Memfasilitasi Pemda dalam Implementasi PPPPSP

Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi 11. Dalam meningkatkan perolehan DAK DAK sanitasi, Pemda KabupatenKota harus memiliki perencanaan yang baik dari dokumen RKPD, KUA PPAS hingga RKA SKPD di mana program kegiatannya tidak tumpang tindih dengan program kegiatan yang dibiayai oleh Pusat dana dekonTP, RPIJM PU.

9.4 Isu–isu Jangka Panjang

9.4.1 Meningkatkan Pendapatan dari Pajak Daerah dan Retribusi

Pajak Daerah Sejak desentralisasi diberlakukan di Indonesia, pendapatan pajak Pemerintah bagi daerah persentasenya tidak berubah, sehingga secara umum tidak cukup membiayai bertambahnya tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak Pemerintah Pusat, yang dikembalikan ke daerah sebesar 90 Pemda Provinsi 35,2 dan Pemda KabupatenKota 64,8, walaupun Pemda KabupatenKota mendapatkan pembagian sebesar itu namun karena PBB adalah pajak Pemerintah Pusat, penerimaan pajak masih harus disetor ke Pusat dulu. Di masa mendatang diharapkan ada perubahan kebijakan yang dapat mendukung Pemda dalam mengelola PBB sebagai salah satu pajak daerah, sehingga pendapatan daerah meningkat. Beberapa alasan mengapa PBB diharapkan menjadi pajak daerah adalah karena hal-hal sebagai berikut: • PBB akan memberikan tambahan pendapatan yang signiikan bagi Pemda KabupatenKota. • Pendapatan dari PBB relatif stabil dan dapat diprediksi. • Objek pajak dari PBB adalah aset tak bergerak, sehingga tidak dapat disembunyikan, hal ini aman apabila dikelola oleh Pemda KotaProvinsi. • Apabila PBB menjadi pajak daerah, Pemda akan terstimulasi untuk meningkatkan pengumpulannya. Apabila Pemda diperkenankan mengelola PBB sebagai pajak daerah, maka selain mendapatkan peluang pendapatan tambahan, Pemda juga kemungkinan dapat meningkatkan peluang dalam memberikan insentif pajak kepada investor yang akan berinvestasi di daerah. Agar Pemda mendapatkan peluang pendapatan pajak yang lebih tinggi, perlu upaya intensifikasi pajak–pajak daerah seperti pajak hotel dan pajak restoran –di mana pajaknya harus progresif sesuai dengan air limbah dan sampah yang dihasilkan. Saat ini secara umum pajak–pajak daerah tersebut besarnya adalah 10 dari pendapatan hotel dan restoran. Idealnya pajak–pajak ini dinaikkan menjadi 12,5-15 di masa mendatang. Retribusi Di masa yang akan datang, retibusi terkait sanitasi harus lebih diintensifkan, baik kenaikan tarifnya maupun manajemen pengelolaannya terutama cara pengumpulannya. Retribusi daerah ada yang terkait langsung dengan sanitasi ataupun yang berasosiasi dengan sanitasi. Retribusi yang terkait atau berasosiasi dengan sanitasi adalah yang dalam pengelolaan objeknya dapat ”disisihkan” untuk membangun atau merawat sarana sanitasi, pada objek utama penarikan retribusi. Bagi retribusi yang terkait langsung seperti Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan , Retribusi Penyedotan Kakus, dan Retribusi Pengolahan Limbah Cair, selain dinaikkan tarifnya dengan dukungan Perda secara progresif, dan mengandung unsur subsidi silang, juga cara penagihannya diintensifkan. Hal ini mengingat retribusi persampahan secara nasional baru mencapai 3 dari PAD, sedangkan retribusi terkait air limbah belum mencapai 1 dari PAD. Pemda harus lebih ‘menggali’ retribusi lain yang terkait maupun berasosiasi dengan sanitasi. Karena pada objek utama retribusi wajib disediakan sarana sanitasi. Namun dalam praktik berada pada wilayah abu-abu grey area karena belum ada peraturan yang secara ketat mengatur keberadaan sarana sanitasi pada objek–objek utama retribusi tersebut.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

8 121 130

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

4 84 143

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada PT Tirta Investama)

4 73 131

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

10 126 163

Tinjauan Yuridis Mengenai Prinsip Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibility) Di Indonesia Sehubungan Dengan Fiduciary Responsibilities Perusahaan Terhadap Para Pemegang Saham

3 44 131

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TANGGUNG. docx

0 0 10

Corporate Social Responsibility PRODUK

0 0 11