Tahap Analyze Perhitungan Process Life Effeciency

Tabel 5.28. Value Added dan Non Value Added Time Process Produksi Garbox No Aktivitas-aktivitas Value Added Time Non Value Added Time 1 Persiapan dan pengangkutan 7.822 2 Pemotongan bahan 47.456 3 Pemeriksaan dan pengangkutan 5.461 4 Pembubutan I 53.138 5 Pembubutan II 53.991 6 Pembubutan III 71.448 7 Pembubutan IV 86.186 8 Pengangkutan 5.446 9 Penguliran bagian as 18.207 10 Pengemasan I 18.829 11 Pengemasan II 26.684 12 Pengangkutan ke penumpukan sementara 5.834 Total Waktu 375.939 24.562 Total Waktu Keseluruhan 400.50 menit Perhitungan process cycle efficiency adalah sebagai berikut: Process cycle efficiency produk sprocket belah = ��� ����� ����� ���� ����� ���� ���� = 185.01 ����� 225.94 ����� = 81.88 Process cycle efficiency produk garbox = 375.94 ����� 400.50 ����� = 93.86

5.2.3. Tahap Analyze

Pada tahap ini dilakukan uji korelasi terlebih dahulu untuk menentukan seberapa besar korelasi antara faktor penyebab dengan faktor-faktor yang ditujukan. Uji korelasi dilakukan terhadap 10 periode jumlah produk yang Universitas Sumatera Utara dihasilkan dengan 10 periode jumlah atribut periode jumlah pemborosan yang terjadi selama proses produksi berlangsung.

5.2.3.1. Data Variabel Pemborosan yang Digunakan pada Uji Korelasi

Data variabel pemborosan diambil sebanyak 10 periode untuk melihat tingkat korelasi terhadap produktivitas operator dan mesin. Produktivitas ini diukur dari jumlah produksi sprocket belah dan garbox. Hal ini dikarenakan, produktivitas berbanding lurus dengan jumlah output yang dihasilkan. 1. Data produk yang dihasilkan selama kurun waktu 10 periode dapat dilihat pada Tabel 5.29 berikut. Tabel 5.29. Data Produk yang Dihasilkan dalam 10 Periode No Tanggal Produksi Sprocket Belah Garbox 1 16122013 3 2 2 17122013 2 1 3 18122013 2 2 4 19122013 3 1 5 20122013 2 2 6 21122013 3 1 7 22122013 2 2 8 23122013 2 1 9 24122013 3 2 10 27122013 3 1 Universitas Sumatera Utara 2. Data kecacatan produk menunjukkan jumlah produk yang memiliki kecacatan yang dihasilkan selama 10 periode dapat dilihat pada Tabel 5.30 berikut. Tabel 5.30. Data Kecacatan Produk No Tanggal Sprocket Belah Garbox 1 16122013 2 1 2 17122013 2 3 18122013 2 4 19122013 1 5 20122013 1 1 6 21122013 2 7 22122013 1 1 8 23122013 9 24122013 1 1 10 27122013 1 1 3. Data inventori yang terdapat di lantai produksi dapat dilihat pada Tabel 5.31 berikut. Tabel 5.31. Data Inventori pada Lantai Produksi Pabrik No Nama Produk Jumlah Inventori 1 Roda Roli 30 2 Mur 54 3 Sprocket Bulat 12T 4 4 Sprocket Bulat 10T 5 5 Sprocket Bulat 8T 18 6 Kopling 2 7 Roda Gigi 21 8 Kopling kecil 35 9 Ring 40 10 Plat Cutter 30 Universitas Sumatera Utara 4. Data gerakan-gerakan berlebihan dari operator ketika melakukan produksi selama 10 periode dapat dilihat pada Tabel 5.32 berikut. Data berikut merupakan penjumlahan setiap gerakan yang tidak perlu yang dilakukan oleh operator yaitu kegiatan mencari part alat dan meraih material. Tabel 5.32. Data Excess Motion pada Proses Produksi No Sprocket Belah Garbox 1 39 31 2 38 31 3 38 31 4 39 29 5 37 30 6 39 30 7 39 31 8 38 31 9 38 30 10 39 29 5. Data transportasi yang terjadi selama proses produksi selama 10 periode dapat dilihat pada Tabel 5.33 berikut. Data variabel berikut merupakan penjumlahan kegiatan transportasi yang terjadi setiap satu siklus proses selama 10 periode produksi. Variabel kegiatan transportasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu perpindahan material dan perpindahan operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.33. Data Transportasi pada Proses Produksi Sprocket Belah No Sprocket Belah Garbox 1 38 30 2 36 28 3 37 29 4 36 29 5 38 30 6 37 30 7 37 30 8 36 28 9 37 28 10 38 30 6. Data proses berlebih, yakni kegiatan-kegiatan operasi yang tidak perlu selama proses produksi berlangsung. Proses berlebih ini terdiri dari dua proses yaitu kegiatan inspeksi dan menumpuk. Berikut adalah penjumlahan kegiatan inspeksi dan menumpuk selama satu siklus proses dalam 10 periode proses produksi yang dapat dilihat pada Tabel 5.34. Tabel 5.34. Data Proses Berlebih pada Proses Produksi Sprocket Belah No Sprocket Belah Garbox 1 21 21 2 19 20 3 19 21 4 20 19 5 19 19 6 21 18 7 21 20 8 20 20 9 20 19 10 19 20 Universitas Sumatera Utara 7. Data berikut ini merupakan penjumlahan waktu proses selama satu siklus produksi, dalam 10 periode yang dapat dilihat pada Tabel 5.35 berikut. Tabel 5.35. Data Waktu Proses Produksi Produk No Sprocket Belah Menit Garbox Menit 1 177.07 316.19 2 177.76 321.2 3 182.7 327.53 4 188.11 333.2 5 192.27 325.14 6 183.83 325.07 7 189.93 322.42 8 184.89 324.25 9 181.59 323.1 10 181.68 319.49

