Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
58
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
• se anyak kasus peren anaan kegiatan idak memadai • se anyak 1 kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau elum
dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan pendapatan; • se anyak kasus penetapan pelaksanaan ke i akan idak tepat atau elum
dilakukan berakibat peningkatan biaya atau belanja; dan • sebanyak 1 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
perusahaan lainnya. 6.26
Kasus kasus terse ut ter adi di empat enitas seperi disa ikan pada ampiran 15.
.2 Sebanyak 29 kasus kelemahan struktur pengendalian intern, terdiri atas
• se anyak kasus enitas idak memiliki S P yang ormal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur;
• se anyak 18 kasus S P yang ada pada enitas idak er alan se ara opimal atau idak ditaai
• se anyak 1 kasus idak ada pemisahan tugas dan ungsi yang memadai dan
• sebanyak 1 kasus kelemahan struktur pengendalian intern lain-lain . 6.28
Kasus kasus terse ut ter adi di empat enitas seperi disa ikan pada ampiran 15.
6.29 Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut.
• Di PT PLN, hasil inventarisasi aset tetap PLN Kantor Pusat berbeda dengan nilai aset tetap menurut Standar kuntansi Pemerintah S P per 1
Desember 2011, mengakibatkan aset tetap yang tercatat dalam Laporan Keuangan PT P Persero Kantor Pusat per 1 esem er 2011 elum
sesuai dengan keadaan yang se enarnya dan aset tetap yang idak ada isiknya erpotensi hilang.
• i PT Pelni pemotongan denda dan pengurangan pem ayaran idak di perhitungkan dari nilai realisasi KPU mengakibatkan PT Pelni menanggung
kekurangan pendapatan atas pemotongan denda dan pengurangan pembayaran yang diperhitungkan dari nilai pagukontrak senilai
Rp12.294,65 juta.
Penyebab
. 0 Kasus-kasus kelemahan SPI pada pada umumnya disebabkan pengendalian
atau pengamanan aset tetap kurang opimal pen atatan aset tetap dalam laporan keuangan elum memperhaikan ke eradaan dan kondisi aset
59
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
terse ut serta idak memperim angkan kele ihan pelaksanaan o age tertentu dalam pengurangan dana KPU.
Rekomendasi
. 1 Terhadap kasus-kasus kelemahan SPI tersebut, BPK telah merekomendasikan
agar enitas menge aluasi hasil in entarisasi aset dan mengam il langkah langkah indak lan ut sesuai ketentuan yang erlaku serta mengatur klausul
dalam kontrak KPU mengenai denda KPU dipotong dari nilai realisasi kerugian KPU.
Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan
. 2 Selain koreksi perhitungan subsidi dan kelemahan SPI, hasil pemeriksaan juga
mengungkapkan adanya keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan yang mengakibatkan kerugian negaraperusahaan, potensi kerugian
negaraperusahaan, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, keidakhematan keidakeisienan dan keidake eki an yang dapat dilihat pada
Ta el . . in ian enis temuan pada iap iap kelompok dapat dilihat pada ampiran 1 dan rin ian temuan menurut enitas disa ikan pada ampiran 1 .
Tabel 6.3. Kelompok Temuan Pemeriksaan atas Pelaksanaan SubsidiKewajiban Pelayanan Umum
. erdasarkan Ta el . . hasil pemeriksaan mengungkapkan 82 kasus senilai
p1. 8 . 0 8 uta se agai aki at adanya keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang ditemukan pada 9 BUMN dan 1 KL.
Kerugian NegaraPerusahaan 6 kasus senilai Rp25.586,75 juta
. Kerugian negara perusahaan adalah kerugian nyata dan pasi umlahnya
berupa berkurangnya kekayaan negara atau perusahaan berupa uang, surat erharga dan arang yang nyata dan pasi umlahnya se agai aki at
per uatan mela an hukum aik senga a maupun lalai. .
Pada umumnya kasus kasus kerugian negara melipui elan a per alanan dinas iki dan kele ihan pem ayaran selain kekurangan olume peker aan.
No Kelompok Temuan
Jumlah Kasus Nilai juta Rp
Keidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan
1 Kerugian NegaraPerusahaan
6 2 . 8
2 Potensi kerugian Perusahaan
. 81 Kekurangan Penerimaan
11 504.985,09
4 Administrasi
- 5
Keidakhematan 1.
2 6
Keidakeisienan 2
20. 8 8 Keidake eki an
4 . 2
Jumlah 82
1.586.640,86
60
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
. Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan su sidi ke a i an pelayanan umum
menun ukkan adanya kerugian negara se anyak kasus senilai p2 . 8 uta terdiri atas 1 kasus elan a per alanan dinas iki senilai p1
uta dan 5 kasus kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan
senilai Rp25.420,41 juta. .
Kasus kasus terse ut ter adi di dua enitas seperi disa ikan pada ampiran 1 . . 8
Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut. • Di Kementerian Pertanian, terdapat pembebanan dan perhitungan
komponen biaya pada harga pokok penjualan HPP pupuk BLP dan HPP subsidi benih Tahun 2011 yang masih mengacu pada Keputusan Menteri
Pertanian yang ersi at sementara mengaki atkan kerugian negara atas kele ihan pem ayaran senilai p20.
0 uta. • Di Perum Bulog, terdapat pembayaran tambahan harga atas pengadaan
ga ah dan eras Tahun 2011 di i isi egional i re KI akarta dan i re a a Timur idak didukung adendum kontrak sehingga ter adi kele ihan
bayar senilai Rp551,15 juta.
Penyebab
. Kasus-kasus kerugian negara pada umumnya terjadi karena pembayaran
dilaksanakan berdasarkan HPP yang mengacu pada keputusan menteri yang masih ersi at sementara dan pe a at terkait idak men alankan prinsip kehai
haian serta lalai dalam melakukan penga asan atas pem ayaran pengadaan gabah.
Rekomendasi
6.40 Terhadap kasus-kasus kerugian negara tersebut, BPK telah merekomendasikan
kepada enitas yang diperiksa antara lain agar mem erikan sanksi sesuai ketentuan erlaku dan mempertanggung a a kan pengeluaran dengan
melakukan penyetoran atas kerugian negara ke kas negara dan uki setor disampaikan ke BPK.
Potensi Kerugian NegaraPerusahaan 3 kasus senilai Rp9.381,55 juta
6.41 Potensi kerugian negara perusahaan adalah suatu per uatan mela an hukum
baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan
arang yang nyata dan pasi umlahnya. 6.42
Pada umumnya kasus kasus potensi kerugian negara perusahaan melipui aset idak diketahui ke eradaannya pihak keiga elum melaksanakan
ke a i an untuk menyerahkan aset kepada perusahaan dan lain lain kasus potensi kerugian negaraperusahaan.
61
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
. Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan subsidi pemerintah menunjukkan adanya
potensi kerugian negara perusahaan se anyak kasus senilai p . 81 juta, yang terdiri atas
• se anyak 1 kasus aset idak diketahui ke eradaannya senilai p2. 8
juta; • se anyak 1 kasus pihak keiga elum melaksanakan ke a i an untuk
menyerahkan aset kepada perusahaan senilai p . 2 uta dan • sebanyak 1 kasus potensi kerugian negaraperusahaan lainnya senilai
Rp2.151,60 juta. 6.44
Kasus kasus terse ut ter adi di dua enitas seperi disa ikan pada ampiran 1 . 6.45
Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut. • i Kementerian Pertanian erdasarkan pemeriksaan isik terdapat
persediaan di gudang PT SHS a ang Pai senilai p2.
8 uta idak diketahui ke eradaannya sehingga menim ulkan peluang ter adi
kerugian negara. • Di PT PLN, terdapat batubara milik PLN pembangkit Sumatera Bagian
tara P Kit S se anyak .8 0 88 T hilang dalam ke elakaan
tongkang saat pengangkutan dan idak diasuransikan mengaki atkan PT P erpotensi menanggung kerugian senilai p . 2 uta.
Penyebab
6.46 Kasus-kasus potensi kerugian negaraperusahaan pada umumnya terjadi
karena idak opimalnya pengendalian dan penga asan terhadap persediaan serta ana emen P Kit S idak erusaha untuk memiigasi risiko
yang mungkin im ul atas peker aan pengangkutan terse ut.
Rekomendasi
. Terhadap kasus-kasus potensi kerugian negaraperusahaan tersebut, BPK
telah merekomendasikan kepada enitas yang diperiksa antara lain agar mem erikan sanksi sesuai ketentuan erlaku le ih opimal dalam melakukan
pen atatan dan pelaporan persediaan enih serta menelii dan meminta
pertanggung a a an kepada pihak terkait atas kehilangan atu ara terse ut sesuai kuanitas dan kualitas saat pengiriman.
Kekurangan Penerimaan 11 kasus senilai Rp504.985,09 juta
6.48 Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak
negara perusahaan tetapi idak atau elum masuk ke kas negara perusahaan karena adanya unsur keidakpatuhan terhadap ketentuan perundang
undangan.
62
IHPS I Tahun 2012 Badan Pemeriksa Keuangan
Buku IV IHPS
6.49 Pada umumnya kasus kasus kekurangan penerimaan melipui denda
keterlam atan peker aan elum atau idak ditetapkan dipungut diterima disetor ke kas negaraperusahaan, penerimaan negaraperusahaan lainnya
selain denda keterlam atan elum atau idak ditetapkan dipungut diterima disetor ke kas negara perusahaan pengenaan tari pa ak P P le ih rendah
dari ketentuan, dan kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah.
6.50 Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan subsidi pemerintah menunjukkan adanya
kekurangan penerimaan sebanyak 11 kasus senilai Rp504.985,09 juta, yang terdiri atas
• se anyak kasus denda keterlam atan peker aan elum idak ditetapkan atau dipungutditerimadisetor ke kas negaraperusahaan senilai
p . 0 uta • sebanyak 5 kasus penerimaan negara lainnya selain denda keterlambatan
elum idak ditetapkan atau dipungut diterima disetor ke kas negara perusahaan senilai p10. 1 8 uta
• se anyak 1 kasus pengenaan tari pa ak P P le ih rendah dari ketentuan senilai p
uta dan • sebanyak 2 kasus kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah senilai
p . 2
uta. 6.51
Kasus kasus terse ut terdapat pada lima enitas seperi disa ikan pada Lampiran 15.
6.52 Kasus-kasus tersebut di antaranya sebagai berikut.
• Di Perum Bulog, terdapat kelebihan pembayaran subsidi raskin TA 2011 oleh pemerintah kepada Perum ulog senilai p
.11 uta.
• Di PT PLN, terdapat pelaksanaan pekerjaan pada anak perusahaan dan beberapa unit PLN Tahun 2011 yang terlambat diselesaikan tetapi belum
dikenakan denda keterlambatan sehingga PLN belum memperoleh pendapatan dari denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan denda
daya mampu senilai p . 0 uta.
• Di PT PK, terdapat kelebihan pembayaran subsidi pupuk Tahun 2011 oleh pemerintah kepada PT PK senilai Rp4.509,00 juta.
Penyebab
. Kasus-kasus kekurangan penerimaan pada umumnya terjadi karena Perum
Bulog dan PT PK kurang cermat dalam menghitung jumlah subsidi yang ditagihkan kepada pemerintah dan manajemen anak perusahaan dan unit PT
PLN kurang tegas dalam mengenakan denda keterlambatan dan denda daya mampu kepada kontraktor pekerjaan.