1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini akan menguraikan tentang beberapa hal diantaranya latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian,  manfaat  penelitian,  dan  definisi  operasional.  Hal-hal  tersebut adalah sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Peran  pendidikan  sangat  penting  untuk  menciptakan  kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan
pendidikan  harus  selalu  dilakukan  untuk  meningkatkan  kualitas pendidikan  nasional  Nurhadi,  2003:  1.  Menurut  Education  For  All
Global  Monitoring  Report  2012  yang  dikeluarkan  oleh  UNESCO, pendidikan  Indonesia  berada  di  peringkat  ke-64  untuk  pendidikan  di
seluruh  dunia  dari  120  negara.  Pemerintah  perlu  meningkatkan  kualitas pendidikan  sebagai  upaya  mewujudkan  salah  satu  amanat  Pembukaan
UUD  RI  1945,  yakni  mencerdaskan  kehidupan  bangsa.  Pemerintah  perlu membenahi  sistem  pendidikan  nasional  agar  tujuan  pendidikan  nasional
yakni  untuk  mengembangkan potensi  peserta didik agar menjadi  manusia yang  beriman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  berakhlak
mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri  dan  menjadi  warga  negara yang  demokratis  serta  bertanggung  jawab  dapat  tercapai  UU  No.  20
Tahun 2003 Pasal 3 dalam Sanjaya, 2010: 65. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan di Indonesia terdiri dari beberapa jenjang salah satunya adalah  pendidikan  Sekolah  Dasar  SD.  Pendidikan  Sekolah  Dasar  di
Indonesia  meliputi  delapan  8  mata  pelajaran.  Hal  ini  tercantum  pada Pemendiknas  Nomor  22  Tahun  2006  yang  menyatakan  bahwa  mata
pelajaran  pada  jenjang  pendidikan  Sekolah  Dasar  antara  lain  Pendidikan Agama,  Pendidikan  Kewarganegaraan,  Bahasa  Indonesia,  Matematika,
Seni  Budaya  dan  Keterampilan,  Pendidikan  Jasmani  Olahraga  dan Kesehatan, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA  merupakan  mata  pelajaran  di  SD yang  mencakup  tentang  alam  sekitar  yang  diperoleh  melalui  serangkaian
proses  ilmiah  antara  lain  penyelidikan,  penyusunan  dan  penyajian gagasan-gagasan Iskandar, dalam Anita, 2013: 31. IPA sains berupaya
membangkitkan  minat  manusia  agar  mau  meningkatkan  kecerdasan  dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak
habis-habisnya.  Hal  itu  sejalan  dengan  kurikulum  KTSP  Depdiknas, 2006  yang  menyebutkan  bahwa  IPA  berhubungan  dengan  cara  mencari
tahu  tentang  alam  secara  sistematis,  sehingga  bukan  hanya  penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi
juga  merupakan  suatu  proses  penemuan.  Adanya  Kurikulum  Tingkat Satuan  Pendidikan  akan  membuat  siswa  mengaplikasikan  teori  yang  ada
dalam  pembelajaran  IPA  sehingga  hasil  pembelajaran  tersebut  dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep IPA penting dilaksanakan supaya siswa mengetahui benar tentang konsep. Tujuannya agar dapat memahami materi dengan baik pula.
Namun,  berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  5  lima  orang  guru  di  SD Negeri Kecamatan Gamping, diperoleh informasi bahwa nilai siswa-siswa
pada mata pelajaran IPA dibawah KKM. Artinya, pemahaman konsep IPA pada  siswa  masih  rendah.  Hal  ini  dapat  menimbulkan  miskonsepsi  IPA
oleh  siswa.  Miskonsepsi  adalah  suatu  konsep  yang  tidak  sesuai  dengan konsep  yang  diakui  oleh  para  ahli  Suparno,  2005:  8.    Terjadinya
miskonsepsi  ini  juga  dapat  disebabkan  oleh  kemampuan  siswa  dalam memahami suatu konsep Suparno, 2005: 40.
Setiap  siswa  memiliki  tingkat  kemampuan  yang  berbeda-beda. Salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  kemampuan  siswa  adalah  jenis
kelamin. Hal ini disampaikan oleh Hamalik 2007: 91  yang menjelaskan bahwa tingkat intelegensi laki-laki dan perempuan berbeda. Anak laki-laki
sebagai  suatu  kelompok  memperlihatkan  variabilitas  yang  lebih  besar daripada  anak  perempuan  dalam  penyebaran  intelegensi.  Artinya,  lebih
banyak  anak  laki-laki  yang  menunjukkan  keunggulan  dalam  intelegensi dibandingkan  dengan  anak  perempuan.  Sebagai  contoh,  dalam  satu  kelas
tidak  semua  anak  laki-laki  lemah  dalam  intelegensi  tetapi  pasti  ada  satu anak laki-laki yang unggul daripada anak laki-laki lain.
Penelitian  yang  sama  mengenai  salah  konsep  atau  miskonsepsi sudah pernah dilakukan tiga 3 peneliti yaitu Anggraeni 2015, Pujayanto
2009 Abdi dan Adi 2012. Berdasarkan 3 penelitian tersebut belum ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang  membahas  mengenai  IPA  Fisika  secara  keseluruhan.  Maka  dari  itu peneliti  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dengan  judul  “Miskonsepsi
IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Gamping, Sleman”.  Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  dapat  diketahui  miskonsepsi
yang  terjadi  pada  siswa  serta  perbedaan  miskonsepsi  dilihat  dari  jenis kelamin, sehingga nantinya dapat dilakukan penanganan-penanganan agar
miskonsepsi tersebut tidak berkelanjutan.
B. Identifikasi Masalah