Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD
41
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
Sistem Pengendalian Intern 4.369 kasus
.18 ntuk men apai pengelolaan keuangan negara daerah yang e eki eisien
transparan dan akunta el gu ernur dan upai alikota a i melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah. Pengendalian
intern pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dirancang dengan
erpedoman pada PP omor 0 Tahun 2008 tentang SPIP. .1
SPI memiliki fungsi untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi ter apainya e eki itas dan eisiensi pen apaian tu uan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
4.20 SPKN mengharuskan pemeriksa untuk mengungkapkan kelemahan atas
pengendalian intern enitas. erdasarkan PP omor 0 Tahun 2008 tentang SPIP SPI melipui lima unsur pengendalian yaitu lingkungan pengendalian
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
4.21 Unsur-unsur pengendalian intern dalam SPIP digunakan sebagai alat untuk
melakukan evaluasi atas pengendalian intern pada LKPD. 4.22
Sesuai ketentuan dalam SPKN, selain menerbitkan LHP keuangan yang erupa opini PK uga mener itkan HP atas SPI pada seiap enitas yang
diperiksa. Hasil evaluasi atas SPI LKPD dapat diuraikan sebagai berikut.
Hasil Evaluasi SPI
4.23 Hasil e aluasi menun ukkan ah a KP yang memperoleh opini TP dan
P pada umumnya memiliki sistem pengendalian intern yang memadai. dapun KP yang memperoleh opini T P dan T perlu melakukan
perbaikan pengendalian intern dalam hal penilaian risiko, kegiatan pengendalian, dan pemantauan.
4.24 Penilaian risiko wajib dilakukan oleh pimpinan instansi pemerintah dalam
menetapkan tu uan instansi dan tu uan pada ingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Masih terdapatnya
kelemahan dalam penilaian risiko instansi, disebabkan kurang pahamnya pimpinan instansi terhadap faktor-faktor dari dalam maupun dari luar yang
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan instansi.
4.25 Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Kelemahan atas kegiatan
pengendalian ter ermin dari elum memadainya pengendalian isik atas aset pencatatan transaksi yang belum akurat dan tepat waktu, pengendalian atas
pengelolaan sistem informasi yang masih lemah, serta pendokumentasian yang kurang baik atas sistem pengendalian intern, transaksi, dan kejadian
pening.
42
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
4.26 Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan SPI yang
dilaksanakan melalui pemantauan erkelan utan e aluasi terpisah dan indak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Kelemahan dalam pemantauan
SPI karena idak dilaksanakannya pemantauan erkelan utan melalui kegiatan
pengelolaan ruin super isi pem andingan rekonsiliasi dan indakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Selain itu e aluasi terpisah uga idak
diselenggarakan melalui penilaian sendiri re iu dan pengu ian e eki itas SPI yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah APIP atau pihak
eksternal dan indak lan ut rekomendasi hasil audit dan re iu lainnya idak segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lain yang ditetapkan.
4.27 Hasil evaluasi atas 426 LKPD terdapat 4.3
kasus kelemahan SPI sebagaimana ter antum pada Ta el . . rin ian enis temuan pada ampiran dan rin ian
temuan berdasarkan pemerintah daerah disajikan dalam Lampiran 11.
Tabel 4.3. Kelompok Temuan SPI atas Pemeriksaan LKPD Tahun 2011
.28 Hasil evaluasi SPI menunjukkan kasus-kasus kelemahan SPI yang dapat
dikelompokkan pada kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan
elan a serta kelemahan struktur pengendalian intern. Tiap iap kelompok temuan beserta kasusnya diuraikan sebagai berikut.
.2 Sebanyak 1.7
1 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, terdiri atas
• sebanyak 1.005 kasus pen atatan idak elum dilakukan atau idak akurat • sebanyak 603 kasus proses penyusunan laporan idak sesuai ketentuan
• se anyak 1 kasus enitas terlambat menyampaikan laporan; • se anyak 1 kasus sistem in ormasi akuntansi dan pelaporan idak
memadai; dan • sebanyak 23 kasus sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum
didukung SDM yang memadai. 4.30
Kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan tersebut ter adi di 10 pemerintah daerah seperi disa ikan pada ampiran 11.
No. Kelompok Temuan
Jumlah Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
1 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan 1. 1
2 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja 1.
3 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 8
Jumlah 4.369
43
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
4.31 Kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan tersebut
di antaranya sebagai berikut. • Di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, kartu inventaris
barang KIB pada satuan kerja perangkat daerah SKPD belum disusun sehingga nilai aset tetap di 35 SKPD yang disajikan pada neraca per 31
esem er 2011 idak dapat dirin i lokasi enis merk ipe umlah ukuran harga, tahun pembelian, asal barang, dan keadaan barang secara andal.
• i Ka upaten Pekalongan Pro insi a a Tengah aset tetap yang disa ikan pada nera a per 1 esem er 2011 idak erdasarkan pen atatan yang
memadai dan beberapa aset tanah belum dicatat sehingga nilai aset tetap idak akurat dan elum men erminkan keseluruhan aset tetap yang dimiliki.
• Di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, aset tetap di beberapa SKPD belum seluruhnya dilakukan pencatatan dan hasil pengadaan TA
200 s.d. 2011 elum seluruhnya di ek isik aik ke eradaan maupun kelengkapannya sehingga saldo aset tetap senilai p 02.
uta pada nera a per 1 esem er 2011 idak dapat diyakini ke a arannya.
• Di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, saldo aset tetap senilai p 02.02 2 uta idak didukung dengan rin ian dan aset tanah
untuk konstruksi jalan, irigasi, dan jaringan belum dilakukan inventarisasi sehingga nilai aset tetap pada nera a per 1 esem er 2011 idak diyakini
kewajarannya.
• Di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY, saldo dana bergulir pada neraca per 31 esem er 2011 senilai p . 2 uta elum disa ikan dengan metode
nilai bersih yang dapat direalisasikan sehingga saldo investasi non permanen idak men erminkan nilai yang a ar.
• Di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara, penyertaan modal senilai p 1.1 2 uta idak disa ikan erdasarkan metode ekuitas dan
terdapat perbedaan pengakuan antara Pemerintah Kota Binjai dengan PD Pembangunan sehingga saldo penyertaan modal pada neraca per 31
esem er 2011 idak dapat diyakini ke a arannya. 4.32
Se anyak 1. kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, terdiri atas • sebanyak 577 kasus peren anaan kegiatan idak memadai
• se anyak 2 kasus mekanisme pemungutan penyetoran dan pelaporan
serta penggunaan penerimaan daerah dan hi ah idak sesuai ketentuan; • se anyak
4 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang- undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang
diperiksa tentang pendapatan dan belanja;
44
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
• se anyak kasus pelaksanaan elan a di luar mekanisme P • sebanyak 237 kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau
belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaanpendapatan; • se anyak 80 kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau
belum dilakukan berakibat peningkatan biayabelanja; dan • sebanyak 5 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja lainnya, di antaranya pengelolaan dan pengamanan isik aset yang idak memadai.
4.33 Kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja tersebut ter adi di 11 pemerintah daerah seperi disa ikan
pada Lampiran 11. 4.34
Kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja tersebut di antaranya sebagai berikut.
• i Pro insi ali pem entukan dana adangan senilai p12 . uta untuk mem iayai kegiatan pem angunan em atan au layu
em atan Tukad Peret penyertaan modal alan tol di atas perairan P pada Pengelola alan Tol ilayah ali dan kegiatan pemilihan kepala
daerah idak tepat dan ertentangan dengan Permendagri omor 1 Tahun 2006.
• i Ka upaten o okerto Pro insi a a Timur kesalahan penganggaran elan a modal T 2011 senilai p 0. 8 uta mengaki atkan
kesalahan penya ian klasiikasi realisasi elan a arang dan asa elan a hibah, serta belanja modal.
• i Ka upaten Pur akarta Pro insi a a arat dana untuk peker aan pembangunan Pasar Plered Citeko dalam tahun jamak senilai
p2 . 00 uta T 2011 elum di adangkan dan elum di uatkan
peraturan daerahnya sehingga erpotensi idak dapat diselesaikan karena keidaktersediaan anggaran.
• i Kota Palangka aya Pro insi Kalimantan Tengah penerimaan pin aman daerah atas penerusan pinjaman luar negeri dan pembayaran kegiatan
pembangunan gedung pertokoan Pasar Kahayan kepada rekanan senilai p10.2
uta dilakukan tanpa melalui mekanisme P T 2011. • Di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, penerimaan klaim dana
aminan kesehatan masyarakat amkesmas aminan persalinan ampersal asuransi kese ahteraan sosial
skessos dan aminan kesehatan daerah amkesda T 2011 senilai p .
1 uta digunakan se ara langsung untuk operasional S Sidikalang dan inas Kesehatan
serta penatausahaan dana oleh endahara pengelola pada S Sidikalang idak memadai.
45
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
4.35 Sebanyak 8 kasus kelemahan struktur pengendalian intern, terdiri atas
• sebanyak 50 kasus enitas idak memiliki S P yang ormal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur;
• sebanyak 247 kasus S P yang ada pada enitas idak er alan se ara opimal atau idak ditaai
• se anyak 1 kasus enitas idak memiliki satuan penga as intern • se anyak kasus satuan penga as intern yang ada idak memadai atau
idak er alan opimal • se anyak 2 kasus idak ada pemisahan tugas dan ungsi yang memadai
dan • sebanyak 2 kasus kelemahan struktur pengendalian intern lainnya, di
antaranya pembatasan ruang lingkup pemeriksaan atas pengelolaan kas daerah.
4.36 Kasus kelemahan struktur pengendalian intern tersebut terjadi di 323
pemerintah daerah, seperi disa ikan pada ampiran 11.
4.37 Kasus-kasus kelemahan struktur pengendalian intern tersebut di antaranya
sebagai berikut. • i Pro insi iau penyerahan hasil pengadaan elan a modal T 2011
kepada masyarakat senilai p10. 8 uta tanpa disertai persetu uan
kepala daerah dan idak di atat dalam KIB. • i Ka upaten a alengka Pro insi a a arat pemerintah daerah
belum memiliki kebijakan akuntansi yang mengatur mengenai penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang mengakibatkan saldo piutang
lainnya pada nera a per 1 esem er 2011 senilai p .081 1 uta idak dapat diyakini kewajarannya.
• i Pro insi ali idak terdapat sistem dan prosedur pengelolaan persediaan barang pakai habis sehingga saldo pada neraca per 31
esem er 2011 senilai p2.282 0 uta idak dapat diyakini ke a arannya serta terdapat SKP yang idak melaporkan nilai persediaan pada akhir
tahun. • Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, SOP
yang mengatur tentang tata cara pemberian dan pertanggungjawaban hibah belum disusun sehingga bantuan hibah yang diberikan berpotensi
disalahgunakan.
• Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, pemerintah daerah belum menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah sehingga
penatausahaan pendapatan daerah idak dilakukan dengan teri .
46
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
Penyebab
. 8 Kasus-kasus kelemahan SPI pada umumnya terjadi karena para pejabat
pelaksana yang bertanggung jawab belum sepenuhnya memahami ketentuan yang berlaku, lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
kegiatan, serta kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
. Selain itu, kasus kelemahan SPI terjadi karena pejabat yang berwenang
belum menyusun dan menetapkan kebijakan yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur, serta kurang cermat dalam melakukan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi
4.40 Terhadap kasus-kasus kelemahan SPI tersebut, BPK telah merekomendasikan kepala daerah agar meningkatkan pengawasan dan pengendalian dalam
perencanaan serta pelaksanaan kegiatan, meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, dan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
kepada pejabat yang bertanggung jawab.
4.41 Selain itu, BPK juga telah merekomendasikan kepada pejabat yang
bertanggung jawab agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta segera menyusun dan menetapkan
kebijakan yang formal atas suatu prosedur atau keseluruhan prosedur.
Kepatuhan Terhadap Ketentuan Perundang-undangan
4.42 Selain opini dan evaluasi atas SPI, hasil pemeriksaan juga menemukan
keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan yang mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan
penerimaan penyimpangan administrasi keidakhematan keidakeisienan
dan keidake eki an seperi disa ikan dalam Ta el . . in ian enis temuan pada iap iap kelompok dapat dilihat pada ampiran 10 dan rin ian temuan
menurut enias disa ikan dalam ampiran 11.
Tabel . . Kelompok Temuan Keidakpatuhan atas Pemeriksaan KPD Tahun 2011 No.
Kelompok Temuan Jumlah
Kasus Nilai
juta Rp Keidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan
1 Kerugian Daerah 1. 0
8 . 8
2 Potensi Kerugian Daerah 354
1. 0 . 22 08 3 Kekurangan Penerimaan
11. 8 4 Administrasi
2. 18 -
5 Keidakhematan
231 18 .
6 Keidakeisienan
2 537,50
7 Keidake eki an
317 18.080 2
Jumlah 5.776
3.783.861,42
47
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
4.43 Berdasarkan Tabel 4.4., hasil pemeriksaan mengungkapkan 5.776 kasus
senilai p . 8 .8 1 2 uta se agai aki at adanya keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan yang ditemukan pada 2 enitas.
Kerugian Daerah 1.609 kasus senilai Rp865.376,78 juta
4.44 Kerugian daerah adalah berkurangnya kekayaan daerah berupa uang,
surat erharga dan arang yang nyata dan pasi umlahnya se agai aki at perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
4.45 Pada umumnya kasus kasus kerugian daerah melipui belanja perjalanan
dinas iki elan a atau pengadaan iki lainnya rekanan pengadaan arang asa idak menyelesaikan peker aan kekurangan olume peker aan
danatau barang, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan danatau barang, pemahalan harga mark up, penggunaan uang
arang untuk kepeningan pri adi iaya per alanan dinas ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan, pembayaran honorarium ganda dan atau
mele ihi standar yang ditetapkan spesiikasi arang asa yang diterima idak sesuai dengan kontrak elan a idak sesuai atau mele ihi ketentuan
pengembalian pinjamanpiutang atau dana bergulir macet, kelebihan penetapan dan pem ayaran resitusi pa ak atau penetapan kompensasi
kerugian penghapusan hak tagih idak sesuai ketentuan dan lain lain kasus kerugian daerah.
4.46 Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan adanya kerugian daerah sebanyak
1. 0 kasus senilai p8 . 8 uta terdiri atas
• sebanyak kasus elan a per alanan dinas iki senilai p25.633,62 juta;
• sebanyak 72 kasus elan a atau pengadaan iki lainnya senilai p2 . 8 uta;
• se anyak 1 kasus rekanan pengadaan arang asa idak menyelesaikan peker aan senilai p .505,44 juta;
• se anyak 84 kasus kekurangan volume pekerjaan danatau barang senilai p 4.270,67 juta;
• sebanyak 228 kasus kelebihan pembayaran selain kekurangan volume peker aan dan atau arang senilai p .0 2 8 uta;
• sebanyak 38 kasus pemahalan harga mark up senilai p21.322,66 juta; • sebanyak 100 kasus penggunaan uang arang untuk kepeningan pri adi
senilai p 2.537,67 juta; • sebanyak 127 kasus biaya perjalanan dinas ganda dan atau melebihi
standar yang ditetapkan senilai p2 . 08 uta
48
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
• sebanyak 118 kasus pembayaran honorarium ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan senilai p 0. 1 8 uta;
• se anyak kasus spesiikasi arang asa yang diterima idak sesuai dengan kontrak senilai p11. 8 8 uta
• se anyak 2 8 kasus elan a idak sesuai atau mele ihi ketentuan senilai p .701,52 juta;
• sebanyak 13 kasus pengembalian pinjamanpiutang atau dana bergulir ma et senilai p2 .0 8 uta
• sebanyak 1 kasus kele ihan penetapan dan pem ayaran resitusi pa ak atau penetapan kompensasi kerugian senilai p2 20 uta
• se anyak 1 kasus penghapusan hak tagih idak sesuai ketentuan senilai p
uta dan • se anyak 128 kasus kerugian daerah lainnya senilai p 04.023,07 juta di
antaranya terdapat ketekoran kas dan pengenaan gani kerugian negara elum idak dilaksanakan sesuai ketentuan.
4.47 Kasus-kasus kerugian daerah tersebut
ter adi di 8 pemerintah daerah seperi disa ikan pada ampiran 11.
. 8 Kasus-kasus kerugian daerah tersebut di antaranya sebagai berikut.
• i Ka upaten o okerto Pro insi a a Timur terdapat ketekoran kas pada endahara umum daerah senilai p .1 02 uta yang dise a kan
adanya penggunaan kas daerah di luar mekanisme APBD dan dengan senga a idak mematuhi ketentuan yang erlaku dalam pengelolaan kas
daerah.
• i Ka upaten Sragen Pro insi a a Tengah terdapat ketekoran kas senilai p11.216,04 juta yang disebabkan Kepala Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD melakukan akad kredit yang mengatasnamakan Pemerintah Ka upaten Sragen ke P P oko
Tingkir dengan aminan deposito tanpa melalui persetu uan P dan hasilnya idak masuk ke kas daerah serta penggunaannya idak melalui
mekanisme APBD. • Di Kabupaten Kapuas, Povinsi Kalimantan Tengah, terdapat kelebihan
pem ayaran dari sisa uang muka senilai p10.8 8 8 uta atas kontrak pekerjaan peningkatan jalan kabupaten ruas jalan Anjir Serapat-Palampai
yang diputus kontrak.
• i Pro insi Sumatera tara terdapat ketekoran kas senilai p .02 uta
pada bendahara pengeluaran pembantu Biro Umum Sekretariat Daerah serta belanja hibah dan bantuan sosial Pada Biro Bina Kemasyarakatan
dan Sosial Binkesos dan Biro Perekonomian berindikasi merugikan
49
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
keuangan daerah senilai p . uta di antaranya senilai p .1
uta merupakan elan a iki . • Di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, dana bergulir TA 2011 yang
ma et senilai p . 80 11 uta pada inas Koperasi saha ikro Ke il dan Menengah UMKM Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Kelautan
Perikanan dan Peternakan dihapuskan sebelum adanya proses evaluasi dan pengkajian yang mendalam.
. Dari
kasus kasus kerugian daerah senilai p8 . 8 uta telah diindaklan ui
dengan penyetoran uang ke kas daerah atau penyerahan aset senilai p 8.8 2 8 uta di antaranya adalah Ka upaten Kapuas Pro insi Kalimantan
Tengah senilai p10. 2 uta Kota edan Pro insi Sumatera tara senilai
p . 8 uta dan Pro insi Sula esi Selatan senilai p .1 1 uta seperi disajikan pada Lampiran 11.
Penyebab
4.50 Kasus-kasus kerugian daerah pada umumnya terjadi karena pejabat yang
ertanggung a a lalai dan idak ermat dalam menaai dan memahami ketentuan yang erlaku elum opimal dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab, serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
Rekomendasi
4.51 Terhadap kasus-kasus kerugian daerah tersebut, BPK telah merekomendasikan
antara lain kepada kepala daerah agar memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab, memerintahkan pejabat
yang bertanggung jawab untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan, melakukan upaya penagihan terhadap piutang yang macet, serta
mempertanggungjawabkan kasus kerugian daerah dengan menyetor ke kas daerah.
Potensi Kerugian Daerah 354 kasus senilai Rp1.603.922,08 juta
4.52 Potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang,
yang nyata dan pasi umlahnya.
4.53 Pada umumnya kasus kasus potensi kerugian daerah melipui keidaksesuaian
pekerjaan dengan kontrak tetapi pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya, rekanan belum melaksanakan kewajiban
pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan, aset dikuasai pihak lain, pembelian aset yang berstatus
sengketa aset idak diketahui ke eradaannya pem erian aminan pelaksanaan
dalam pelaksanaan peker aan idak sesuai dengan ketentuan peman aatan arang dan pem erian asilitas idak sesuai ketentuan pihak keiga elum
50
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan aset kepada daerah, piutang pin aman atau dana ergulir yang erpotensi idak tertagih penghapusan
piutang idak sesuai ketentuan dan lain lain kasus potensi kerugian daerah. 4.54
Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan adanya potensi kerugian daerah sebanyak 35
kasus senilai p1. 0 . 22 08 uta yang terdiri atas • sebanyak 27 kasus keidaksesuaian peker aan dengan kontrak tetapi
pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya senilai p11.545,20 juta;
• sebanyak 23 kasus rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan
senilai p2.752,26 juta; • se anyak 82 kasus aset dikuasai pihak lain senilai p1 0. 1 1 uta;
• sebanyak 4 kasus pembelian aset yang berstatus sengketa senilai
p2. 2 8 uta • se anyak 87 kasus aset di antaranya berupa kendaraan dinas serta
peralatan dan mesin idak diketahui ke eradaannya senilai p . 8
juta; • sebanyak 10 kasus pemberian jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan
peker aan peman aatan arang dan pem erian asilitas idak sesuai ketentuan senilai p12.331,10 juta;
• se anyak kasus pihak keiga elum melaksanakan ke a i an untuk menyerahkan aset kepada daerah senilai p . 6,42 juta;
• se anyak 8 kasus piutangpinjaman atau dana bergulir yang berpotensi idak tertagih senilai p28 . 0 0 uta;
• se anyak kasus penghapusan piutang idak sesuai ketentuan senilai p1 .265,72 juta; dan
• sebanyak 22 kasus potensi kerugian daerah lainnya senilai p . 8 2 juta di antaranya penggunaan uang muka yang belum dapat dijelaskan
peruntukannya dan aset hilang yang elum diproses TP T . 4.55
Kasus-kasus potensi kerugian daerah tersebut ter adi di 21 pemerintah
daerah seperi disa ikan pada ampiran 11. 4.56
Kasus-kasus potensi kerugian daerah tersebut di antaranya sebagai berikut. • i Pro insi iau in estasi non permanen dana ergulir senilai
p1 .2 01 uta erpotensi idak tertagih yang dise a kan penatausahaan idak didukung dengan pemantauan yang memadai dan
pembayaran atas kontrak pengadaan peralatan venues dan peralatan
51
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
tanding a ang olahraga P III senilai p1 . 1 1 uta erpotensi
merugikan keuangan daerah disebabkan rekanan belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan aset kepada pemerintah daerah.
• i Ka upaten Sarolangun Pro insi am i aset tetap peralatan dan mesin se umlah minimal .2 unit yang ter atat dalam da ar aset pada akhir
Tahun 2011 di e erapa SKP senilai p 2.2 22 uta idak diketahui keberadaannya.
• Di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sejumlah 1 unit kendaraan dinas milik pemerintah daerah senilai p1 .00 82
uta idak dapat dipantau kondisi dan kepemilikannya serta erpeluang disalahgunakan.
• i Kota Sura aya Pro insi a a Timur proses pen airan anggaran elan a modal untuk pengadaan mobil tangga pemadam kebakaran minimal
2 meter senilai p1 . 8 uta idak didukung dengan dokumen
pertanggung a a an yang alid dan hasil pengadaan terse ut idak diyakini asersi keberadaan dan haknya.
• Di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, angsuran sewa ruko, kios, dan losd
Pasar aru Panya ungan senilai p11.2 2 uta
erpotensi idak tertagih yang dise a kan pengadministrasian tagihan idak memadai serta idak disertai uki per an ian tertulis.
4.57 ari kasus kasus potensi kerugian daerah senilai p1. 0 . 22 08 uta telah
diindaklan ui dengan penyetoran uang ke kas daerah atau penyerahan aset senilai p 0 2 uta di antaranya adalah Ka upaten Tulang a ang arat
Pro insi ampung senilai p1 0 uta dan Ka upaten Pasaman Pro insi Sumatera arat senilai p
uta seperi disa ikan pada ampiran 11.
Penyebab
. 8 Kasus-kasus potensi kerugian daerah pada umumnya terjadi karena pejabat
yang ertanggung a a lalai dan idak ermat dalam melaksanakan tugas dan tanggung a a elum opimal dalam melakukan koordinasi dengan
pihak pihak terkait idak menaai dan memahami ketentuan yang erlaku serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
Rekomendasi
. Terhadap kasus-kasus potensi kerugian daerah tersebut, BPK telah
merekomendasikan kepada kepala daerah agar memberikan sanksi kepada pelaksana kegiatan yang kurang opimal dalam melaksanakan tugas dan
fungsi sesuai tanggung jawabnya, melakukan pengawasan dan pengendalian secara memadai, serta meningkatkan koordinasi.
4.60 Selain itu, BPK juga telah merekomendasikan kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab agar mengupayakan penagihan dan
52
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
mempertanggung a a kan kasus potensi kerugian daerah dan ila idak dapat mempertanggungjawabkan agar menyetor ke kas daerah atau
melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian daerah.
Kekurangan Penerimaan 945 kasus senilai Rp411.985,75 juta
4.61 Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi
hak negara daerah tetapi idak atau elum masuk ke kas negaradaerah karena adanya unsur keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang
undangan.
4.62 Pada umumnya kasus kasus kekurangan penerimaan melipui denda
keterlam atan peker aan elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negaradaerah, penerimaan daerah lainnya selain denda
keterlam atan elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negaradaerah, penggunaan langsung penerimaan daerah, penerimaan
daerah diterima atau digunakan oleh instansi yang idak erhak pengenaan tarif pajakPNBP lebih rendah dari ketentuan, kelebihan pembayaran
subsidi oleh pemerintah, dan lain-lain kasus kekurangan penerimaan.
4.63 Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan adanya kekurangan penerimaan
se anyak 5 kasus senilai p 11. 8 uta terdiri atas
• se anyak 2 kasus denda keterlam atan peker aan elum idak ditetapkan atau dipungutditerimadisetor ke kas negaradaerah senilai
p 5.103,72 juta; • se anyak
2 kasus penerimaan daerah lainnya selain denda keterlam atan elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor
ke kas negara daerah senilai p2 1.1 juta;
• sebanyak 114 kasus penggunaan langsung penerimaan daerah senilai p10 .228 uta;
• sebanyak 2 kasus penerimaan daerah diterima atau digunakan oleh instansi yang idak erhak senilai p208 8 uta;
• sebanyak 24 kasus pengenaan tarif pajakPNBP lebih rendah dari ketentuan senilai p . 22 2 uta;
• sebanyak 2 kasus kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah senilai p
2 uta dan • sebanyak 12 kasus kekurangan penerimaan lainnya senilai
p . 1 uta di antaranya sisa dana proyek elum dikem alikan
ke kas daerah dan pemotongan pajak atas jasa giro terhadap rekening pemerintah daerah.
53
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
4.64 Kasus-kasus kekurangan penerimaan tersebut terjadi di 357 pemerintah
daerah seperi disa ikan pada ampiran 11. 4.65
Kasus-kasus kekurangan penerimaan tersebut di antaranya sebagai berikut. • i Pro insi KI akarta denda keterlam atan senilai p .506,71 juta
atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan kontrak pengadaan Bus Transjakarta TA 2011 belum ditetapkan.
• Di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, jaminan pelaksanaan senilai p .2 2 80 uta atas pemutusan kontrak peker aan peningkatan
alan ka upaten ruas alan n ir Serapat Palampai T 2011 yang idak diselesaikan rekanan belum dicairkan.
• i Ka upaten Kara ang Pro insi a a arat denda keterlam atan senilai p1.2 0 81 uta dan aminan pelaksanaan senilai p1. 0 1 uta
atas 2 paket peker aan pada inas ipta Karya dan inas ina arga dan Pengairan T 2011 yang idak dapat diselesaikan sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan, belum ditarik dan disetorkan ke kas daerah.
• Di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, setoran Pendapatan Asli Daerah PAD TA 2011 sehubungan dengan perjanjian kerjasama antara
pemerintah daerah dengan P unung Karang idak er alan sehingga terdapat kekurangan penerimaan dari yang diperjanjikan senilai
p1. 8 0 uta. • Di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara, jaminan
pelaksanaan 22 paket peker aan yang idak selesai diker akan senilai p1. 0 uta pada inas Peker aan mum Pertam angan dan nergi
belum dicairkan. 4.66
Dari kasus- kasus kekurangan penerimaan senilai p 11. 8
uta tersebut telah diindaklan ui dengan penyetoran uang ke kas daerah atau penyerahan
aset senilai p2 .2 10 uta di antaranya adalah Kabupaten Kendal, Provinsi a a Tengah senilai p2. 0 08 uta Kabupaten Luwu Utara, Provinsi
Sula esi Selatan senilai p2.1 81 uta dan Kota alang Pro insi a a Timur senilai p1. 8 uta seperi disa ikan pada ampiran 11.
Penyebab
4.67 Kasus-kasus kekurangan penerimaan pada umumnya terjadi karena pejabat
yang bertanggung jawab kurang cermat dalam melaksanakan tugas dan tanggung a a idak mempedomani ketentuan yang berlaku, belum
opimal dalam melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
54
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
Rekomendasi
. 8 Terhadap kasus-kasus kekurangan penerimaan tersebut, BPK telah
merekomendasikan kepada kepala daerah agar memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab,
meningkatkan koordinasi, dan menagih serta menyetorkan kekurangan penerimaan ke kas daerah sesuai dengan ketentuan.
Administrasi 2.318 kasus
. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap
ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset tetapi penyimpangan terse ut idak mengaki atkan kerugian daerah
atau potensi kerugian daerah idak mengurangi hak daerah kekurangan penerimaan idak mengham at program enitas dan idak mengandung
unsur indikasi indak pidana. 4.70
Pada umumnya kasus kasus penyimpangan administrasi melipui pertanggung a a an idak akunta el uki idak lengkap idak alid
baik untuk perjalanan dinas maupun lainnya selain perjalanan dinas, pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran,
proses pengadaan arang asa idak sesuai ketentuan idak menim ulkan kerugian daerah, pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan, dan
pelaksanaan lelang secara proforma.
4.71 Penyimpangan administrasi juga m
elipui penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik
daerah, penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang tertentu lainnya seperi kehutanan pertam angan perpa akan dan lain
lain, pembentukan cadangan piutang dan perhitungan penyusutan atau amorisasi idak sesuai ketentuan penyetoran penerimaan daerah mele ihi
batas waktu yang ditentukan, pertanggungjawabanpenyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan, sisa kas di bendahara
pengeluaran akhir tahun anggaran belum disetor ke kas daerah, pengeluaran in estasi pemerintah idak didukung uki yang sah kepemilikan aset idak
elum didukung uki yang sah pengalihan anggaran antar K idak sah
dan lain-lain kasus penyimpangan administrasi. 4.72
Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan adanya penyimpangan administrasi sebanyak 2.31
8 kasus yang terdiri atas • se anyak kasus pertanggung a a an per alanan dinas idak akunta el
uki idak lengkap idak alid • se anyak 21 kasus pertanggung a a an idak akunta el uki idak
lengkap idak alid lainnya selain per alanan dinas • sebanyak 15 kasus pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau
penetapan anggaran;
55
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
• se anyak 4 kasus proses pengadaan arang asa idak sesuai ketentuan idak menim ulkan kerugian daerah
• sebanyak 13 kasus pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan; • sebanyak 7 kasus pelaksanaan lelang secara proforma;
• sebanyak 43 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik daerah; • se anyak 2 8 kasus penyimpangan terhadap peraturan perundang
undangan idang tertentu lainnya seperi kehutanan pertam angan perpajakan, dan lain-lain;
• sebanyak 1 kasus pembentukan cadangan piutang, perhitungan penyusutan atau amorisasi idak sesuai ketentuan
• sebanyak 220 kasus penyetoran penerimaan daerah melebihi batas waktu yang ditentukan;
• sebanyak 132 kasus pertanggungjawabanpenyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan;
• se anyak 128 kasus sisa kas di endahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum disetor ke kas daerah;
• sebanyak 80 kasus pengeluaran in estasi pemerintah idak didukung uki yang sah
• se anyak 1 kasus kepemilikan aset idak elum didukung uki yang sah;
• se anyak 1 kasus pengalihan anggaran antar K idak sah dan • sebanyak 24 kasus penyimpangan administrasi lainnya, di antaranya
realisasi belanja yang melebihi pagu anggaran. 4.73
Kasus-kasus penyimpangan administrasi tersebut terjadi di 41 8 pemerintah
daerah seperi disa ikan pada ampiran 11. 4.74
Kasus-kasus penyimpangan administrasi tersebut di antaranya sebagai berikut.
• i Ka upaten amongan Pro insi a a Timur idang tanah
pemerintah daerah senilai p . 28 8 uta sampai dengan akhir T
2011 elum erseriikat sehingga status hukum atas kepemilikannya lemah.
• i Ka upaten engkalis Pro insi iau se anyak 22 penerima antuan sosial dan bantuan keuangan TA 2011 belum menyampaikan laporan
56
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
pertanggung a a an masing masing senilai p .650,00 juta dan p218.
00 uta sehingga erpeluang im ulnya penyalahgunaan bantuan.
• Di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, realisasi belanja daerah pada adan umah Sakit mum
S Ka upaten Ta anan T 2011 senilai p12.
1 uta melampaui anggaran dan mele ihi atas eksi ilitas penggunaan anggaran.
• i Pro insi aluku tara elan a per alanan dinas luar daerah P T 2011 senilai p2. 08 8 uta idak memiliki uki pertanggung a a an
dan senilai p8. 8 uta idak didukung uki pertanggung a a an yang lengkap.
• Di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, penyertaan modal pemerintah daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum PDAM senilai
p8.8 1 uta s.d. akhir T 2011 elum didukung peraturan daerah.
Penyebab
4.75 Kasus-kasus penyimpangan administrasi pada umumnya terjadi karena
pe a at yang ertanggung a a elum opimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung a a idak menaai dan memahami ketentuan yang erlaku
serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
Rekomendasi
4.76 Terhadap kasus-kasus penyimpangan administrasi tersebut, BPK telah
merekomendasikan kepada kepala daerah agar memberi sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab,
meningkatkan pengawasan dan pengendalian, dan membuat peraturan daerah terkait penyertaan modal pemerintah, serta memerintahkan
pejabat yang bertanggung jawab untuk mempertanggungjawabkan secara administrai atas uki pertanggung a a an yang elum memadai dan
segera melengkapi dokumen kepemilikan aset.
Keidakhematan 2 1 kasus senilai Rp18 . 0 juta
4.77 Temuan mengenai keidakhematan mengungkap adanya penggunaan input
dengan harga atau kuanitas kualitas yang le ih inggi dari standar kuanitas kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan
dengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.
. 8 Pada umumnya kasus kasus keidakhematan melipui pengadaan arang
asa mele ihi ke utuhan penetapan kualitas dan kuanitas arang asa yang digunakan idak sesuai standar dan pem orosan keuangan daerah atau
kemahalan harga. .
Hasil pemeriksaan atas KP menun ukkan adanya keidakhematan se anyak 2 1 kasus senilai p18 .
0 uta terdiri atas
57
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
• sebanyak 4 kasus pengadaan barangjasa melebihi kebutuhan senilai p1. 11 08 uta;
• se anyak kasus penetapan kualitas dan kuaitas arang asa yang digunakan idak sesuai standar senilai p
18 juta; dan • sebanyak 224 kasus pemborosan keuangan daerah atau kemahalan
harga senilai p181. 8 juta.
.80 Kasus kasus keidakhematan terse ut ter adi di 1 pemerintah daerah
seperi disa ikan pada ampiran 11. .81
Kasus kasus keidakhematan tersebut di antaranya sebagai berikut. • Di Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat pembayaran honor kepada 362
pegawai honorer TA 2011 yang diangkat setelah keluarnya PP Nomor 8 Tahun 200 senilai p .344,00 juta yang memboroskan keuangan
daerah. • i Ka upaten adiun Pro insi a a Timur nilai kontrak peker aan
pem angunan Pasar esar aru an T 2011 ditetapkan le ih inggi dari HPS senilai p .011 uta yang dise a kan perhitungan perkiraan
volume item pekerjaan belum memperhitungkan faktor pengurang sehingga mengakibatkan pemborosan.
• Di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, realisasi belanja antuan sosial T 2011 senilai p2. 1 uta di erikan idak sesuai
ketentuan dan mengakibatkan pemborosan keuangan daerah. • Di Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara, perubahan anggaran
belanja perjalanan dinas untuk kegiatan rapat koordinasi dan konsultasi Sekretariat P pada o em er 2011 yang dilakukan
untuk mengakomodasi kelebihan realisasi mengakibatkan pemborosan keuangan daerah senilai p1. 2 uta.
• i Kota ekasi Pro insi a a arat terdapat kemahalan harga pada empat peker aan iang pan ang joint plate peman angan iang pan ang
serta mo ilisasi dan demo ilisasi T 2011 senilai p1. uta yang
memboroskan keuangan daerah.
Penyebab
.82 Kasus kasus keidakhematan pada umumnya ter adi karena pe a at yang
bertanggung jawab lalai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, kurang ermat dalam meren anakan kegiatan idak mempedomani
ketentuan yang berlaku, serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.
58
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
Rekomendasi
.8 Terhadap kasus kasus keidakhematan terse ut PK telah merekomendasikan
kepada kepala daerah agar memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab, mempedomani ketentuan yang
berlaku dalam melaksanakan kegiatan, dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian.
Keidakeisienan 2 kasus senilai Rp 0 juta
.8 Temuan mengenai keidakeisienan mengungkap permasalahan rasio
penggunaan kuanitas kualitas input untuk satu satuan output yang le ih besar dari seharusnya.
.8 Hasil pemeriksaan atas belanja pemerintah daerah menunjukkan adanya dua
kasus keidakeisienan yaitu penggunaan kuanitas input untuk satu satuan output le ih esar inggi dari yang seharusnya senilai p
0 uta. .8
Kasus kasus terse ut ter adi di dua enitas seperi disa ikan pada ampiran 11. .8
Kasus keidakeisienan terse ut di antaranya ter adi di Ka upaten ay Kanan Pro insi ampung terdapat ineisiensi penggunaan anggaran T 2011 senilai
p8 uta untuk pem ayaran ahan akar minyak
per alanan dinas baik dalam maupun luar daerah.
Penyebab
.88 Kasus kasus keidakeisienan pada umumnya ter adi karena pe a at yang
ertanggung a a idak ermat dan idak memahami prinsip eisiensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Rekomendasi
.8 Terhadap kasus kasus keidakeisienan terse ut PK telah merekomendasikan
kepada kepala daerah untuk mempedomani ketentuan yang berlaku dalam melaksanakan kegiatan dan mengeluarkan surat keputusan yang mengatur
besarnya bantuan BBM yang diberikan untuk perjalanan dinas.
Keidakefekifan 17 kasus senilai Rp718.080,27 juta
. 0 Temuan mengenai keidake eki an erorientasi pada pen apaian hasil
outcome yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang idak
memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang idak opimal sehingga tu uan organisasi idak ter apai.
. 1 Pada umumnya kasus kasus keidake eki an melipui penggunaan anggaran
idak tepat sasaran idak sesuai peruntukan peman aatan arang asa dilakukan idak sesuai dengan ren ana yang ditetapkan arang yang di eli
elum idak dapat diman aatkan peman aatan arang asa idak erdampak
59
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
terhadap pencapaian tujuan organisasi, pelaksanaan kegiatan terlambat terhambat sehingga mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, pelayanan
kepada masyarakat idak opimal dan ungsi atau tugas instansi yang diperiksa idak diselenggarakan dengan aik termasuk target penerimaan
idak ter apai. . 2
Hasil pemeriksaan atas KP menun ukkan adanya keidake eki an se anyak 317
kasus senilai p 18.080 2 uta yang terdiri atas • se anyak 18 kasus penggunaan anggaran idak tepat sasaran idak
sesuai peruntukan senilai p 8 . 2 juta; • se anyak kasus peman aatan arang asa dilakukan idak sesuai
dengan ren ana yang ditetapkan senilai p .061,43 juta; • se anyak kasus arang yang di eli elum idak dapat diman aatkan
senilai p18 .317,34 juta; • se anyak kasus peman aatan arang asa idak erdampak terhadap
pen apaian tu uan organisasi senilai p11. 2 uta;
• sebanyak 36 kasus pelaksanaan kegiatan terlambatterhambat sehingga mempengaruhi pen apaian tu uan organisasi senilai p102.0
uta; • se anyak 1 kasus pelayanan kepada masyarakat idak opimal senilai
p1.547,14 juta; dan • se anyak 11 kasus ungsi atau tugas instansi yang diperiksa idak
diselenggarakan dengan aik termasuk target penerimaan idak ter apai senilai p2 .082 80 juta.
. Kasus kasus keidake eki an terse ut terjadi di 211 pemerintah daerah,
seperi disa ikan pada ampiran 11. .
Kasus kasus keidake eki an terse ut di antaranya se agai erikut. • i Pro insi KI akarta hasil pengadaan motor pompa portable
dan kelengkapannya TA 2011 pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan en ana senilai p28. 0 0 uta idak dapat segera
dimanfaatkan tepat waktu oleh masyarakat.
• Di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, infrastruktur hasil kegiatan elan a modal T 2011 senilai p21. 2 0 uta idak
dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai tujuan awal pembangunannya.
• Di Kota Denpasar, Provinsi Bali, biaya pemungutan pajak bumi dan angunan T 2011 senilai p .8
8 uta di erikan se ara tunai kepada pegawai sebagai penambahan penghasilan, biaya hari raya dan bantuan
60
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
sosial kepada masyarakat yang idak sesuai Peraturan alikota enpasar sehingga idak tepat sasaran dan idak memenuhi asas kepatutan.
• i Ka upaten Kampar Pro insi iau peker aan lan utan pem angunan Puskesmas Tapung T 2011 senilai p . 0 01 uta idak dapat
diselesaikan sehingga idak mem erikan man aat kepada masyarakat. • i Ka upaten e ang e ong Pro insi engkulu elan a hi ah dan
elan a antuan sosial T 2011 masing masing senilai p uta
dan p2. 0 20 uta di erikan kepada SKP di lingkungan pemerintah daerah dan dipergunakan untuk mem iayai operasional SKP yang idak
dianggarkan se elumnya sehingga pengeluaran idak tepat sasaran idak sesuai peruntukan.
Penyebab
. Kasus kasus keidake eki an pada umumnya ter adi karena pe a at yang
ertanggung a a idak mempedomani ketentuan yang erlaku idak opimal dalam meren anakan kegiatan dan melaksanakan tugas serta
lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan.
Rekomendasi
. Terhadap kasus kasus keidake eki an terse ut PK telah merekomendasikan
kepada kepala daerah agar memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab, mempedomani ketentuan
yang erlaku dan le ih opimal dalam melakukan peren anaan kegiatan.
LKPD Tahun 2010
. Dalam pemeriksaan LKPD Tahun 2010 terdapat kasus kerugian daerah di
antaranya sebagai berikut. • Di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, sisa kas di bendahara
pengeluaran Sekretariat aerah T 2010 digunakan idak sesuai dengan ketentuan dan belum disetorkan kembali ke kas daerah senilai
p2 .101 8 uta yang mengaki atkan indikasi kerugian daerah. • i Ka upaten am eramo aya Pro insi Papua elan a antuan sosial
T 2010 senilai p1 .011 0 uta idak didukung dengan uki yang memadai sehingga berpotensi disalahgunakan.
• Di Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, terdapat realisasi belanja per alanan dinas iki T 2010 senilai p . 28 8 uta yang erindikasi
merugikan keuangan daerah. • i Ka upaten aropen Pro insi Papua terdapat kele ihan ayar senilai
p1. 2 uta atas arang hasil pengadaan peralatan dan mesin T 2010 pada iga SKP yang elum diterima.
61
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
. 8 Hasil pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada
so cop LHP dalam cakram padat terlampir.
62
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS
63
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku II IHPS