Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
9.4.2 Review Sistem Perencanaan
Mekanisme musrenbang dalam sistem perencanaan harus ditinjau ulang dan dibuat sedemikian rupa agar lebih sensitif terhadap isu pembangunan sanitasi. Walaupun mereformasi mekanisme yang ada akan cukup sulit, namun
hal ini sangat fundamental terhadap sistem perencanaan di Indonesia.
Selain musrenbang, sosialisasi dan integrasi strategi perencanaan pembangunan kota dengan program perencanaan kota perlu ditingkatkan, hingga mencapai level di mana hal–hal yang terdapat dalam SSK mudah
untuk diimplementasikan oleh kota. Sehingga setiap target dari program dan kegiatan menyangkut sanitasi dalam SKPD terkait mudah dicapai. Sinkronisasi antara SSK ke dalam dokumen perencanaan kota harus sudah dimulai
sejak penyusunan RKPD,Renstra SKPD dan Renja SKPD, KUA PPAS hingga RKA SKPD harus ‘dikawal’ oleh anggota Pokja guna memastikan bahwa prioritas pembangunan kota salah satu aspeknya menyangkut sanitasi.
Dalam penyusunan KUA dan PPAS oleh Kepala Daerah yang akan menjadi dasar penyusunan RKA SKPD, aspek sanitasi juga harus semaksimal mungkin berada didalamnya. Sebab, hadir tidaknya isu sanitasi dalam dokumen
KUA dan PPAS menujukkan tingkat komitmen Kepala Daerah terhadap aspek sanitasi secara luas. KUA merupakan dokumen yang dapat menjembatani arah kebijakan strategis kota dengan aspek perencanaan keuangan kota,
karena telah memuat aspek makro ekonomi dan implikasinya bagi anggaran kota dan telah disesuaikan dengan RKPD.
Gambar 9.1 Proses Penyusunan APBD
Sumber: Kementerian Dalam Negeri
SEPedoman Mendagri
Pembacaan Rancangan KUA
PPAS
Pembahasan Tim Anggaran
Pemda
Pembahasan Tim Anggaran
Pemda Pembahsan
RAPBD
Rancangan Awal Kerangka
Ekonomi Daerah
Pemutakhiran Data Proyeksi Ekonomi Fiskal
Pengesahan
Evaluasi Mendagri
Gubernur
RPJMDDok. Prc lainnya
Nota Kesepaka- tan KUA, Prioritas
plafon Raperda
ttg APBD
RAPBD dan Lampiran
RaPer KDH ttg Penjab
APBD
Perda ttg APBD
PerKDH ttg Penjab
APBD
Rancangan KUA PPAS
RaKer Pemerintah
Daerah
Pedoman Peny- usunan RKSKPD
KUA, prioritas Plafon
SE Prioritas Program
Indikasi Pagu
RENSTRA SKPD
RENJA SKPD
RKA SKPD
Draft DPASKPD
Lampiran RAPBD Himpu-
nan RKASKPD
DPASKPD
SPKD PPKD
TAPD KDH
DPRD D
epdag ri
P ro
vinsi Musrenbang
JANUARI - APRIL MEI - AGUSTUS
SEPTEMBER - DESEMBER PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan • Dari hasil identiikasi dan penelaahan berbagai sumber pendanaan di berbagai level pemerintahan maka
lemahnya koordinasi horizontal dan vertikal di KL dan SKPD menjadi penyebab utama sulitnya akses ke pendanaan sanitasi.
• Sektor sanitasi secara umum masih kurang menarik dan belum menjadi programkegiatan prioritas secara keuangan dan masih harus mengandalkan sumber pendanaan konvensional dari Pemerintah APBN dan
APBD. Kecuali untuk sanitasi skala kota yang dapat mengakses pendanaan dari investasi swasta, subsektor persampahan relatif lebih mudah mencari sumber pendanaannya.
• Dengan ‘sedikit terobosan dan inovasi’ serta dukungan semua pihak, terkait sumber pendanaan dari APBN dan APBD yang belum lazim digunakan untuk pembangunan infrastruktursanitasi, maka bukan mustahil
dapat mengakses pendanaan alternatif SILPA, dana cadangan, dekonTP, pinjaman, hibah donor melalui Pemerintah, dan hibah donor yang tidak melalui Pemerintah.
• Sumber–sumber pendanaan ‘inovatif’ yang telah dibentuk atau diinisiasi Pemerintah ‘hanya’ kurang ‘satu langkah lagi’ agar dapat diimplementasikan. Langkah–langkah yang diperlukan adalah pembentukan juklak
juknis, dan pembentukan institusi–institusi pendukung di daerah PPPPSP, BIP, lembaga penjamin, dan lembaga dana pembangunan masyarakat.
• Pembangunan sanitasi multitahun merupakan sanitasi skala besar yang dapat dibiayai fasilitas pinjaman yang bersumber dari donor luar negeri dan dari APBN. Selain pinjaman, sumber pendanaan multitahun adalah
investasi Pemerintah Pusat RPIJM dan dana cadangan.
Saran Dalam jangka pendek hingga menengah, beberapa rekomendasi untuk menjamin kelancaran sumber–sumber
pendanaan sanitasi adalah sebagai berikut: • Advokasi multistakeholder yang terus menerus, karena hal ini akan mempercepat pemahaman pihak–pihak
terkait mengenai aspek sanitasi secara utuh. Sehingga pada gilirannya akan memudahkan semua pihak ketika melakukan sinkronisasi dan koordinasi dengan pihak lain.
• Menaikkan anggaran sanitasi di tingkat pusat APBN menjadi 3
12
dari total belanja APBN dalam 2-3 tahun ke depan. Hal ini secara otomatis akan mengurangi secara signifikan permasalahan pembangunan sanitasi yang
ada saat ini. • Sementara itu di level Pemda, anggaran sanitasi dalam 2–3 tahun ke depan harus ditingkatkan menjadi rata–
rata sekitar 4-5 dari total belanja APBD. • Implementasikan SPM sanitasi secara konsisten di daerah.
• Lakukan kajian mendalam pembentukan PPK BLUD dan institusi pengelola dana sanitasi. • Sanitasi harus menjadi programkegiatan prioritas. Maka sanitasi harus masuk dalam dokumen-dokumen
perencanaan kota RPJMD, KUA, PPASS, dan lain-lain. Untuk jangka panjang, beberapa hal mendesak untuk menjadi prioritas Pemda dalam usaha mengakses sumber
pendanaan sanitasi adalah sebagai berikut: • Pemerintah Pusat dan Pemda bekerja sama merumuskan aturan investasi di daerah.
• Menggunakan dan mengaitkan sebagian dana PBB untuk pembangunan sanitasi. • Mendesak Pemprov untuk meningkatkan dana bagi hasil untuk ditransfer kepada Pemda.
• Kaitkan alokasi transfer dana pusat DAK,DAU, dan lain-lain dengan realisasi belanja sanitasi APBD • Mengondisikan SSK sebagai referensi utama dalam penyiapan dokumen-dokumen perencanaan daerah.
12 Dalam arahan Menteri PU yang merupakan KL penyumbang dana pembangunan fisik terbesar hingga kini, dalam KSN II, tanggal 8 Desember 2009, beliau berjanji akan menaikkan annggaran pembangunan sanitasi minimal 3 dari yang ada saat ini