Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Seperti sudah dianalisis dalam studi terdahulu, pinjaman makin terhambat lagi karena banyaknya tunggakan, terutama oleh kota. Kota bertanggung jawab atas 80 dari total tunggakan pada akhir 2007. Selama tahun 2008,
banyak kemajuan dibuat dalam restrukturisasi utang PDAM, tapi hanya bunga yang tidak dibayarkan, namun demikian belum ada kemajuan terkait tunggakan Pemda.
Tabel 3 : Pinjaman dan Tunggakan Pemda dari sumber luar negeri tunggakan, akhir TA 2006 2007 Rp. juta
Pemda Jumlah
Pemda Total Pinjaman
Tuggakan 2006
2007 2006
2007 2006
2007 Nominal
Nominal Provinsi
7 9
172.052,5 137.178,4
1.241,6 0,5
1.511,9 0,6
Kabupaten
89 115
129.037,0 97.711,3
39.301,0 14,9
27.494,5 10,2
Kota 38
39 255.498,5
259.002,6 223.237,8
84,6 239.808,3
89,2
Total 134
163 556.587,9
493.892,3 263.780,4
100,0 268.814,7
100,0
Sumber: Depkeu, 2009
Selain kinerja pelunasan utang, masalah berikut banyak ditemukan terkait dengan penerusan pinjaman asing yaitu: Kelemahan dalam perencanaan dan penyiapan kegiatan, dan kurangnya koordiasi antara Pemerintah Pusat dan
• daerah terkait kegiatan yang akan dibiayai pinjaman,
Kurangnya minat Pemda terhadap pinjaman asing, atau dari manapun sumbernya, sejak diberlakukannya •
desentralisasi. Hal Ini ada kaitannya dengan prosedur pinjaman yang memakan waktu lama untuk memperolehnya, persetujuan DPRD harus diperoleh lebih dulu,
Sanksi ringan untuk Pemda yang melanggar Peraturan Pemerintah atau ketentuan dalam perjanjian pinjaman. •
Aplikasi di sektor sanitasi Tampaknya pinjaman dari Lembaga Pembiayaan Internasional IFI – lihat Lampiran 1, paragraf 1.4 akan sangat
terbatas pada kegiatan infrastruktur, kecuali untuk subsektor strategis seperti air bersih. Persyaratan umum yang dikenakan pada Pemda untuk pinjaman harus dipenuhi, yang sering sulit bagi Pemda, dan pemulihan biaya
masih tetap menjadi hambatan dalam sebagian besar kegiatan sanitasi.
Bantuan Berbasis Luaran Output-Based AidOBA Ini adalah insentif yang baru dan belum dicoba untuk meningkatkan akses ke sektor air minum, yang diusulkan
oleh Bank Dunia. Referensi bisa dilihat di Catatan Kerja WN 12 dari ISSDP 1. Donor melihat OBA menarik dan beberapa di antaranya, seperti International Finance Corporation IFC, salah satu bagian Bank Dunia yang membiayai
kegiatan komersialindustri, DGIS bantuan bilateral Belanda, AusAID Australia, SIDA Swedia dan Bank Dunia sendiri, memutuskan untuk melaksanakan kegiatan dengan mekanisme OBA.
Prinsip kerja OBA adalah bahwa donor menawarkan untuk membayar biaya kegiatan sanitasi kepada operator kegiatan sanitasi, jika ketentuan yang disepakati sebelumnya dipenuhi. Hal ini meliputi:
• Target memperluas layanan publik yang komersial ke rumah tangga berpenghasilan kecil; dan • Kriteria untuk mengukur eisiensi, inovasi dan pemanfaatan modal swasta.
Juga ada kriteria eligibilitas kondisi memenuhi syarat yang menuntut agar dipenuhi, seperti misalnya tipe kegiatan, tingkat dan mutu layanan, lokasi dan efisiensi biaya.
Akibatnya, banyak Pemda, termasuk hampir semua kota Mitra ISSDP 1, kurang berminat mendapatkan OBA kecuali Banjarmasin untuk PD PAL untuk kegiatan santasi mereka. Biayanya dan biaya operator harus dibayar lebih dulu
dan akan dikembalikandiganti jika semua ketentuan sudah dipenuhi. Hal ini dianggap sulit dari sudut pandang parameter keuangan sektor sanitasi. Dalam situasi seperti itu, para donor yang tergabung dalam Kelompok Donor
Sanitasi ingin memperjelas kepada Pemda mengenai tipe kegiatan sanitasi yang paling cocok dengan kriteria mereka untuk dibiayai, bagaimana usulan kegiatan harus diformat serta dirumuskan, dan informasi apa saja yang
bersifat wajib.