Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Keuntungan membentuk BLUD Karena BLUD dibentuk dengan tujuan tidak mengutamakan keuntungan, dan dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas, maka banyak memiliki kelebihan, terutama dalam hal fleksibilitas pembiayaan karena adanya subsidi Pemda. Apabila BLUD telah memiliki keuntungan, diperbolehkan untuk tidak langsung disetor ke kas Pemda.
Bahkan sistim pengadaan barang dan jasa BLUD juga dapat terpisah dari yang dilakukan Pemda. Keuntungan lainnya adalah, BLUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak swasta melalui skema KPS PPP dan PSP.
Ketentuan untuk membentuk BLUD Selain persayaratan substantif, teknis, dan administratif pasal 5, PP 612007, ada ketentuan lain seperti surat
pernyataan kesanggupan yang dibuat kepala SKPD dan diketahui sekretaris daerah untuk BLUD-SKPD, dan surat kesanggupan dari kepala unit kerja yang diketahui kepala SKPD untuk BLUD-Unit kerja. Persyaratan lainnya adalah
pola tata kelola, dan perencanaan bisnis dan keuangan, standar pelayanan minimal, dan laporan audit SKPD atau unit kerja. Studi kelayakan harus menganalisis kapasitas dan kemauan membayar dari calon pengguna. Jika hasil
perhitungan positif, maka bantuan keuangan masih diperlukan pada tahap awal operasi.
Pemerintah Pusat telah lama memfasilitasi dan senantiasa mendorong Pemda dalam pembentukan BLUD, karena BLUD hanya mengelola layanan publik, sementara aset tetap milik Pemda, maka potensi masalah dalam
kepemilikan aset tidak ada. Hal ini diperkuat melalui PP. No. 382008 yang menyatakan bahwa aset menjadi milik Pemda jika dana APBD dipakai untuk membangun atau membeli aset tersebut.
Selain itu, Pemerintah Pusat terutama Depdagri juga berkeinginan agar Pemda menggali potensi pembiayaan sanitasi tidak hanya dari APBD namun dari sumber lain menggunakan potensi daerahnya. Karena pembiayaan
melalui pembentukan BLUD tidak hanya bermanfaat bagi Pemda miskin, namun Pemda kaya pun mendapat banyak manfaat apabila membentuk BLUD.
Aplikasi di sektor sanitasi BLUD cocok untuk pembangunan ataupun pengelolaan sarana sanitasi perkotaan, karena kinerjanya dapat diukur
dengan lebih mudah dibandingkan pengukuran kinerja instansi Pemerintah SKPD. BLUD dapat menjadi cara yang tepat untuk memulai layanan sanitasi pada daerah yang belum terlayani, atau untuk meningkatkan sarana
sanitasi yang ada dan yang berbasis lembaga pengolahan air limbah. Walaupun kota sudah mempunyai PDAM, namun peraturan masih mengizinkan pembentukkan BLUD yang juga menyediakan layanan air bersih misalnya
untuk daerah pinggiran atau daerah tanpa pelanggan komersial.
BLUD sekarang dianggap sebagai sarana terbaik untuk mendapatkan hibah sanitasi dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Secara prinsip, konsep ini cocok menangani pembayaran transfer untuk pembangunan
infrastruktur sanitasi berbasis kelembagaan. Namun advokasi perlu dilakukan secara lebih luas, karena banyak Pemda tidak menyadari potensi BLUD fleksibilitas keuangan sehingga ragu-ragu untuk melaksanakan langkah-
langkah yang diperlukan untuk membentuk BLUD.
8.3.9 Hibah
Dalam PP Nomor 57 Tahun 2005 dan PMK No. 522006, yang dimaksud dengan Hibah adalah Peneriman Daerah yang berasal dari Pemerintah negara asing, badanlembaga asing, badan lembaga internasional, Pemerintah,
badanlembaga dalam negeri atau perorangan baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan ata jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Sumber-sumber Hibah diperoleh dari Dalam Negeri danatau Luar Negeri. Hibah yang bersumber dari dalam negeri bersumber dari: Pemerintah; Pemda lain; badanlembaga organisasi swasta dalam negeri; danatau
kelompok masyarakatperorangan. Sedangkan hibah yang bersumber dari luar negeri diperoleh dari lembaga institusi, negara bilateral; maupun multilateral; dan donor lain-nya.
Pemberian hibah kepada daerah yang sumbernya berasal dari pinjaman luar negeri akan didasarkan kepada peta kapasitas fiskal yang ditetapkan dalam peraturan Menkeu. Peta kapasitas fiskal daerah menggambarkan
kemampuan keuangan masing masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD dan jumlah penduduk miskin. Peta kapasitas fiskal digunakan untuk menentukan besaran pemberian hibah kepada daerah
yang ditetapkan oleh Menkeu setelah berkoordinasi dengan Menteri pada KL terkait.
Prinsip dasar pelaksanaan hibah Hibah bersifat bantuan untuk menunjang program pembangunan sesuai dengan prioritas dan kebijakan
Pemerintah serta merupakan urusan daerah, yang ditetapkan oleh Menkeu setelah berkoordinasi dengan Menteri pada Kementerian NegaraPimpinan Lembaga terkait.
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Hibah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri, kegiatannya merupakan kebijakan Pemerintah atau diusulkan oleh KL. Perjanjian hibahnya dituangkan dalam NPHD Naskah Perjanjian Hibah Daerah.
Sedangkan hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri kegiatannya diusulkan oleh KL, sementara hibah yang bersumber dari hibah luar negeri, kegiatannya selain diusulkan oleh KL juga diusulkan oleh Pemda. Perjanjian
hibahnya dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri NPHLN antara Pemerintah dan pemberi Hibah Luar Negeri. Hibah diteruskan oleh Pemerintah kepada Pemda. Penerusannya dituangkan dalam Naskah Perjanjian
Penerusan Hibah NPPH antara Pemerintah dan Pemda.
Kriteria pemberian hibah Hibah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri, diberikan kepada daerah untuk melaksanakan kegiatan
yang menjadi urusan Pemda, yaitu peningkatan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan pemberdayaan aparatur Pemda; serta untuk kegiatan Pemerintah yang berskala nasionalinternasional di daerah.
Hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri, fokusnya pada kegiatan daerah yang terkait dengan prioriras nasional, dengan prioritas Pemda dengan kapasitas fiskal rendah. Sedangkan hibah yang bersumber dari hibah
luar negeri, penekanannya adalah pada pembiayaan kegiatan yang menjadi urusan daerah, yaitu peningkatan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan pemberdayaan aparatur daerah.
Hibah disalurkan dari APBN ke APBD sesuai peraturan perundangan, yaitu dengan menggunakan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan BAPP yang dikelola oleh Menkeu selaku Bendahara Umum Negara, dan terpisah
dari bagian anggaran yang dikelola KL. Dana hibah ditransfer melalui pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Kewajiban daerah penerima hibah adalah menyediakan fasilitas
penunjang, apabila hibah berupa jasa konsultan dan jasa lainnya. Apabila daerah tidak menganggarkan kegiatan penunjang, maka pencairan hibah tidak dapat dilakukan.
Dana pendamping hibah harus dicantumkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah DPA-SKPD. Sementara Menteri NegaraPimpinan Lembaga terkait melakukan pemantauan atas kinerja
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan hibah dalam rangka pencapaian target dan sasaran yang ditetapkan dalam perjanjian hibah.
Aplikasi untuk sektor sanitasi Walaupun sempat mengalami hambatan administrasi dalam penyaluran hibah ke daerah, namun ke depan pembiayaan
sanitasi harus dapat mengakses pendanaan hibah lebih banyak. Program non-fisik berikut ini sangat potensial dibiayai oleh hibah yaitu: peningkatan kapasitas aparat Pemda, pembuatan studi potensi pembentukan BLUD kota, pelatihan–
pelatihan, penyiapan SSK, hingga pembangunan sarana sanitasi kecil – menengah. Untuk hibah yang berasal dari pinjaman, Pemda dapat berkoordinasi dengan KL. Sedangkan hibah yang berasal dari hibah luar negeri, Bappenas dapat
memfasilitasi Pemda dalam berhubungan dengan kelompok donor sanitasi San DG.
Gambar 8.9 Bagan Alur-Penyaluran Hibah
BUD
KPPN
KL Dekon danTP
PUSAT
Laporan Laporan
KL
DJPb PPTKPPK
BI
PAKPA BA-APP
PAKPA BA-APP
Pihak Ketiga
BUD RKUD
Kepala Daerah
SPM
Transfer Tagihan
SP2D 3
2 1
6 10
2 1
7 8
5
9 4
4 5
DAERAH PUSAT
DAERAH
Pihak Ketiga BI
SKPDSatker PMUPIU
3
Kondisi Saat Ini PMK Penyaluran Hibah