Reaksi oksidasi vitamin C asam askorbat menjadi asam dehidroaskorbat bersifat reversible baik secara in vitro maupun in vivo Connors et al., 1986.
Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil sehingga dapat dihidrolisis menjadi L-diketogulonat dengan memecah cincin laktonnya, sehingga senyawa
ini tidak memiliki keaktifan vitamin C. Reaksi ini bersifat irreversible. Karena tidak stabil, asam L-diketogulonat dapat teroksidasi menjadi asam oksalat dan
asam L-treonat. Reaksi ini bersifat irreversible Winarno, 1997. Pengempaan tablet vitamin C tanpa menggunakan bahan pengikat pada
kempa langsung akan menyebabkan tablet mengalami capping, laminating, dan kecenderungan mengalami chipping. Vitamin C merupakan brittle material, hal
ini dapat terlihat selama proses pengempaan dimana tablet akan terfragmentasi. Adanya bahan pengikat akan menyebabkan adanya ikatan antar partikel dalam
tablet Bolhuis and Chowhan, 1996.
B. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, tablet dapat digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa Anonim, 1995.
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan dan hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan
penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis Ansel, 1989.
Sebagai salah satu bentuk sediaan obat, tablet memiliki beberapa keuntungan. Tablet memberikan dosis pengobatan yang tepat dan dapat diberikan
secara mudah. Mudah dalam pengangkutan dan mudah dibawa oleh pasien. Produk akhirnya seragam dalam bobot dan penampilan, dan biasanya lebih stabil
dari bentuk cairan. Dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan mudah dan cepat serta biaya produksi yang dikeluarkan sangat rendah jika dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain Rubinstein, 1988. Tablet memberikan kenyamanan dan keamanan dalam pemberian obat karena diberikan dengan rute oral Alderborn,
2002.
C. Tablet Effervescent
Tablet effervescent adalah tablet tidak bersalut, mengandung asam dan karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan cepat pada penambahan air
dengan melepaskan gas karbondioksida. Tablet effervescent diharapkan larut dalam air sebelum diberikan kepada pasien Lindberg et al., 1992. Tablet
effervescent biasanya mengandung zat aktif dan vitamin Wolfram, 1999. Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif
berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan kedalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber
karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida CO2 Rohdiana, 2003.