Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan • Dari hasil identiikasi dan penelaahan berbagai sumber pendanaan di berbagai level pemerintahan maka
lemahnya koordinasi horizontal dan vertikal di KL dan SKPD menjadi penyebab utama sulitnya akses ke pendanaan sanitasi.
• Sektor sanitasi secara umum masih kurang menarik dan belum menjadi programkegiatan prioritas secara keuangan dan masih harus mengandalkan sumber pendanaan konvensional dari Pemerintah APBN dan
APBD. Kecuali untuk sanitasi skala kota yang dapat mengakses pendanaan dari investasi swasta, subsektor persampahan relatif lebih mudah mencari sumber pendanaannya.
• Dengan ‘sedikit terobosan dan inovasi’ serta dukungan semua pihak, terkait sumber pendanaan dari APBN dan APBD yang belum lazim digunakan untuk pembangunan infrastruktursanitasi, maka bukan mustahil
dapat mengakses pendanaan alternatif SILPA, dana cadangan, dekonTP, pinjaman, hibah donor melalui Pemerintah, dan hibah donor yang tidak melalui Pemerintah.
• Sumber–sumber pendanaan ‘inovatif’ yang telah dibentuk atau diinisiasi Pemerintah ‘hanya’ kurang ‘satu langkah lagi’ agar dapat diimplementasikan. Langkah–langkah yang diperlukan adalah pembentukan juklak
juknis, dan pembentukan institusi–institusi pendukung di daerah PPPPSP, BIP, lembaga penjamin, dan lembaga dana pembangunan masyarakat.
• Pembangunan sanitasi multitahun merupakan sanitasi skala besar yang dapat dibiayai fasilitas pinjaman yang bersumber dari donor luar negeri dan dari APBN. Selain pinjaman, sumber pendanaan multitahun adalah
investasi Pemerintah Pusat RPIJM dan dana cadangan.
Saran Dalam jangka pendek hingga menengah, beberapa rekomendasi untuk menjamin kelancaran sumber–sumber
pendanaan sanitasi adalah sebagai berikut: • Advokasi multistakeholder yang terus menerus, karena hal ini akan mempercepat pemahaman pihak–pihak
terkait mengenai aspek sanitasi secara utuh. Sehingga pada gilirannya akan memudahkan semua pihak ketika melakukan sinkronisasi dan koordinasi dengan pihak lain.
• Menaikkan anggaran sanitasi di tingkat pusat APBN menjadi 3
12
dari total belanja APBN dalam 2-3 tahun ke depan. Hal ini secara otomatis akan mengurangi secara signifikan permasalahan pembangunan sanitasi yang
ada saat ini. • Sementara itu di level Pemda, anggaran sanitasi dalam 2–3 tahun ke depan harus ditingkatkan menjadi rata–
rata sekitar 4-5 dari total belanja APBD. • Implementasikan SPM sanitasi secara konsisten di daerah.
• Lakukan kajian mendalam pembentukan PPK BLUD dan institusi pengelola dana sanitasi. • Sanitasi harus menjadi programkegiatan prioritas. Maka sanitasi harus masuk dalam dokumen-dokumen
perencanaan kota RPJMD, KUA, PPASS, dan lain-lain. Untuk jangka panjang, beberapa hal mendesak untuk menjadi prioritas Pemda dalam usaha mengakses sumber
pendanaan sanitasi adalah sebagai berikut: • Pemerintah Pusat dan Pemda bekerja sama merumuskan aturan investasi di daerah.
• Menggunakan dan mengaitkan sebagian dana PBB untuk pembangunan sanitasi. • Mendesak Pemprov untuk meningkatkan dana bagi hasil untuk ditransfer kepada Pemda.
• Kaitkan alokasi transfer dana pusat DAK,DAU, dan lain-lain dengan realisasi belanja sanitasi APBD • Mengondisikan SSK sebagai referensi utama dalam penyiapan dokumen-dokumen perencanaan daerah.
12 Dalam arahan Menteri PU yang merupakan KL penyumbang dana pembangunan fisik terbesar hingga kini, dalam KSN II, tanggal 8 Desember 2009, beliau berjanji akan menaikkan annggaran pembangunan sanitasi minimal 3 dari yang ada saat ini
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi