7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
Berdasarkan ketentuan umum yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah RI  Nomor  51  Tahun  2009,  apotek  adalah  sarana  pelayanan  kefarmasian  tempat
dilakukan  praktek  kefarmasian  oleh  Apoteker.  Apotek  menjadi  salah  satu  sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Menurut  Kepmenkes  No.  1027  tahun  2004  pelayanan  kefarmasian
pharmaceutical  care  adalah  bentuk  pelayanan  dan  tanggung  jawab  langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Menurut  Peraturan  Pemerintah  RI  Nomor  51  Tahun  2009,  pekerjaan
kefarmasian juga dilakukan di apotek meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu  sediaan  farmasi,  pengamanan,  pengadaan,  penyimpanan  dan  pendistribusi
atau  penyaluran  obat,  pengelolaan  obat,  pelayanan  obat  atas  resep  dokter, pelayanan  informasi  obat,  serta  pengembangan  obat,  bahan  obat,  dan  obat
tradisional.  Dalam  melakukan  pekerjaan  kefarmasian  di  apotek,  peran  apoteker yang menyandang  gelar  sarjana farmasi,  telah lulus pendidikan profesi  dan telah
mengucapkan  sumpah  berdasarkan  peraturan  perundangan  yang  berlaku  di Indonesia.
8
Menurut  UU  Nomor  36  tahun  2009  pasal  23  ayat  3  disebutkan  bahwa dalam  menyelenggarakan  pelayanan  kesehatan,  tenaga  kesehatan  wajib  memiliki
izin  dari  pemerintah.  Apoteker  yang  melaksanakan  pekerjaan  kefarmasian  di apotek atau instalasi farmasi rumah sakit harus memiliki surat izin yang diberikan
kepada apoteker yaitu Surat Izin Praktik Apoteker yang disingkat SIPA.
B. Apotek Berbintang Satu
Di  kota  Yogyakarta  terdapat  123  apotek.  Dari  hasil  labelisasi  yang dilakukan  pada  tahun  2011,  diketahui  ada  sebanyak  31  apotek  dengan  kategori
cukup  yang  ditandai  dengan  bintang  satu  ,  apotek  dengan  kategori  lebih  dari cukup  tercatat sebanyak 40 unit,apotek dengan kategori baik  sebanyak
28  unit,  dan  apotek  dengan  kategori  sangat  baik    sebanyak  22  unit. Labelisasi  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  memantau  penyelenggaraan  apotek
sehingga  bisa  menjamin  mutu,  keamanan,  dan  keselamatan  masyarakat  yang menjadi  pelanggan.  Labelisasi  yang  dilakukan  oleh  Dinas  Kesehatan  Kota
Yogyakarta  tersebut  dilakukan  berdasarkan  penilaian  pada  sejumlah  kategori, yaitu aspek legal meliputi surat izin apotek, akta badan usaha, dan izin gangguan.
Selain  itu,  juga  dilakukan  penilaian  terhadap  aspek  legalitas  apoteker  pengelola apotek,  legalitas  apoteker  pendamping,  dan  legalitas  tenaga  teknis  kefarmasian
Setyowati, 2012. Labelisasi  apotek  di  Yogyakarta  merupakan  langkah  pertama  di
Indonesia.  Beberapa  aspek  yang  dinilai  adalah  legalitas,  sarana  prasarana, apoteker  dan  staf,  pelayanan,  administrasi,  dan  pengelolaan  kesediaan  farmasi.
9
Dari  semua  aspek  tersebut  akan  diperoleh  nilai  kumulatif  tiap-tiap  apotek.  Nilai kumulatif  inilah  yang  menggambarkan  mutu  tiap  apotek  yang  dikategorikan
dalam  bintang.  Satu  bintang  berarti  bermutu  cukup,  dua  bintang  bermutu  cukup baik, tiga bintang bermutu baik, dan empat bintang bermutu sangat baik Dikbud,
2010.
C. Pelanggan