Model Kualitas Jasa Jasa

20 konsumen pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produkjasa. Menurut Oktaviani dan Suryana 2006, nilai CSI diatas 50 dapat dikatakan bahwa pengunjung merasa puas, sebaliknya apabila nilai CSI dibawah 50 pengunjung belum dikatakan puas. Tabel I. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index IKP Nilai CSI Kriteria CSI 0,81 – 1,00 Sangat Puas 0,66 – 0,80 Puas 0,51 – 0,65 Cukup Puas 0,35 – 0,50 Kurang Puas 0,00 – 0,34 Tidak Puas Oktaviani dan Suryana, 2006.

5. Model Kualitas Jasa

Visualisasi tentang Konsep Model Kualitas Jasa Conceptual Model of Service Quality – The Gap Analysis Model adalah sebagai berikut: 21 Gambar 1. Model Kualitas Jasa Zeithaml, 2000 Garis putus-putus yang memisahkan dua fenomena utama yang terdiri dari bagian atas merupakan fenomena yang berkaitan dengan pelanggan dan bagian bawah mengacu pada fenomena pada perusahaan atau penyedia jasa.Selain dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan pribadi pelanggan, dan komunikasi dari mulut ke mulut, jasa yang diharapkan expected service juga dipengaruhi oleh akivitas komunikasi pemasaran perusahaan. Menurut Kotler 1997, service quality merupakan gambaran atas seberapa jauh perbedaan antara kenyataan perceived service dengan harapan Komunikasi dari mulut ke mulut Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu Harapan konsumen terhadap pelayanan Persepsi konsumen terhadap pelayanan Cara pelayanan Komunikasi perusahaan dengan konsumen Desain pelayanan dan standar pelayanan Persepsi perusahaan atas harapan konsumen Gap 1 Gap 5 Gap 3 Gap 4 Gap 2 KONSUMEN PERUSAHAAN 22 pelanggan atas pelayanan yang seharusnya mereka terima expected service. Ketidaksesuaian perceived service dan expected serviceakan menimbulkan kesenjangan gap yang merupakan persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan, persepsi pelanggan ini selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Analisis gap dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara pelayanan yang diharapkan pelanggan dengan kenyataan yang diterima oleh pelanggan dari pelayanan yang telah diberikan oleh petugas apotek. Nilai gap negatif menunjukkan kualitas pelayanan suatu kriteria kurang baik sehingga perlu ditingkatkan. Idealnya, nilai gap antara kenyataan dan harapan adalah nol. Bila nilai gap positif, ini menunjukkan bahwa kenyataan suatu kriteria pelayanan melebihi harapan pelanggan terhadap kriteria yang sama Djunaidi, Setiawan, Haryanto, 2006. a. Gap 1 Gap antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen knowledge gap .Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan harapan pelanggan terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain adalah informasi yng didapatkan dari riset pasar dan analisis permntaan kurang akurat, interpretasi yang kurang akurat atas informasi mengenai harapan pelanggan, tidak adanya analisis permintaan, buruknya atau tidak adanya aliran informasi ke atas dari staf kontak pelanggan ke pihak manajemen, dan terlalu banyak jenjang manajerial yang menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak pelanggan ke pihak manjemen. Sebagai 23 contoh, pengelola jasa catering yang mungkin saja mengira bahwa pelanggannya lebih mengutamakan ketepatan waktu pengantaran dan kuantitas porsi masakan yang dihidangkan, padahal mereka justru mementingkan variasi menu yang disajikan Tjiptono, 2005. b. Gap 2 Gap ini berarti spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan. Penyebabnya anatara lain adalah tidak adanya standar kerja yang jelas, kesalahan perencanaan, manajemen perencanaan yang buruk, kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam perusahaan, kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas jasa, kekurangan sumber daya, dan situasi permintaan berlebihan. Contohnya, manajemen sebuah apotek meminta para stafnya agar melayani pasien dengan cepat tanpa memperinci standar waktu pelayanan yang dikategorikan cepat Tjiptono, 2005. c. Gap 3 Gap antara spesifikasi kualitas layanan dengan layanan yang diberikan.Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam memberikan dan menyampaikan layanan. Penyebabnya antara lain kurang terlatihnya karyawan, beban kerja yang berlebihan, dan standar kinerja tidak dapat dipenuhi karyawan karena terlalu tinggi dan realistis. Misalnya, para perawat di rumah sakit diwajibkan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan pasien, tetapi di saat bersamaan mereka juga harus melayani setiap pasien dengan cepat Tjiptono, 2005. 24 d. Gap 4 Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan kepada konsumen. Penyebabnya antara lain perusahaan gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya padahal komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut, kecenderungan melakuk an “over promise, under deliver”. Jika perusahaan memberikan janji yang berlebihan, maka resikonya adalah harapan pelanggan bisa membumbung tinggi dan sulit terpenuhi. Contohnya, wisatawan akan sangat kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata yang dikunjungiternyata tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website yang mereka lihat Tjiptono, 2005. e. Gap 5 Gap antara harapan pelanggan dengan layanan yang diterima atau dirasakan.Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, seperti kualitas yang buruk dan masalah kualitas, komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif, dampak negatif terhadap citra perusahaan, dan kehilangan konsumen.Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru menginterpretasikan kualitas jasa yang bersangkutan. Sebagai contoh, seorang dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya demi menunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien dan diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan dengan penyakit yang dideritanya Tjiptono, 2005. 25

E. Diagram Kartesius

Dokumen yang terkait

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan apotek berbintang tiga di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Juli 2012.

0 2 97

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012.

2 5 127

Evaluasi kualitas pelayanan apotek berdasarkan KEPERMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kecamatan Gondokusuman, Danurejan dan Jetis Kota Yogyakarta periode Maret-Mei 2012.

0 0 145

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.

0 0 92

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan apotek berbintang tiga di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Juli 2012

0 1 95

KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KANTOR KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA.

0 0 129

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan Hotel Berbintang Di Kota Batam Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 156

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004 - USD Repository

0 0 90

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang satu di Kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo, dan Umbulharjo di kota Yogyakarta periode Juli - September 2012 - USD Repository

0 0 120

Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli-September 2012 - USD Repository

0 0 125