membawa ke daerah kerja
5.1.10.2. Data Atribut Transportasi Produksi Garbox
Transportasi yang terjadi pada material ataupun operator selama proses produksi garbox dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut.
5.1.11. Data Atribut Proses Berlebihan pada Proses Produksi
Data atribut untuk proses berlebihan selama proses produksi dikumpulkan dalam bentuk checklist sama seperti pengumpulan pengamatan
sebelumnnya, dengan tujuan untuk mempermudah peneliti. Atribut proses berlebihan yang dimaksud adalah segala kegiatan yang bukan VA, melainkan
NVA antara lain inspeksi dan storage atau penumpukan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15. Data Transportasi pada Produksi Garbox
No Tahapan Jenis Transportasi
Keterangan Perpindahan
Material Perpindahan
Operator 1
1 -
✓ 2
✓ ✓
3 2
- ✓
4 -
- 5
3 ✓
✓ 6
- -
7 4
✓ ✓
8 -
✓ 9
- -
10 5
- ✓
11 -
- 12
6 -
✓ 13
- -
14 7
- ✓
15 -
- 16
- -
17 8
✓ ✓
18 ✓
✓ 19
9 -
✓ 20
- -
21 ✓
✓ 22
10 -
✓ 23
11 -
✓ 24
12 ✓
✓ Jumlah Total
7 23
: Operator mengambil alat hoist crane dan membawa ke daerah kerja
Universitas Sumatera Utara
5.1.11.1. Data Atribut Proses Berlebihan Produksi Sprocket Belah
Data atribut proses berlebihan selama produksi sprocket belah dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut.
Tabel 5.16. Data Proses Berlebih pada Produksi Sprocket Belah
No Tahapan
Jenis NVA Inspeksi
Penumpukan 1
1 ✓
- 2
- -
3 2
- -
4 ✓
- 5
✓ -
6 3
✓ -
7 -
8 4
✓ -
9 ✓
- 10
- ✓
11 5
- ✓
12 -
- 13
6 -
14 ✓
- 15
- -
16 7
✓ -
17 ✓
- 18
8 -
- 19
- ✓
20 9
✓ -
21 ✓
- 22
10 -
- 23
- ✓
24 11
- ✓
25 -
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.16. Data Proses Berlebih pada Produksi … Lanjutan
No Tahapan
Jenis NVA Inspeksi
Penumpukan 26
12 ✓
- 27
✓ -
28 13
✓ -
29 -
- 30
14 -
- 31
- -
32 15
- ✓
Total 14
6
5.1.11.2. Data Atribut Proses Berlebihan Produksi Garbox
Data atribut proses berlebihan selama produksi sprocket belah dapat dilihat pada Tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17. Data Proses Berlebih pada Produksi Garbox
No Tahapan
Jenis NVA Inspeksi
Penumpukan 1
1 ✓
- 2
- -
3 2
✓ -
4 ✓
- 5
3 -
✓ 6
✓ -
7 4
- ✓
8 ✓
- 9
✓ -
10 5
✓ -
11 ✓
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. Data Proses Berlebih pada Produksi … Lanjutan
No Tahapan
Jenis NVA Inspeksi
Penumpukan 12
6 ✓
- 13
✓ -
14 7
✓ -
15 ✓
- 16
✓ -
17 8
- ✓
18 -
- 19
9 ✓
- 20
✓ -
21 -
✓ 22
10 ✓
- 23
11 ✓
- 24
12 -
✓ Jumlah Total
16 5
5.1.12. Jumlah Produk yang Dihasilkan
Untuk melihat tingkat korelasi antara faktor-faktor pemborosan terhadap produktivitas kinerja operator dan mesin, maka perlu diketahui jumlah produksi
selama periode tertentu. Data jumlah produk sprocket belah dan garbox yang dihasilkan lantai produksi selama 10 hari dapat dilihat pada Tabel 5.18 dibawah
ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.18. Jumlah Produk yang Dihasilkan
No Tanggal
Produksi Sprocket
Belah Garbox
1 16122013
3 2
2 17122013
2 1
3 18122013
2 2
4 19122013
3 1
5 20122013
2 2
6 21122013
3 1
7 22122013
2 2
8 23122013
2 1
9 24122013
3 2
10 27122013
3 1
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Tahap Define
Pada tahap ini merupakan penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan produktivitas sumber daya produksi khususnya pada operator dan mesin di lantai
pabrik. Pada tahap define, yang akan dijelaskan adalah diagram SIPOC dan value stream mapping VSM.
5.2.1.1. Diagram SIPOC
Diagram SIPOC menggambarkan informasi mengenai supplier, input, process, output, dan customer yang terlibat dalam proses produksi jenis produk
yang diinginkan oleh konsumen.
Universitas Sumatera Utara
a. Diagram SIPOC Sprocket Belah
Elemen-elemen yang terlibat dalam diagram SIPOC produk sprocket belah adalah sebagai berikut:
1. Supplier
: Bagian Peleburan 2.
Input : Sprocket bulat dan cairan pendingin
3. Process
: Dibubut bagian atas sprocket bulat, dibubut bagian bawah, dibelah sprocket, dipotong sisi pertama 5 cm dari
ujung, dipotong sisi kedua 5 cm dari ujung, dipotong sudut tepi, diulir pada bagian tengah, dipasang atau disatukan
dengan mur. 4.
Output : Sprocket Belah
5. Customer
: Penyimpanan Sementara
Universitas Sumatera Utara
Bagian Peleburan Sprocket Bulat
Cairan Pendingin Dibubut bagian
atas procket bulat Dibubut bagian
bawah sprocket bulat
Dibelah sprocket Dipotong sisi
pertama 5 cm dari ujung
Dipotong sisi kedua 5 cm dari
ujung Dipotong sudut
tepi Diulir pada bagian
tengah Dipasang mur
Sprocket Belah Penyimpanan
Sementara
SUPPLIER INPUT
PROCESS OUTPUT
COSTUMER
Gambar 5.3. Diagram SIPOC pada Produk Sprocket Belah
b. Diagram SIPOC Garbox