5.2.3.2. Uji Korelasi

Setelah data-data diatas diperoleh, selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk melihat hubungan yang paling signifikan terhadap faktor independen yakni jumlah output, dimana produktivitas lantai produksi berbanding lurus dengan jumlah produk yang dihasilkan, dengan kata lain semakin bertambah produk yang dihasilkan dalam satuan waktu yang telah ditentukan, maka produktivitas lantai produksi tentu akan meningkat. Rumus yang digunakan untuk uji korelasi ini adalah sebagai berikut: � �� = � ∑ � � � � – ∑ � � ∑ � � ��� ∑ � � 2 − ∑ � � 2 �[� ∑ � � 2 − ∑ � � 2 ] Universitas Sumatera Utara 1. Korelasi antara kecacatan produk terhadap jumlah produk a. Korelasi antara kecacatan produk terhadap jumlah produk sprocket belah Dimana: x = Jumlah produk cacat y = Jumlah produk sprocket belah Tabel 5.36. Korelasi Kecacatan dengan Jumlah Produk Sprocket No Total Cacat x i Sprocket Belah y i x i .y i x i y 2 i 2 1 2 3 6 4 9 2 2 4 3 2 2 4 4 4 4 3 9 5 1 2 2 1 4 6 3 9 7 1 2 2 1 4 8 1 2 2 1 4 9 1 3 3 1 9 10 1 3 3 1 9 Total 9 25 22 13 65 � �� = � ∑ � � � � – ∑ � � ∑ � � ��� ∑ � � 2 − ∑ � � 2 �[� ∑ � � 2 − ∑ � � 2 ] � �� = 10 � 22 − 9 � 25 �|10�9 − 169 |[10�65 − 625] � �� = -0142 Dari hasil perhitungan uji korelasi antara jumlah kecacatan produk terhadap jumlah produk yang dihasilkan, disimpulkan bahwa nilai korelasi antara kedua variabel tidak terlalu kuat dan berhubungan negatif, yang artinya semakin banyak jumlah produk cacat, semakin sedikit jumlah produk yang dihasilkan. Metode perhitungan yang sama juga dilakukan terhadap jumlah kecacatan produk Universitas Sumatera Utara garbox sehingga diperoleh hasil uji korelasi seperti pada Tabel 5.37 sebagai berikut. Tabel 5.37. Rekapitulasi Uji Korelasi Faktor Pemborosan Atribut Pemborosan Korelasi Tehadap Produk Total Korelasi Sprocket Belah Garbox Kecacatan -0.142857143 -0.3162 -0.4591 Inventori -0.153896429 -0.08 -0.2339 Motion 0.581318359 0.34412 0.92544 Transportasi 0.25819889 0.22942 0.48761 Proses Berlebih 0.149071198 0.2 0.34907 Set Up -0.324738554 -0.2018 -0.5265 Dari hasil rekapitulasi uji korelasi diatas, diperoleh tiga faktor dengan korelasi yang paling tinggi, yakni Motion, Transportasi dan waktu Set Up. Ketiga faktor ini akan diteliti lebih lanjut, dengan mencari faktor penyebab ketiga pemborosan tersebut, dan akan diberikan perbaikan untuk mencapai kecepatan produksi yang lebih tinggi.

