kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak larut dalam eter P Anonim, 1979.
7. Magnesium Stearat
Serbuk halus, putih, dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etamol, dan dalam eter
Anonim, 1995.
8. Natrium Sakarin
Natrium sakarin adalah bahan pemanis yang kuat, berwarna putih, tidak berbau atau aromatik lemah, tidak berfluoresensi, serbuk kristal dengan rasa
manis yang kuat dan pahit setelah dirasa. Natrium sakarin terdekomposisi pada temperatur tinggi 125°C pada pH rendah kira-kira pada pH 2 Allen,
2002.
I. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Metode ini meliputi level penelitian dari level rendah dan tinggi low
and high level dimana respon dari sampel harus dapat diukur secara kuantitatif sehingga signifikan tidaknya pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dapat
diketahui Bolton, 1997. Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,
efek, dan respon Bolton, 1997. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Faktor
Faktor merupakan suatu besaran yang mempengaruhi respon Voigt, 1994. Faktor merupakan variabel yang ditentukan seperti, konsentrasi,
temperature, bahan pelicin, perawatan obat, atau diet. Faktor dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif Bolton, 1997.
2. Level
Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi level rendah
dan level tinggi Bolton, 1997.
3. Efek
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor Bolton, 1990.
4. Respon
Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya Bolton, 1997.
Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga
memungkinkan kita mengetahui interaksi diantara faktor-faktor tersebut. Adanya interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika
kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang
tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon Bolton, 1997.
Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level Amstrong and James, 1996. Desain faktorial dua level
berarti ada dua faktor misal A dan B yang masing-masing faktor diuji pada level berbeda, yaitu level rendah dan tinggi. Jumlah percobaan untuk penelitian desain
faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah penelitian untuk
penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 2
2
= 4 Bolton, 1997. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level:
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor
Formula Faktor A
Faktor B Interaksi
1 - - +
a + - -
b - + -
ab + + +
Keterangan: -
= level rendah +
= level tinggi Formula 1
= faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a
= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b
= faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi Formula ab
= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi
Optimasi campuran dua bahan berarti ada dua faktor dengan desain faktorial two level factorial design dilakukan berdasarkan rumus:
Y = b + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
12
X
1
X
2
...................................……….....1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI