18
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
Administrasi 22 kasus
. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan
yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan tetapi penyimpangan terse ut idak mengaki atkan
kerugian negara idak mengurangi hak negara kekurangan penerimaan idak mengham at program enitas dan idak mengandung unsur indikasi indak
pidana. .
Pada umumnya kasus kasus penyimpangan yang ersi at administrai melipui penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan
perlengkapan atau barang milik negaradaerah serta penyimpangan terhadap peraturan perundang undangan idang tertentu lainnya seperi kehutanan
pertambangan, perpajakan, dan lain-lain.
. Penyimpangan administrasi uga melipui penyetoran penerimaan negara
daerah mele ihi atas aktu yang ditentukan dan pertanggung a a an penyetoran uang persediaan mele ihi atas aktu yang ditentukan.
. Hasil pemeriksaan atas pendapatan menun ukkan adanya keidakpatuhan
yang mengakibatkan penyimpangan administrasi sebanyak 22 kasus yang terdiri atas
• se anyak kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik negaradaerah;
• sebanyak 6 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan idang tertentu lainnya seperi kehutanan pertam angan perpa akan
dan lain-lain; • sebanyak 12 kasus penyetoran penerimaan negaradaerah melebihi batas
aktu yang ditentukan dan • se anyak 1 kasus pertanggung a a an penyetoran uang persediaan
mele ihi atas aktu yang ditentukan. .
Kasus kasus terse ut ter adi di enam enitas seperi disa ikan pada ampiran .
. 8 Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut.
• i Pro insi KI akarta pada inas Pelayanan Pa ak T 2011 terdapat tu uh permohonan izin reklame yang masih dalam proses Dinas Tata Ruang dan
2 reklame yang masih dalam proses inas Penga asan dan Peneri an Bangunan P2B, namun telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
SKP nya oleh Suku inas Pelayanan Pa ak II Kota dministrasi akarta arat senilai p .0
uta.
19
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• Di Kota Ambon, Provinsi Maluku, terdapat keterlambatan dalam melakukan penyetoran pajak yang telah dipotongdipungut TA 2010 dan 2011 pada
Bagian Umum dan Perlengkapan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, Dinas Kelautan, dan Perikanan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota m on dengan aktu keterlam atan erkisar antara 1 s.d. 10 bulan, yang mengakibatkan keterlambatan penerimaan negara senilai
p2.1 uta.
• i Ke aksaan I Ke ai dan Ke ari Kalimantan Tengah pada Tahun 2010 dan 2011 terdapat keterlam atan penyetoran penerimaan denda ilang senilai
p1. 00 uta yang dise a kan pelaksanaan tata ara penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas ilang idak sesuai ketentuan.
• i Ke aksaan I Ke ai dan Ke ari am i pada Tahun 2010 dan 2011 terdapat uang rampasan terlam at diserahkan oleh aksa Penuntut mum
ke Bendahara Khusus Penerima sehingga terlambat disetorkan ke kas negara senilai p 81 0 uta.
Penyebab
. Kasus-kasus penyimpangan administrasi pada umumnya terjadi karena
pimpinan enitas kurang opimal dalam melakukan penga asan dan pengendalian, para pelaksana lalai dalam pelaksanaan tugas dan kurang
mematuhi ketentuan dalam melakukan penyetoran pendapatan negara daerah.
Rekomendasi
. 0 Terhadap kasus-kasus penyimpangan administrasi tersebut, BPK telah
merekomendasikan kepada enitas yang diperiksa antara lain untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan kepada pejabat pelaksana yang
lalai dalam menaai ketentuan perundang undangan serta meningkatkan
penga asan dan pengendalian. . 1
Hasil pemeriksaan lengkap dapat dilihat pada so cop LHP dalam cakram
padat terlampir.
20
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
21
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
BAB 4 Pelaksanaan Belanja
4.1 Pelaksanaan elan a melipui elan a pemerintah pusat dan elan a
pemerintah daerah. Belanja pemerintah pusatdaerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah pusatdaerah dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Menurut
enisnya elan a pemerintah pusat daerah terdiri atas elan a pega ai belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
belanja lain-lain. 4.2
Dalam Semester I Tahun 2012, BPK telah melakukan PDTT atas pelaksanaan elan a T 200 s.d. 2011 atas enitas pada 20 kementerian lem aga K
dan 1 pemerintah pro insi ka upaten kota. Pemeriksaan melipui elan a pemerintah pusat dan belanja pemerintah daerah.
. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan belanja terdiri atas 2 subtema, yaitu
sebagai berikut: • Belanja pemerintah pusat; dan
• Belanja pemerintah daerah.
4.4 Penjelasan lebih lanjut terhadap subtema pemeriksaan pelaksanaan belanja
dapat dilihat pada uraian berikut.
Pelaksanaan Belanja Pemerintah Pusat
4.5 Dalam Semester I Tahun 2012, BPK telah memeriksa belanja pemerintah pusat
T 200 s.d. 2011. Pemeriksaan dilakukan pada 20 K yang melipui o ek pemeriksaan.
4.6 Cakupan pemeriksaan belanja pemerintah pusat pada 20 KL adalah senilai
p12 8 triliun dari realisasi anggaran elan a senilai p1 2 triliun. Total temuan pemeriksaan senilai p2 0 miliar merupakan temuan kerugian
potensi kerugian kekurangan penerimaan keidakhematan keidakeisienan dan keidake eki an.
Tujuan Pemeriksaan
. Secara umum, tujuan pemeriksaan atas belanja pemerintah pusat adalah
untuk menilai apakah • sistem pengendalian intern SPI atas pelaksanaan belanja sudah dirancang
dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian;
22
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• penguasaan pengurusan dan pertanggung a a an anggaran elan a telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; • pelaksanaan kegiatan yang terkait pengadaan barang dan pemborongan
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedurketentuan yang erlaku dengan memenuhi prinsip ekonomis eisien dan e eki dan
• in ormasi keuangan telah disa ikan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil Pemeriksaan
4.8 Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam LHP dan dinyatakan dalam sejumlah
temuan. Seiap temuan dapat terdiri atas satu atau le ih permasalahan kelemahan SPI dan atau keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang
undangan yang mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan penyimpangan administrasi keidakhematan
keidakeisienan dan keidake eki an. Seiap permasalahan merupakan
agian dari temuan dan di dalam IHPS ini dise ut dengan isilah “kasus”.
amun isilah kasus disini idak selalu erimplikasi hukum atau erdampak inansial.
4.9 Sesuai dengan tujuan pemeriksaannya, hasil pemeriksaan disajikan dalam dua
kategori yaitu SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern
4.10 Salah satu tujuan pemeriksaan atas belanja adalah untuk menilai apakah SPI
atas pelaksanaan anggaran belanja sudah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.
4.11 Hasil evaluasi atas SPI belanja menunjukkan adanya kelemahan pada
aspek perencanaan, pembukuan dan pencatatan, pelaporan dan pertanggung a a an serta S P yang menim ulkan kasus kasus kelemahan
SPI yang dikelompokkan sebagai berikut:
• kelemahan atas sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; • kelemahan atas sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja; dan • kelemahan atas struktur pengendalian intern.
4.12 Hasil evaluasi SPI terhadap pelaksanaan belanja pemerintah pusat menunjukkan
terdapat kasus kelemahan SPI. in ian kelemahan SPI terse ut melipui 1 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 2 kasus
sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta 10 kasus kelemahan struktur pengendalian intern. Rincian per kelompok dan
jenis temuan kelemahan SPI disajikan pada Lampiran 4.
23
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
.1 Sebanyak 19 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,
terdiri atas • se anyak 1 kasus pen atatan idak elum dilakukan atau idak akurat
• se anyak kasus proses penyusunan laporan idak sesuai ketentuan • se anyak 1 kasus sistem in ormasi akuntansi dan pelaporan idak memadai
dan • se anyak 2 kasus sistem in ormasi akuntansi dan pelaporan elum
didukung SDM yang memadai. 4.14
Kasus kasus terse ut ter adi di tu uh enitas seperi disa ikan pada ampiran . 4.15
Se anyak 2 kasus sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, terdiri atas
• se anyak kasus peren anaan kegiatan idak memadai • sebanyak 18 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja;
• sebanyak 2 kasus pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN; • se anyak 1 kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau
belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaanpendapatan; dan
• se anyak 1 kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biayabelanja.
4.16 Kasus kasus terse ut ter adi di delapan enitas seperi disa ikan pada ampiran
6. .1
Sebanyak 10 kasus kelemahan struktur pengendalian intern, terdiri atas • se anyak kasus enitas idak memiliki S P yang ormal untuk suatu
prosedur atau keseluruhan prosedur; • se anyak kasus S P yang ada pada enitas idak er alan se ara opimal
atau idak ditaai dan • se anyak 1 kasus enitas idak memiliki satuan penga as intern.
4.18 Kasus kasus terse ut ter adi di empat enitas seperi disa ikan pada
Lampiran 6.
24
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
4.19 Kasus-kasus kelemahan SPI tersebut di antaranya sebagai berikut.
• Di Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi dan Negeri Kalimantan Tengah terdapat peniipan arang uki erupa uang yang disimpan dalam
rekening peniipan arang uki pada Ke aksaan egeri Kasongan dan Sampit serta dalam rankas endahara an pengeluaran pada Ke aksaan
egeri Palangkaraya senilai p2. 00 uta idak sesuai ketentuan. Hal
terse ut mengaki atkan enteri Keuangan idak dapat memonitor atas penyimpanan uang arang uki sitaan dan pengamanan atas uang
arang uki men adi kurang ter amin serta dapat menim ulkan peluang penyalahgunaan atas arang uki terse ut.
• Di Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia KBRI Roma, terdapat pengadaan barang yang dilaksanakan Tahun 2010 belum
di atat dan elum diinput dalam SI K senilai p1.
2 uta. Hal tersebut mengakibatkan laporan barang milik negara BMN pada KBRI
Roma belum menyajikan nilai BMN yang sebenarnya. • Di Kementerian Luar Negeri, pada KBRI Washington DC terdapat beban
pusat persekot resmi minus senilai S 11 . ri u ekui alen p1.0 2 2 uta elum mendapat pengganian dari iro Keuangan Kementerian
uar egeri sehingga mengaki atkan anggaran ruin K I ashington terbebani.
• i Kementerian uar egeri pada K I Takhta Su i aikan terdapat pengeluaran TA 2010 untuk promosi budaya dan kerjasama pendidikan
yang kegiatannya erada di ilayah ker a K I oma mengaki atkan pelaksanaan kegiatan K I aikan er enturan tugas dan ungsi dengan
KBRI Roma sehingga berpotensi menimbulkan pembebanan keuangan negara yang berlebihan.
Penyebab
4.20 Kasus kasus kelemahan SPI pada umumnya ter adi karena peren anaan idak
memadai, pengelola keuangan lalai dalam melaksanakan tugas dan tanggung a a nya pe a at yang ertanggung a a elum opimal dalam penga asan
dan pengendalian kegiatan, serta SOP termasuk kesepakatan pembagian tugas dan ungsi elum memadai.
Rekomendasi
4.21 Terhadap kasus-kasus kelemahan SPI tersebut, BPK telah merekomendasikan
kepada enitas yang diperiksa antara lain agar melakukan peren anaan dengan le ih ermat meningkatkan penga asan dan pengendalian dalam pelaksanaan
kegiatan, melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP, serta memberi sanksi sesuai ketentuan yang erlaku kepada pe a at yang ertanggung a a .
25
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan
4.22 Hasil pemeriksaan mengungkapkan adanya keidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang undangan. Keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dapat mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian
negara kekurangan penerimaan penyimpangan administrasi keidakhematan
keidakeisienan dan keidake eki an yang dapat dilihat pada Ta el .1. in ian enis temuan pada iap iap kelompok dapat dilihat pada ampiran
dan rin ian temuan menurut enitas disa ikan pada ampiran .
Tabel 4.1. Kelompok Temuan Pemeriksaan atas Belanja Pemerintah Pusat
.2 Berdasarkan Tabel 4.1., hasil pemeriksaan mengungkapkan 184 kasus senilai
p2 0. 8 uta se agai aki at adanya keidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang ditemukan pada 20 KL.
Kerugian Negara 71 kasus senilai Rp46.909,41 juta
4.24 Kerugian negara adalah berkurangnya kekayaan negara berupa uang,
surat erharga dan arang yang nyata dan pasi umlahnya se agai aki at per uatan mela an hukum aik senga a maupun lalai.
4.25 Pada umumnya kasus kasus kerugian negara melipui elan a atau pengadaan
arang asa iki rekanan pengadaan arang asa idak menyelesaikan pekerjaan, kekurangan volume pekerjaan danatau barang, kelebihan
pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan atau barang, dan pemahalan harga mark up
. Kerugian negara uga melipui pem ayaran honorarium danatau biaya perjalanan dinas ganda danatau melebihi standar
yang ditetapkan spesiikasi arang asa yang diterima idak sesuai dengan kontrak dan elan a idak sesuai atau mele ihi ketentuan.
4.26 Hasil pemeriksaan atas belanja pemerintah pusat menunjukkan adanya
kerugian negara se anyak 1 kasus senilai p . 0 1 uta yang terdiri atas
No Kelompok Temuan
Jumlah Kasus
Nilai Juta Rp Keidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang mengakibatkan
1 Kerugian Negara
1 46.909,41
2 Potensi Kerugian Negara
2 21
Kekurangan Penerimaan 1
10.18 8 4
Administrasi 58
- 5
Keidakhematan 19
2 . 0 0 6
Keidakeisienan 1
. 18
Keidake eki an 16
1 .2 2
Jumlah 184
270.594,38
26
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• se anyak kasus elan a atau pengadaan arang asa iki senilai p .
0 uta • se anyak 2 kasus rekanan pengadaan arang asa idak menyelesaikan
peker aan senilai p1.20 1 uta • sebanyak 19 kasus kekurangan volume pekerjaan danatau barang senilai
p11.10 uta
• sebanyak 20 kasus kelebihan pembayaran selain kekurangan volume peker aan dan atau arang senilai p .18
uta • se anyak kasus pemahalan harga mark up senilai Rp20.859,86 juta;
• se anyak kasus iaya per alanan dinas ganda dan atau mele ihi standar
yang ditetapkan senilai Rp248,65 juta; • sebanyak 4 kasus pembayaran honorarium danatau biaya perjalanan
dinas ganda dan atau mele ihi standar yang ditetapkan senilai p1 juta;
• se anyak kasus spesiikasi arang asa yang diterima idak sesuai dengan kontrak senilai p28 0 uta dan
• se anyak 11 kasus elan a idak sesuai atau mele ihi ketentuan senilai p1.
uta. .2
Kasus kasus terse ut ter adi di 1 enitas seperi disa ikan pada ampiran . 4.28
Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut. • Di Kementerian Pemuda dan Olahraga, terdapat kelebihan pembayaran
peker aan pem angunan isma atlet dan gedung ser aguna di Sumatera Selatan sehingga mengaki atkan kerugian negara senilai p .81
uta. • Di Kepolisian Negara RI, pada Polda Kepulauan Bangka Belitung Tahun
200 s.d. 2011 terdapat kele ihan pem ayaran atas kegiatan yang ersi at ruin seperi kegiatan lidik selidik kegiatan magang dan pem ulatan
bintara, piket jaga, dan kegiatan pengadaan barang jasa mengakibatkan kerugian negara senilai p1.0
uta. tas kerugian negara terse ut telah diindaklan ui dengan penyetoran ke kas negara senilai p 22
juta. • Di TNI AD, pada Kodam I Bukit Barisan di Medan terdapat pengadaan
alat tulis kantor untuk kegiatan pendidikan kademi Pera atan kper Paramedis Kesdam I
Tahun 2010 dan 2011 erindikasi idak dilaksanakan mengaki atkan kerugian negara senilai p 2 2 uta. tas
kerugian negara terse ut telah diindaklan ui dengan penyetoran ke kas
27
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
negara senilai p21 uta. Selain itu di idam I terdapat peker aan
pemeliharaan mesin stasioner TA 2011 senilai Rp48,00 juta dan kegiatan pemanasan materiil eni T 2010 dan 2011 senilai p 81 uta idak
dilaksanakan sehingga mengaki atkan kerugian negara senilai p 2 juta.
• i Kementerian Perhu ungan pelaksanaan peker aan Spesiik Sinyal dan Telekomunikasi Pem angunan alan Kereta pi alur anda ire on
Kroya T 2010 dan 2011 idak sesuai kontrak mengaki atkan kele ihan pem ayaran pengadaan ka el senilai p
10 uta dan kele ihan pem ayaran peker aan instalasi dan non instalasi senilai p2
2 uta. 4.29
ari kasus kasus kerugian negara senilai p . 0 1 uta telah diindaklan ui dengan penyetoran uang ke kas negara atau penyerahan aset senilai p2.80 2
uta di antaranya adalah Kementerian Perhu ungan senilai p1. 8 uta Kepolisian egara I senilai p
20 uta dan T I senilai p22 1 uta.
Penyebab
. 0 Kasus kasus kerugian negara pada umumnya ter adi karena rekanan idak
melaksanakan ketentuan yang telah disepakai dalam kontrak dan penerima arang idak ermat dalam melaksanakan pemeriksaan arang yang diterima.
Selain itu pelaksana kegiatan mem uat pertanggung a a an keuangan idak sesuai kondisi senyatanya lalai dalam pelaksanaan tugas dan idak ermat
dalam peren anaan penga asan dan pengendalian.
Rekomendasi
. 1 Terhadap kasus-kasus kerugian negara tersebut, BPK telah merekomendasikan
kepada enitas yang diperiksa antara lain agar mem erikan sanksi kepada pe a at yang ertanggung a a dan mempertanggung a a kan kerugian
negara dengan menyetorkan uang ke kas negara atau melengkapimenyerahkan aset melalui mekanisme pengenaan gani kerugian negara sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Potensi Kerugian Negara 2 kasus senilai Rp21,74 juta
. 2 Potensi kerugian negara adalah adanya suatu per uatan mela an hukum aik
sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan
arang yang nyata dan pasi umlahnya. .
Pada umumnya kasus kasus potensi kerugian negara melipui keidaksesuaian pekerjaan dengan kontrak tetapi pembayaran pekerjaan belum dilakukan
sebagian atau seluruhnya, pemberian jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan, peman aatan arang dan pem erian asilitas idak sesuai ketentuan.
. Hasil pemeriksaan atas belanja pemerintah pusat menunjukkan adanya
potensi kerugian negara se anyak 2 kasus senilai p21 uta yang terdiri atas
28
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• se anyak 1 kasus keidaksesuaian peker aan dengan kontrak tetapi pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya senilai
p21 uta dan • sebanyak 1 kasus pemberian jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan,
peman aatan arang dan pem erian asilitas idak sesuai ketentuan. .
Kasus kasus terse ut ter adi di satu enitas seperi disa ikan pada ampiran . .
Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut. • i Ke aksaan I pada Ke ai dan Ke ari Kalimantan Selatan terdapat analisa
harga satuan peker aan atas lima enis peker aan idak sesuai standar S I dan kele ihan perhitungan penggunaan ekising senilai p1 2 uta
serta terdapat kelebihan perhitungan penugasan operator komputer dan administrasi senilai Rp2,50 juta, namun atas dua pekerjaan tersebut
pem ayarannya elum 100 sehingga mengaki atkan potensi kerugian
negara seluruhnya senilai p21 uta.
Penyebab
. Kasus potensi kerugian negara tersebut terjadi karena konsultan perencana,
penga as dan kontraktor pelaksana idak ermat dalam melaksanakan tugas serta PPK lemah dalam melaksanakan penga asan dan pengendalian.
Rekomendasi
. 8 Terhadap kasus potensi kerugian negara tersebut, BPK telah merekomendasikan
kepada enitas yang diperiksa antara lain agar mem erikan sanksi kepada pejabat pembuat komitmen PPK yang kurang cermat dalam melaksanakan
tugas dan mempertanggung a a kan potensi kerugian yang ter adi dengan penyetoran sejumlah uang ke kas negara atau melengkapi pekerjaan sesuai
ketentuan.
Kekurangan Penerimaan 17 kasus senilai Rp10.183,48 juta
. Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak
negara tetapi idak atau elum masuk ke kas negara karena adanya unsur keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan.
4.40 Kasus kasus kekurangan penerimaan negara melipui penerimaan atau denda
keterlam atan peker aan elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negara dan pengenaan tari pa ak P P le ih rendah dari
ketentuan.
4.41 Hasil pemeriksaan atas belanja pemerintah pusat menunjukkan adanya
kekurangan penerimaan se anyak 1 kasus senilai p10.18 8 uta yang terdiri atas
29
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• se anyak kasus denda keterlam atan peker aan yang elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negara senilai p . 1 28
juta; • sebanyak 5 kasus penerimaan negara selain denda keterlambatan belum
idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negara senilai p . 10 1 uta dan
• se anyak kasus pengenaan tari pa ak P P le ih rendah dari ketentuan senilai Rp111,29 juta.
4.42 Kasus kasus terse ut ter adi di enam enitas seperi disa ikan pada ampiran
6. .
Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut. • Di Kementerian Pemuda dan Olahraga, PT DGI belum menyelesaikan
pem ayaran atas penggunaan iang pan ang milik Pemerintah Pro insi Sumatera Selatan mengakibatkan kekurangan penerimaan senilai
p2. 2 8 uta. • Di Kementerian Pemuda dan Olahraga, terdapat pendapatan bunga jasa
giro yang belum disetorkan ke kas negara mengakibatkan terbukanya peluang penyalahgunaan keuangan negara dan kekurangan penerimaan
jasa giro dari dana bantuan minimal senilai Rp2.481,01 juta.
• Di TNI AD, terdapat pelaksanaan kegiatan pengadaan di lingkungan Direktorat Peralatan TA 2010 dan 2011 terlambat tetapi belum dikenakan
denda keterlambatan mengakibatkan kekurangan penerimaan senilai Rp1.955,20 juta.
• Di TNI AL, Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjung Pinang, terdapat pembayaran tunjangan kinerja Tahun 2011 dengan menggunakan dana potongan PPh
Pasal 21 karena jumlah kebutuhan tunjangan kinerja yang lebih besar dari pendanaan yang diterima mengakibatkan penerimaan negara dari PPh
Pasal 21 kurang diterima senilai p 20 1 uta.
4.44 ari kasus kasus kekurangan penerimaan senilai p10.18 8 uta telah
diindaklan ui dengan penyetoran uang ke kas negara atau penyerahan aset senilai p1.
0 uta di antaranya oleh T I senilai p1. 0 8 uta dan Mabes TNI Rp125,11 juta.
Penyebab
4.45 Kasus-kasus kekurangan penerimaan pada umumnya terjadi karena
peman aatan aset oleh enitas elum menga u pada ketentuan dan rekanan idak mematuhi ketentuan dalam per an ian yang telah disepakai
30
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
penanggung a a kurang memperhitungkan se ara akurat ke utuhan yang riil atas tun angan kiner a yang harus di ayarkan serta penanggung a a
kegiatan lemah dalam melaksanakan penga asan dan pengendalian.
Rekomendasi
4.46 Terhadap kasus-kasus kekurangan penerimaan tersebut, BPK telah
merekomendasikan kepada enitas yang diperiksa antara lain agar mem erikan sanksi kepada pe a at yang ertanggung a a dan melakukan upaya
penarikan atas kekurangan penerimaan yang terjadi dan menyetorkannya ke kas negara sesuai ketentuan.
Administrasi 58 kasus
. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan
yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan tetapi penyimpangan terse ut idak mengaki atkan
kerugian negara idak mengurangi hak negara kekurangan penerimaan negara idak mengham at program enitas dan idak mengandung unsur
indikasi indak pidana. 4.48
Pada umumnya kasus kasus penyimpangan yang ersi at administrai melipui pertanggung a a an idak akunta el
uki idak lengkap idak alid pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran, proses
pengadaan arang asa idak sesuai ketentuan tetapi idak menim ulkan kerugian negara, pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan,
pelaksanaan lelang se ara pro orma dan penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan bidang pengelolaan barang milik negara.
4.49 Penyimpangan administrasi uga melipui penyimpangan terhadap
peraturan perundang undangan idang tertentu lainnya seperi kehutanan pertambangan, perpajakan dan lain-lain, penyetoran penerimaan negara
daerah mele ihi atas aktu yang ditentukan dan sisa kas di endahara pengeluaran akhir tahun anggaran terlambatbelum disetor ke kas negara.
4.50 Hasil pemeriksaan atas belanja pemerintah pusat menunjukkan adanya
penyimpangan administrasi sebanyak 58 kasus yang terdiri atas • se anyak kasus pertanggung a a an per alanan dinas idak akunta el
uki idak lengkap idak alid • se anyak 12 kasus pertanggung a a an idak akunta el uki idak
lengkap idak alid lainnya selain per alanan dinas • sebanyak 5 kasus pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau
penetapan anggaran;