5.2.3.3. Fishbone Diagram Diagram Sebab-Akibat

Identifikasi penyebab faktor pemborosan yang terjadi di lantai produksi dapat dilakukan dengan diagram sebab akibat Fishbone diagram. Berdasarkan hasil uji korelasi, identifikasi dilakukan terhadap tiga faktor yang paling berpengaruh yakni motion, transportasi dan waktu set up. Pada faktor motion, faktor yang akan diteliti, adalah mencari partalat, meraih material. Sedangkan pada faktor transportasi, atribut yang akan diteliti antara lain perpindahan material dan operator. Dan selanjutnya pada faktor set up, yang diteliti adalah faktor yang mempengaruhi pada jenis pemborosan itu sendiri, dimana semua faktor ini dilihat Universitas Sumatera Utara hubungan sebab akibat, baik dari segi operator, material, lingkungan, metode, dan mesin yang mengakibatkan faktor pemborosan yang terjadi. Operator Material Lingkungan Metode Mesin Mencari Part Alat Tidak teliti Tidak konsisten Menumpuk di lantai Tidak ada group Operator mengobrol Redup pencahayaan Mengandalkan sinar matahari Kurangnya penggunaan lampu Tidak ada peletakan kembali Tempat alat tetap tidak ada Frekuensi set up tinggi Changover produk tinggi Tidak mengembalikan partalat ke tempat semula Gambar 5.8. Fishbone Diagram Atribut Mencari PartAlat pada Faktor Motion Operator Material Lingkungan Metode Mesin Meraih Material Terlalu santai bekerja Meletakkan jauh dari posisi kerja Tidak berada pada tempatnya Banyak tumpukan bahan baku lainnya Tidak ada target jumlah Allowance lantai produksi tinggi Jarak antar mesin cukup jauh Material dipindahkan sebahagian Kurangnya penjadwalan mesin Operasi satu-satu Keterbatasan kemampuan mesin Keterbatasan daerah kerja Gambar 5.9. Fishbone Diagram Atribut Meraih Material pada Faktor Motion Universitas Sumatera Utara Operator Material Lingkungan Metode Mesin Perpindahan Material Kebiasaan memindahkan Prosedur kerja tidak baik Harus dipindahkan dengan alat berat Letak material cukup jauh Tidak mengikuti prosedur Allowance lantai tinggi Lantai produksi cukup luas Langkah kerja tidak jelas Proses dilakukan satu per satu Kapasitas mesin hanya untuk 1 unit per periode Kurang pengawasan SOP tidak tersedia Material berat Gambar 5.10. Fishbone Diagram Atribut Perpindahan Material pada Faktor Transportasi Operator Material Lingkungan Metode Mesin Perpindahan Operator Tidak teliti Tidak konsisten Material harus diangkut Letak material cukup jauh Kejenuhan beraktivitas Jarak antar mesin jauh Lantai produksi cukup luas Tingginya material handling Urutan proses permesinan berbeda Waktu proses berbeda Posisi kerja selalu berubah Penggunaan alat material handling tinggi Gambar 5.11. Fishbone Diagram Atribut Perpindahan Operator pada Faktor Transportasi Universitas Sumatera Utara Operator Material Lingkungan Metode Mesin Waktu Set Up Tinggi Tidak teliti Tidak konsisten Ukuran material berbeda-beda Berat beban material berbeda-beda Kurang serius mengerjakan Tempat alat set up tidak di daerah mesin Beberapa mesin kurang pencahayaan Set up ganti setiap changeover product Waktu pemasangan jig dan fixture lama Fungsi ganda untuk banyak bahan Target produksi kurang jelas Tidak ada standar waktu set up Alat ukur sederhana Gambar 5.12. Fishbone Diagram Faktor Pemborosan Set Up

5.2.3.4. Failure Mode and Effect Analysis FMEA

FMEA merupakan suatu metode untuk mengetahui sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah. Pada penggunaan FMEA ini, dapat diketahui pembobotan dari setiap atribut seperti yang disebutkan pada diagram sebab- akibat. Pada FMEA sendiri, dilakukan penentuan bobot nilai efek kegagalan S, peluang kegagalan O, dan deteksi kegagalan D, dimana kesemua nilai ini dapat menentukan prioritas dengan nilai RPN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis